𝐜𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝐭𝐰𝐨

783 138 51
                                    

Last Wish

"Kak Yogaaaa bantuinnn"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Yogaaaa bantuinnn"

"Kenapa Defan?"

"Ini matematika na susah"

"Engga susah, sini kakak bantuin"

Tak butuh waktu lama, Defan sudah paham apa yang Yoga ajarkan.

"Seru gak?"

"Seruuu! Epan mau belajar sama Kak Yoga lagi!"

"Nanti kalo ada yang susah kasih tau kakak ya, kakak bantu"

Defan terbangun dari tidurnya, melihat jam di nakas sebelah kiri kasurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Defan terbangun dari tidurnya, melihat jam di nakas sebelah kiri kasurnya.

"Jam 3 lagi?" Katanya berujar tenang lalu membuka laci.

"Hmm gak kambuh sih tapi perlu" kata Defan lalu mengambil 1 butir dan meminumnya dengan air.

"Fyuh" hembusan nafas kasar

Defan tersenyum kecut menatap cermin di sampingnya.

"Janji kakak gak ditepatin ya? Gapapa deh meskipun Epan gak tau kakak berjuang juga kayak Epan atau engga tapi Epan mau ketemu sama kakak, mama sama papa lagi"

"Gak bisa tidur lagi nih, ngapain ya" kata Defan lalu berdiri berjalan keluar dari kamarnya.

Kaki jenjangnya melangkah menyusuri rumah yang sejak 3 tahun yang lalu hanya di tinggali dia seorang.

"Huh, sepi" kata Defan duduk di ruang keluarga dan menyalakan TV.

"Haha masih nyala ternyata, kirain listriknya udah gak dibayarin lagi" monolog Defan lalu membuka ponselnya saat merasa ada pesan.

"Transfer duit tros, transfer kasih sayangnya kapan?" Sarkas Defan lalu menaruh ponselnya dan bersandar pada sofa.

Matanya terpejam, setetes air mata jatuh. Defan segera menghapusnya, nafasnya mulai memburu. Dia berjalan cepat menuju kamarnya.

Last Wish | Dodam ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang