Bian yang sedang sibuk dengan teman-temannya tiba-tiba mendapat panggilan masuk dari Raven, tumben sekali adiknya itu menelepon dirinya di siang hari begini.
Bian pun mengangkat teleponnya, "ABANGGGGG" teriak Raven di ujung telepon, Bian menjauhkan ponselnya dari telinga, teriakan Raven membuatnya sedikit terkejut.
"Berisik! Apaan nelpon? Gue lagi sibuk," tanya Bian,
"Abang ga pake motor kan yah pergi?" tanya Raven, Bian hanya berdeham menjawab pertanyaan Raven. "Nah gue pinjem ya motornya, mau nganter tugas. Katanya hari ini ga masuk dosennya, tau-tau nyuruh anter tugas!" keluh Raven, merasa kesal dengan jadwal uang diubah sesuka hati oleh dosennya.
"Kenapa naik motor? Mobil aja lah. Lo udah lama gak bawa motor," ucap Bian, Raven menghela nafasnya,
"Nggak bisa, gue baru cek grup jadinya baru tau, dosennya udah mau pergi. Bentar aja nganter tugas terus balik, sumpah ga akan gue apa-apain motornya!" Raven masih berusaha merayu pada Bian, Bian menghela nafasnya, Raven ini sudah lama tak membawa motor, Bian hanya takut sesuatu terjadi.
"Yaudah, tapi hati-hati, jangan ngebut," ucap Bian akhirnya meminjamkan motornya, "Kunci di atas meja samping TV."
"OKE ABANG, BYE!" ucap Raven kemudian mematikan teleponnya. Bian menepis pikiran buruknya, tidak akan terjadi apa-apa pada Raven.
Sebuah notifikasi masuk pada ponsel Bian, sementara sang pemilik masih sibuk tanpa memperdulikan ponselnya, teman Bian yang melihat ponsel Bian langsung memberikannya pada Bian, "Ada pesan masuk, gue kirain whatsapp, tapi dari SMS biasa itu," ucap teman Bian sambil beranjak setelah memberikan ponsel.
Bian pun meninggalkan laptopnya dan segera membuka pesan dari orang yang tidak di kenal,
Unknown Number
Permisi, selamat siang. Saya dari pihak kepolisian ingin mengabarkan bahwa saudara Raven telah menjadi korban tabrak lari. Saat ini saudara Raven sudah dibawa ke rumah sakit karna mengalami pendarahan yang cukup parah. Saya mendapatkan identitasnya dari dompet saudara Raven, dan juga nomor anda dari panggilan terakhir di ponselnya. Saudara Raven sekarang sedang berada di Rumah Sakit Harapan Kita. Selamat siang, terima kasih.
Tanpa basa-basi Bian segera mengambil kunci mobilnya dan pergi tanpa pamit, meninggalkan teman-temannya yang saling tatap, bingung dengan kelakuan Bian. Sampai akhirnya salah satu orang yang ada disana memanggil dan menyuruh mereka semua menoleh ke arah TV yang ada di ruangan itu, "Lihat, itu motor Bian kan?" Mereka pun kembali saling tatap, "Adeknya woi, adeknya itu!" ucap teman Bian akhirnya.
Bian sudah sampai di rumah sakit dan disusul Rei, Abel, Jeje dan juga Atha yang datang dari rumah. Mereka berlari di sepanjang lorong Rumah Sakit, mencari Raven. Ini yang Bian maksud, sudah lama sekali Raven tidak mengendarai motor, sudah lama sekali Raven tidak pernah menyentuh motor. Ini yang sangat Bian takutkan. Dari kejauhan, Bian melihat sebuah brankar yang didorong masuk menuju Ruang ICU. Terlihat tubuh Raven terbaring lemah disana, entah sadar atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANANTA
FanfictionArkananta, nama belakang yang dimiliki oleh tujuh remaja tampan dan unik dengan masing-masing karakter yang dimiliki. Sebuah keluarga yang dikepalai oleh Januar Arkananta, duda tampan kaya raya, memiliki kehidupan yang hangat dan penuh cinta antar s...