Chapter 9

409 63 1
                                    

Sudah seminggu Jeongyeon dan Nayeon tinggal di rumah Nayeon. Dengan begitu berarti Jeongyeon selalu tidur sekamar dengan Nayeon, namun jangan berharap mereka tidur bersama faktanya Jeongyeon selalu tidur di sofa sedangkan Nayeon di ranjang mereka. Selama seminggu Nayeon terlihat lebih pendiam, akibat insiden Minggu lalu. Terkadang ia suka melamun atau mengurung diri.

"Jeong, bisakah kau menemani nunna untuk ke psikolog besok?" pinta Tzuyu

"Ne... Jam berapa?"

"jam 10 pagi... Aku harus mengantarkan Sana ke dokter kandungan. Maaf bila menganggu waktu mengajarmu"

"Tidak masalah Tzu, aku bisa minta izin selama beberapa jam"

"Bagaimana perkembangan penangkapan pria itu?"  Tanya Tzuyu

"Masih belum ada kabar.. terakhir mereka mengkonfirmasi bahwa Kyung-soo telah kabur melalui kapal laut"

"Aku harap mereka segera menemukannya. Aku sangat ingin menghajarnya habis-habisan" geram Tzuyu

"Bagaimana dengan para media? Apakah kau sudah membungkam mereka?" Kali ini Jeongyeon yang bertanya

"Beberapa media sudah aku bungkam hanya saja masih ada beberapa media massa yang membuat berita untuk menggiring opini. Terutama media yang berpihak pada keluarga Do" jawab Tzuyu

"Untuk sementara kita harus mengawasi Nayeon agar tidak membaca internet dahulu dan juga televisi"

"Ne...Acra televisi sudah ku atur agar tidak memunculkan berita terkait kejadian itu"

Sejak kejadian Kyung-soo, beberapa media mulai menyoroti kehidupan Nayeon dan Kyung-soo. Keluarga Do adalah salah satu keluarga kaya di Seoul. Mereka membuat statement seolah Nayeon memang sengaja membuat skenario dan menjebak Kyung-soo. Hal ini menyebabkan beberapa warganet menghujat Nayeon di postingan internet. Tentu saja hal ini membuat keluarga Nayeon murka terutama sang adik, Chou Tzuyu. Demi kakaknya itu Tzuyu sampai membeli dan membungkam perusahaan media massa agar tidak menyebarkan berita yang lebih parah. Walaupun ada satu atau dua media milik keluarga Do yang masih mencoba menggiring opini publik.

Jeongyeon meminta izin selama dua jam untuk mengantar Nayeon ke psikolog, awalnya Nayeon menolak namun karena di bujuk oleh adiknya maka ia mau menurutinya.
Jeongyeon menunggu proses Nayeon selama hampir sejam, setelah selesai Jeongyeon mengantarkan Nayeon kembali ke rumah.

"Aku akan kembali ke sekolah, setelah Tzuyu dan Sana sudah di rumah" ujar Jeongyeon

"Tidak perlu.. ada bodyguard dan para pelayan yang menjagaku. Kau kembali saja ke sekolah" jawab Nayeon

"Anni.. aku akan tetap menunggu" kekeh Jeongyeon

"Terserah kau saja.."
Nayeon kembali ke kamarnya, dan diikuti oleh Jeongyeon

"Kau tidak perlu juga membuntuti ku" protes Nayeon kepada suaminya itu

"Aku tidak membuntuti mu, aku hanya ingin mengganti perbanku" Jeongyeon menunjuk perban luka di pelipisnya

"Oh..." Nayeon kemudian berjalan ke kamar mandi, sementara Jeongyeon mengambil beberapa kotak p3k

Jeongyeon terlihat kesusahan ketika meletakkan perban di kepalanya. Nayeon yang baru keluar dari kamar mandi lalu menghampirinya.

"Sini.. biar aku bantu" Nayeon mengambil kain kassa dan perekat. Ia kemudian membalut bekas luka Jeongyeon.
Sementara Jeongyeon mencoba untuk tidak melihat ke depannya. Posisi Jeongyeon yang sedang duduk, sementara sang istri berdiri untuk membalut lukanya, tentu saja posisinya sangat dekat. Terutama wajah Jeongyeon yang menghadap ke arah belahan dada istrinya itu dan lekuk badannya. Degup jantung Jeongyeon terasa lebih cepat dari sebelumnya. Sebisa mungkin ia mengalihkan pandangannya.

MARRIED IN APPROPRIATE [ On Hold ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang