-1- Korban Tak Bisa Dihindari

2.3K 147 19
                                    

"Penyakit yang sedang mewabah diantara para omega kian meluas.

Tercatat ada lima omega yang meninggal dengan kondisi pendarahan rahim parah serta iritasi di sepanjang tuba falopi. Rata-rata korban meninggal setelah dua hari berhubungan dengan alphanya, dengan gejala -"

Click

Layar televisi menggelap, menampilkan pria dengan wajah lesu yang tengah menggusak kasar wajahnya. Membuang remot sembarangan ke meja didepannya, dia memandang kosong ke depan.

"John, kau baik?"

Merasa dipanggil, laki-laki berusia dua puluh enam tahun itu menengok ke sumber suara, tersenyum sebentar dan mengambil langkah untuk mendekat ke sosok yang kini tengah menata makanan di meja makan.

"Harusnya aku yang bertanya seperti itu, bagaimana keadaanmu sekarang?" Johnny; laki-laki itu menggusak pelan surai sosok lain yang beberapa senti lebih pendek darinya. tampak sedikit pucat dengan rambut yang basah.

"Aku sudah lebih baik, aku mengalaminya tiap bulan. Jadi itu sudah terbiasa."

Johnny memejamkan matanya, ekspresi yang syarat akan keputus asaan. "Maafkan aku."

Kalimat yang selalu sama, dengan ekspresi yang juga tak berbeda dari bulan-bulan sebelumnya selalu terlontar dari Johnny. Tepat setelah omeganya keluar dari mengisolasi dirinya saat heat melanda.

"Hei, ini bukan salahmu John, aku hanya perlu meminum beberapa supressan. Seperti yang kulakukan sebelum bertemu denganmu."

"Tapi kau melakukan itu sekarang, meminum semua obat mengerikan itu saat aku disini. Aku matemu, hanya bisa menggaruk dinding saat kau kesakitan. Betapa tak bergunanya aku."

Doyoung; omega cantik yang telah menikah lebih dari tiga tahun dengan alphanya; Johnny hanya menunduk, dia kelewat mengerti bagaimana perasaan suaminya saat ini. Jujur, Doyoung pun menginginkan Johnny menyentuhnya, membelai tiap inchi tubuhnya dan membuat darah dalam tubuhnya menghangat. Dia merindukan semua itu. Namun tak ada yang bisa dilakukan, keadaan membuat mereka tak bisa menyalurkan kasih sayang satu sama lain.

Doyoung mengelus pipi suaminya dan sedikit berjinjit untuk sekedar mempertemukan belah bibir mereka. Hanya kecupan singkat, namun bisa membuat rasa rindunya reda setelah berada di ruangan pengapnya lebih dari dua hari. "Duduklah, makan sarapanmu agar kau bisa segera kembali ke lab dan menemukan obat untuk penyakit ini. Aku sudah sangat merindukanmu."

"Percayalah, aku yang jauh lebih merindukanmu, Doyoung-ah."

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

---[Alpha Touch]---

FaltterPie

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

"Renjun-aaaaaaaaaaaa"

Remaja laki-laki yang diteriaki hanya memejamkan matanya sebelum mendapat tubrukan dari belakangnya, membuatnya sedikit oleng karena beban tubuhnya bertambah.

"Astaga Jaemin, berhenti berlarian di koridor, kau bisa kena marah."

"Siapa yang akan memarahiku? Dosen? Asdos? Atau senior dengan kacamata bulat pimpinan Bem-F?"

Renjun menghela nafas dan menggusak kepala Jaemin, sudah terlalu hafal dengan tingkah kawan semasa kecilnya yang hanya normal dua hari seminggu. "Jangan bicarakan senior itu, dia atasanku sekarang."

Alpha Touch [NoMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang