Jeongyeon masuk ke dalam kamar dengan sebaskom air dan handuk. Ia duduk di pinggiran kasur sambil memeras handuk lalu meletakan ke dahi mengompres Jihyo yang terbaring lemah di sebelahnya.
"kau tidak perlu melakukan ini Jeongyeon-ssi, aku bisa sendiri" ucap Jihyo lirih.
"sudahlah, kau ini lagi sakit" jawab Jeongyeon.
Jihyo mengalihkan pandangannya ke atas, gadis ini selalu saja memaksa. Setelah selesai, Jeongyeon meletakan baskom air di bawah lalu berdiri.
"aku ke dapur sebentar" ucapnya lalu pergi.
Jihyo merasakan kepalanya sedikit berdenyut sekarang. Ditambah, ia merasa kedinginan di seluruh tubuhnya karena kehujanan dan juga angin dingin dingin tadi. Selimut yang menutupi seluruh tubuhnya tak cukup untuk menghangatkannya.
Untungnya ada Jeongyeon yang datang untuk mengantarnya pulang. Saat ingin masuk rumah, Jeongyeon langsung panik melihat wajah Jihyo yang pucat dan tubuhnya panas. Jihyo sempat menolak tawarannya untuk membantunya tapi gadis keras kepala itu tidak mendengarnya dan tetap masuk ke dalam.
Jeongyeon kembali dari dapur dengan secangkir minuman hangat.
"aku buatkanmu teh" ucap Jeongyeon dan meletakan cangkir di atas nakas. Ia menarik kursi dari meja ke sebelah kasur.
"terima kasih. tapi serius, kau tidak perlu melakukan ini, aku bisa sendiri" ucap Jihyo.
Jeongyeon tertawa kecil. "apa kau terlihat seperti bisa melakukan ini sendiri?"
Jihyo memutar matanya malas, seharusnya ia sudah tahu kalau ia akan selalu kalah berdebat dengannya.
Jeongyeon mengedarkan pandangannya. Rumah ini sepertinya jarang terurus, banyak debu yang menempel di berbagai benda. Ia juga menyadari sedari tadi ia melihat beberapa foto Jihyo dengan orang lain. Padahal Jeongyeon tahu kalau ia tinggal sendirian.
Jihyo kembali menatap ke atas, sebenarnya ia merasa canggung sedari tadi ada Jeongyeon di sebelahnya. Apalagi setelah lama tak bertemu dan pertemuan terakhir mereka tidak berjalan dengan baik. Jihyo menoleh ke arah Jeongyeon.
"mengapa kau melihatku seperti itu?" ucap Jihyo.
"hm? kau mau aku pergi? baiklah" ucap Jeongyeon dan berdiri.
"andwae!"
"eh?" Jeongyeon yang akan berjalan ke pintu terhenti mendengar Jihyo.
"emm.. maksudku, tetaplah di sini sebentar, aku masih perlu sesuatu" ucap Jihyo malu.
"oh~" Jeongyeon menatap jahil. "katakan saja kalau kau masih menginginkanku di sini kan?" goda Jeongyeon.
"mengapa kau selalu percaya diri eoh?"
"tak apa Jihyo-ssi, kau bisa jujur padaku" ucapnya dan tertawa.
Jihyo kembali memutar matanya malas. Peraturan lain saat berbicara dengan orang ini adalah jangan sampai salah bicara atau dia akan terus menggodamu.
Jeongyeon menghela nafasnya panjang dan menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi.
"kau kepikiran gak sih kalau pasti ada saja hal aneh yang terjadi saat kita bertemu" ucap Jeongyeon.
"maksudmu?"
"ya kau tahu, pertemuan pertama di mini market saat hujan, rumah kita yang sebelahan, bahkan sekarang aku bertemu denganmu lagi ditengah hujan. apa kau tidak berpikir kalau ini semua sangat kebetulan?"
Tentu saja Jihyo berfikir seperti itu dan ini semua sangat aneh.
"ya, kau benar. semuanya sangat aneh" ucap Jihyo.
![](https://img.wattpad.com/cover/286512644-288-k981228.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Same but Different | Jeonghyo
FanfictionKetika seseorang yang paling kita cintai meninggalkan kita dengan cara yang paling tidak baik, orang itu pasti tidak akan pernah pergi dalam hati dan pikiran kita. Tapi bagaimana jika suatu hari kita bertemu dengan seseorang yang mirip dengan orang...