Atha dan Jeje baru saja pulang dari sekolah, hari yang melelahkan. Mereka masih duduk di ruang keluarga lantai dua, duduk tepat di bawah AC. Hari ini sangat panas, padahal di luar tadi sedang hujan.
Saat masih asyik berbaring disana, tiba-tiba telepon Atha berbunyi, Atha melihat nama panggilan di teleponnya yang ternyata adalah Papa."Papa nelpon Adek," ucap Atha yang kemudian Jeje menoleh ke arahnya,
"Ya di angkat," ucap Jeje.
Kemudian Atha langsung mengangkat teleponnya, "Halo Papa," sapa Atha kepada Januar,
"Adek, Papa mau pulang. Adek mau apa? Tanyain Jeje juga," tanya Januar di sebrang sana pada anak bungsunya ini.
Lama Atha diam tak bersuara, lama ia melihat ke arah Jeje, sebelum akhirnya ia menjawab pertanyaan Januar, "Gak usah Papa, Adek sama Jeje gak mau apa-apa," jawab Atha.
"Ya sudah, Papa pulang ya Adek, see you," ucap Januar akhirnya.
"See you juga Papa," balas Atha sebelum akhirnya mematikan telepon dari Januar.
Setelah Atha mematikan telepon, Jeje kembali berbicara padanya, "Adek kalo Papa nanyain gitu, gak usah lama jawabnya atau nunggu Jeje, bilang aja enggak gitu." Atha hanya mengangguk mendengar ucapan Jeje, karna sejujurnya ia juga tak enak hati, ia sangat senang mendapat perhatian dari Papa.
Namun sayangnya Papa hanya memberikan perhatian itu kepada dirinya dan juga Jeje, tidak pada saudaranya yang lain.
"Siapa yang telepon?" tanya Raven yang tiba-tiba mendekat,
"Papa," jawab Atha. Sementara Jeje hanya diam tak menjawab, ia tahu betul kalau Raven sangat menginginkan hal yang sama, yakni perhatian dari Papa yang sudah lama tak ia dapatkan.
"Oh Papa, kirain siapa," ucap Raven. Lalu kemudian ia kembali melanjutkan kalimatnya dari dalam hati, "Kapan ya gue diperhatiin juga? Gue diem-diem gini juga pengen kali."
"Mas mending kita bikin makan malem yuk, Papa mau Pulang, biar kita bisa makan bareng." Tanpa menunggu jawaban Raven, Jeje kemudian menarik Raven dan juga Atha, mereka bertiga akhirnya segera menuju ke dapur.
Saat mereka sedang sibuk di dapur, tiba-tiba Bian pun muncul, "Widih ngapain nih?" tanya Bian pada adik-adiknya yang sedang sibuk.
"Papa mau pulang, jadi mau bikin makanan," jawab Raven. Sementara Bian langsung terkejut mendengar ucapan Raven,
"Papa balik?" tanya Bian memastikan, Atha mengangguk lalu kemudian kembali melanjutkan kegiatannya.
Bian segera beranjak dari sana, menuju kamarnya dan mengganti bajunya, tak lupa pula ia mengambil beberapa barangnya dengan cepat. Setelah bersiap-siap, ia keluar dari kamar dan tak sengaja berpapasan dengan Rei yang juga baru keluar dari kamarnya, "Lo mau kemana?" tanya Rei yang heran melihat tingkah laku bian.
"Gue ke kosan Raka ya, ada project." Bian langsung mau melangkah menuju tangga namun kembali dicegat Rei,
"Santai aja, kenapa sih mau cepet-cepet. Jatoh tau rasa lo," omel Rei pada Bian yang menurutnya aneh.
"Yaudah ini gue pergi ya, nginep pokoknya, besok atau lusa baru balik," ucap Bian meminta izin pada Rei, kemudian Rei mengangguk pelan,
"Hati-hati." Bian hanya mengacungkan jempol dan segera turun ke lantai satu.
"Aneh banget kok kayak dikejar setan." Rei menggelengkan kepalanya, heran dengan kelakuan Bian. Lalu kemudian ia turun ke lantai satu dan ikut bergabung di dapur,
"Ngapain nih?" tanya Rei saat melihat dapur sudah berantakan dengan ketiga adiknya.
"Papa mau pulang, ini dua bocil ngajak masak, buat dinner bareng Papa katanya," jawab Raven yang masih sibuk dengan kegiatannya, sementara Rei langsung tersadar akan satu hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANANTA
FanfictionArkananta, nama belakang yang dimiliki oleh tujuh remaja tampan dan unik dengan masing-masing karakter yang dimiliki. Sebuah keluarga yang dikepalai oleh Januar Arkananta, duda tampan kaya raya, memiliki kehidupan yang hangat dan penuh cinta antar s...