Bunga Matahari dan Kesatria Kayu

461 55 1
                                    

Mereka tidak pernah berbicara mengenai apa dan kenapa. Apa yang membawa mereka kesini, apa yang masing-masing sembunyikan dibalik rentet kata digital yang muncul di layar komputer, kenapa mereka tidak mau membicarakan hal-hal penting seperti siapa namamu? dan di mana kau tinggal?, serta mengapa Bunga Matahari dan Kesatria Kayu; nama panggilan yang mereka gunakan di dalam chatroom tersebut sejak awal mereka berbicara.

Kenapa bunga matahari?

Dan ketika 'kenapa' itu akhirnya keluar, perempuan itu hanya bisa tercenung di depan laptop menatap sederet kata-kata yang baru saja dikirimkan dari teman bicaranya.

Kenapa bunga matahari? Perempuan itu mengulang pertanyaan sang teman bicara dalam hati. Karena itu bunga favoritnya. Karena bunga matahari adalah sahabat masa kecilnya yang paling setia. Ketika orang tuanya sibuk bekerja dan jarang ada di rumah, ia akan bersepeda ke rumah nenek dan duduk di taman kecil milik beliau yang dipenuhi bunga matahari. Ia lalu berkeluh kesah kepada bunga-bunga berwarna kuning cerah itu seolah mereka mendengarkan. Tentang teman-temannya di sekolah, tentang nilai matematika yang jelek, tentang krayon warna merah muda favoritnya, tentang papa dan mama yang seringkali bertengkar di malam hari. Semuanya.

Terkadang, ia hanya akan duduk di situ mendongak memandang langit seperti Bunga Matahari yang selalu mendongak menatap mataharinya. Berjam-jam ia habiskan dalam diam bersama bunga-bunga matahari itu hingga sang nenek memanggilnya masuk untuk makan siang atau minum teh. Tidak ada yang mendengarkan keluh kesahnya dan menemani sepinya sebaik bunga-bunga matahari di pekarangan rumah neneknya.

Kini, sang nenek sudah meninggal dunia dan rumahnya beserta taman kecil berisi teman-temannya itu telah digusur dan berubah menjadi minimarket. Meski begitu, kecintaannya terhadap bunga matahari tidak sirna begitu saja; seperti kenangan akan sahabat masa kecil, bunga matahari akan selalu memiliki tempat di sudut hatinya.

Karena itu bunga favoritku. Semua jawaban tadi hanya mengerucut pada satu jawaban singkat yang tertera di layar komputer.

Tapi sedetik kemudian, sang perempuan merasa perlu untuk menambahkan penjelasan lebih lanjut. Jemarinya pun kembali bergerak menekan keyboard dengan cepat.

Aku suka melihat mereka bersinar. Mereka memberiku alasan untuk bersemangat setiap harinya, menyongsong terbitnya sang fajar dengan dagu terangkat seolah berkata 'Aku siap untuk hari ini, wahai semesta'.

Kenapa Kesatria Kayu?

Perempuan itu balas bertanya pada sang teman bicara.

Kenapa kesatria kayu... h

Hanya satu kalimat pendek yang dikirimkan teman bicaranya sebagai balasan atas pertanyaannya.

Perempuan itu menunggu.

Tidak lama bagi sang teman bicara untuk melanjutkan kalimatnya. Dari layar laptop yang menyala muram, sepotong fragmen kenangan pun perlahan tercurah. Tentang seorang tukang kayu yang merangkap sebagai seorang Ayah sekaligus ibu bagi 3 orang anaknya. Tentang hadiah natal, dan kue-kue jahe hangat yang baru keluar dari panggangan (teman bicaranya mengaku, kue jahe buatan ayahnya adalah kue jahe terenak yang pernah ia cicipi semasa hidupnya). Tentang dongeng mengenai kesatria gagah berani yang menerjang bahaya demi menyelamatkan putri tidur, dan tentang boneka kesatria kayu yang merupakan hadiah terakhir dari sang ayah sebelum ia pergi selama-lamanya dalam cengkraman kanker.

Maaf. Tulis perempuan itu penuh rasa bersalah, ia tidak menyangka sebuah nama yang sederhana memiliki nilai historis yang sebegitu dalam bagi teman bicaranya itu.

Tidak perlu. Aku senang ayah meninggalkan sesuatu untukku sebelum ia pergi. Kesatria kayu bagiku adalah manifestasi ayah, seorang pria yang selalu terlihat kuat dan tegar meski ia digerogoti perlahan-lahan dari dalam oleh rayap. Ayah bagiku adalah pahlawan.

Lagi, sang teman bicara membuatnya terdiam. Ia tidak pernah merasakan kedekatan emosional dengan ayah ataupun ibunya. Sejak kecil, ia biasa terbangun dengan keadaan rumah sepi karena orang tuanya sudah pergi bekerja, dan tertidur dengan keadaan yang sama karena orang tuanya belum pulang bekerja. Lupakan tentang dongeng sebelum tidur atau tamasya keluarga di hari Minggu, versi kecilnya tidak mengenal tidur dikeloni oleh ibu atau belajar bersepeda dengan ayah. Kasih sayang baginya adalah kotak-kotak hadiah ulang tahun berisi berbagai mainan impor, oleh-oleh hasil perjalanan bisnis keluar negeri dan uang saku bulanan yang jumlahnya selalu berlebih. Kasih sayang baginya adalah materi, bukan afeksi.

Pasti menyenangkan memiliki sesuatu yang indah untuk mengenang ayahmu. Tulis perempuan itu sendu.

Dulu terkadang ia suka berkhayal bagaimana rasanya pergi ke sekolah diantar ayah dan pulang bersama ibu lalu mampir membeli es krim di kedai dekat sekolahnya, atau sekedar makan malam bersama di satu meja dan berbicara tentang bagaimana hari mereka. Namun, khayalan itu pun perlahan pupus seiring ia beranjak dewasa dan benar-benar hilang begitu saja saat orang tuanya akhirnya memutuskan untuk berpisah ketika ia berusia 17 tahun.

Anehnya ia tidak merasa apa-apa. Tidak sedih, tidak marah, tidak juga menyesal.

Perempuan itu hanya merasa kosong.

Bunga Matahari dan Kesatria KayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang