Setelah melewati beberapa jam yang panjang, dan hari pun mulai gelap, matahari sudah tenggelam sejak beberapa jam yang lalu. Kini Raven sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, ia berhasil melewati masa kritisnya, ia berhasil bertahan dan melewati ambang kematian. Walaupun masih banyak alat yang menempel pada tubuh Raven, dan kondisi Raven yang lumayan parah membuat dirinya mungkin akan melewati masa pemulihan yang cukup panjang. Seluruh urusan rumah sakit sudah diurus oleh Johnny dan Dion yang dari siang di rumah sakit menemani mereka semua. Sampai saat ini, Januar belum juga ada kabar dan belum datang ke rumah sakit.
Begitu pula dengan Johnny, emosi masih menguasai dirinya. Kalau membunuh manusia tidak dosa dan tidak ada hukumnya, ia akan segera membunuh Januar malam ini juga. Raven sedang berjuang di rumah sakit dan Januar dengan entengnya menolak untuk datang? Benar-benar keterlaluan.
Pukul 11 malam akhirnya Dion pamit pulang dan berjanji akan datang besok. Sebelum pulang ia masih melihat Jeje dan Atha masih berpegangan tangan di ruang tunggu. Belum berani masuk, karna Atha yang sedang perang batin dengan dirinya sendiri, masuk ke dalam ruangan Raven atau tidak. Ia tidak cukup kuat untuk hal itu.
"Masuk aja, Dek. Ayo temuin Mas Raven nya, dia belum bangun, nanti kalo bangun gak ada Adek gimana? Sedih loh Mas Raven nanti?" ucap Dion membujuk Atha, yang akhirnya Atha mengangguk dan mau masuk bersamaan dengan Johnny yang juga keluar dari ruangan Raven. Johnny akan pulang sebentar untuk mengambil beberapa barangnya karna ia akan menginap di rumah sakit menemani Arkananta bersaudara.
Setelah Johnny dan Dion pulang, di dalam ruangan Raven hanya ada Arkananta bersaudara. Tanpa Papa. Bian tak habis pikir, dalam keadaan Raven yang seperti ini bahkan sang Papa belum hadir juga di rumah sakit. Harus bagaimana agar saat Raven bangun Papa nya ada disini?
Atha dan Jeje yang baru masuk langsung mendekat ke arah Raven yang masih tertidur tenang dengan perban serta selang oksigen di tubuhnya. Demi tuhan, Atha ingin menangis melihat Raven terbaring seperti ini di ranjang rumah sakit. Jeje hanya memandang wajah Raven lalu kemudian mengambil tangannya dan mengusapnya. Lalu kemudian Atha membalikkan badannya, "Aku keluar sebentar." ucapnya sambil berjalan keluar pintu. Yang lain hanya melihat sekilas dan membiarkan Atha pergi keluar, mereka sudah tidak ada tenaga lagi untuk melakukan apapun.
Atha terus berjalan sampai akhirnya ia sudah berada di luar rumah sakit, lalu ia belok ke arah taman rumah sakit. Duduk di sebuah kursi kayu yang ada disana. Atha terlalu takut, Atha terlalu takut untuk hal yang bernama kehilangan. Ia masih duduk di sana sampai akhirnya mendengar suara yang datang dari arah kanannya. Ada Kavin disana sedang berjalan kearahnya. Lalu kemudian Kavin mengambil posisi duduk di sebelah Atha. Kavin tahu Atha pasti membutuhkannya untuk saat ini. "Kenapa diluar?" tanya Kavin, yang ditanya hanya diam sebelum akhirnya menjawab.
"Takut, Mas." Atha menunduk dalam, ia benar-benar takut.
Kavin mengadahkan kepalanya ke arah langit, melihat bintang yang malam itu kebetulan banyak sekali, "Gak ada yang perlu Adek takutin, Mas Raven baik-baik aja. Dia gak akan kemana-mana, Dek." Atha menoleh ke arah Kavin yang masih memandang langit,
"Jangan ngomong kayak gitu, Adek gak suka dijanjiin kalo ujung-ujungnya ingkar, Mas." ucap Atha yang tak suka dengan perkataan Kavin yang menurutnya, tidak bisa menjanjikan apapun.
Kavin terkekeh kemudian menoleh ke arah Atha yang kini sudah memainkan tali sepatunya. "Kan yang ini bukan janji dari Mas Raven? Tapi Mas Kavin yang bilang. Kok gak percaya sih? Males ah." ucap Kavin sengaja dengan nada menjahili Atha. Atha hanya memasang wajah masam, ia sedang tak ingin bercanda di situasi ini. "Mas Raven tuh kuat, buktinya dia cuci piring, cuci baju yang banyak, belum lagi ngurusin banyak kerjaan rumah sama ngerjain tugas kuliah dia yang seabrek, masa kecelakaan doang gak kuat? Adek ngeremehin dia?" ucap Kavin, berusaha kuat meyakini Atha.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANANTA
FanfictionArkananta, nama belakang yang dimiliki oleh tujuh remaja tampan dan unik dengan masing-masing karakter yang dimiliki. Sebuah keluarga yang dikepalai oleh Januar Arkananta, duda tampan kaya raya, memiliki kehidupan yang hangat dan penuh cinta antar s...