𓆩✩01. Si Paling Emosian

920 82 35
                                    

"Masih pagi, udah buat keributan! Punya masalah apa kalian berdua ini?"

Pagi hari, dua murid laki-laki kelas 11-IPS 7, sudah membuat keributan di depan kelas mereka. Keduanya saling menarik kerah satu sama lain. Tatapan mata tak suka, saling berperang. Sementara bibir keduanya tak henti-hentinya mengumpat. Mereka baru berhenti berdebat, saat ketua kelas melerai aksinya.

Ketua kelas 11-IPS 7 bernama Sean. Remaja berlesung pipi itu, mendaratkan telapak tangannya pada kerah kedua temannya. Setelah itu, dia mendorong tubuh mereka untuk berjauhan. Bola mata besar Sean, melihat ke kanan, kemudian ke kiri. Dia menyipitkan mata, kemudian bertanya, "Kenapa berantem pagi-pagi? Udah gue bilang, kalo ada masalah sama temen sekelas, bicarain baik-baik. Jangan pakai kekerasan segala."

"Kalau ada yang luka, gue juga yang bakal disalahin!" peringat Sean.

Hanya dalam beberapa kata saja, kedua murid itu menundukkan kepala. Mereka tak berani untuk melawan Sean. Apalagi jika amarah Sean sudah berada dalam puncaknya. Meskipun ketua kelas itu tampil rapi dan ramah. Namun, terdapat jiwa preman ketika dia sedang marah.

"Kenapa kalian berantem?" ulang Sean menurunkan nada suaranya.

Murid dengan name tag Haikal membalas, "Si Dika mau pake lantai luar kelas, buat latihan nyanyi. Tapi gue mau pake lantainya buat bikin video toktok."

Sean melepaskan cengkeramannya pada kerah kedua temannya. Dia menarik dan mengeluarkan napas panjang. Sebelum melirik ke arah Dika. "Jadi, kalian berdua berantem cuman gara-gara ini doang? Kenapa gak pake bareng-bareng aja?!"

Dika diam-diam mencuri pandang ke arah Sean. Ketika matanya menemukan mata Sean memelotot dengan bola mata memerah, Dika langsung menundukkan kepala. Dia membalas, "Gue gak mau pake lantainya bareng dia. Lagian kita gak se-circle."

"Bener tuh. Gak selevel juga, " balas Haikal menyetujui perkataan Dika.

"Apa lo bilang?! Ya! Emang gak selevel, karena level lo di bawah gue!" gertak Dika.

"Lo yang ada di bawah gue! Bukan gue yang di bawah lo, g*bl*k!" teriak Haikal.

Ini dia masalah di kelas ini. Semua murid mempunyai lingkaran pertemanan tersendiri. Mereka hanya menghabiskan waktu bersama teman segengnya. Tanpa memedulikan temannya yang lain. Hal ini membuat Sean menggeleng-gelengkan kepala. "Gue kira cuman cewek-cewek aja di kelas gue, yang main sirkel-sirkelan. Ternyata cowok-cowok juga sama aja! Gak bisa apa, kalian akur satu sama lain?"

"Gak boleh ada sirkel-sirkelan di antara kita semua. Setiap orang berhak main dan gabung sama siapa pun. Gue mau, kelas ini aman, damai, sentosa, karena kalian semua udah ngeamanahin kelas ini sama gue," jelas Sean.

Akhirnya, Haikal dan Dika memutuskan untuk berdamai di depan Sean. Meskipun pada kenyataannya, mereka masih menaruh dendam. Terlihat dari keduanya yang saling menjulurkan lidah, ketika Sean sedang mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Sean mengernyitkan kening. Dia melihat salah satu teman sekelasnya, berlari ke depan kelas sembari memanggil-manggil namanya, "Sean! Sean! Sean! Gawat darurat!"

"Ada apa?" tanya Sean pada Senja.

Begitu sampai di depan Sean, Senja menarik dan mengeluarkan napasnya berulang kali. Remaja itu merasakan jantungnya berdetak sangat kencang. Sementara keringat mulai membasahi kening. Dengan napas terengah-engah, dia memberitahu, "Yohan! Yohan! Yohan bermasalah sama kelas sebelah!"

Sean langsung memelototkan mata, mendengar nama salah satu teman sekelasnya. "Yohan kenapa?" tanya Sean.

"Yohan! ditantang berantem!" seru Senja.

"Anj*ng! Berani banget mereka nantangin! Mereka mau ngajak gelud duluan? Oke! Gue juga turun tangan! Berani banget nyenggol anak kelas gue. Kalo mau gelut, ayo gelut!" seru Sean sembari melepas jas almamater miliknya. Remaja itu menitipkan jasnya pada Haikal, kemudian berlari menuju lapang sekolah.

"Lah, kok dia malah semangat berantem sama kelas lain? Padahal dia bilang, kalo ada masalah bicarain baik-baik. Jangan pake kekerasan. Tapi ternyata, dia malah ngelanggar ucapannya sendiri," ucap Dika heran.

Dari kejauhan, Sean bisa menebak apa yang Haikal dan Dika pikirkan. Sudut bibirnya naik ke atas, ketua kelas itu berteriak, "Ucapan gue cuman berlaku buat temen sekelas gue. Alias orang-orang yang gue pimpin. Kalo bukan anggota gue, ya, hajar aja!"

"Berani buat masalah sama kelas 11-IPS 7, ayo baku hantam!"

𖤐𖤐𖤐

𖤐𖤐𖤐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








ASH [Flash Fiction] #SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang