Waktu akan mengantar kita ke sebuah kejadian di masa depan yang belum terjadi, entah itu menyenangkan atau sebaliknya. Bunga indah di atas pohon seiring berjalannya waktu pasti akan gugur. Begitu juga dengan daun yang lama-lama akan berubah menjadi coklat dan gugur. Walau letaknya di bawah, tengah, atas atau paling dalam pun pasti suatu saat akan gugur.
Namun, ada juga situasi yang membuat daun hijau yang belum siap gugur, juga bisa jatuh. Angin, hewan, manusia, atau bahkan faktor dari alam bisa menyebabkan itu semua.
Berbagai macam bunga ditebarkan di atas tanah yang baru saja ditutup. Semua orang ramai-ramai mengelilingi. Isak tangis terdengar dari setiap orang yang ada di sana, satu bunga cantik gugur meninggalkan kawannya diatas sana.
Para keluarga, saudara, kerabat, dan teman datang menemaninya ke peristirahatan terakhir, memberi cinta dan penghormatan terakhir. Semua orang disana kembali teringat dengan memori masa lalu dengan orang itu. Memori indah yang tak akan bisa mereka lupakan, memori yang jika diingat pasti akan menimbulkan luka. Seperti salah seorang di sana, Jihyo.
Jihyo masih saja menangis tak rela jika ia benar-benar pergi. Tiga tahun bersama sudah lebih dari cukup untuk merobek hati Jihyo. Kini ia tak bisa menatap wajahnya lagi, hanya gundukan tanah yang ia lihat. Jihyo telah kehilangan salah satu orang yang paling ia cintai, seseorang yang selalu ada untuknya, seorang yang ia telah rencanakan menghabiskan masa tua bersama. Jihyo kehilangan kekasih yang sangat ia cintai.
Pemakaman telah usai dan perlahan orang-orang mulai pergi, hanya tersisa keluarga dan teman dekat yang masih disana. Begitu juga dengan Jihyo yang masih setia di sebelahnya.
Jihyo kembali menatap ke arah batu nisan. Ia tidak menyangka jika kekasihnya akan pergi secepat ini, tak ingin ia mengetahui fakta bahwa nama yang ada di nisan itu adalah nama kekasihnya sendiri.
'Chou Tzuyu'
"mengapa Tzuyu-ah? bukankah kau sudah berjanji akan terus bersamaku?" ucap Jihyo dengan suara lirih.
Jihyo kembali menangis, hatinya benar-benar tidak bisa menahannya, rasanya terlalu sakit. Ditinggal orang yang paling berarti pasti sakit, Jihyo tidak mau ini semua terjadi, Jihyo masih ingin menghabiskan waktu bersamanya, Jihyo mau Tzuyu tetap di sampingnya. Tapi itu semua tak mungkin akan terjadi.
Keluarga dan teman yang melihat merasa prihatin terhadap Jihyo. Kedua orang tuanya datang dan berjongkok di sebelahnya.
"sayang, kau harus kuat ya? eomma tahu ini pasti berat buat kamu" ucap sang eomma sambil mengusap punggung anaknya. "ayo pulang ya sayang?"
"e-eomma, aku masih m-mau di sini" ucap Jihyo.
Eomma Jihyo menghembuskan nafasnya panjang, keadaan anaknya yang begini membuatnya sedih. Ia tahu betul apa yang dirasakan anaknya jadi dia memutuskan untuk membiarkannya saja.
"kalau begitu eomma pulang duluan ya? jaga kondisi kamu jangan sampai sakit, kamu bisa datang ke eomma dan appa kalau ada apa-apa, ne?" ucap eomma Jihyo.
Ia berdiri bersama appa Jihyo dan pergi ke belakang menghampiri teman-teman Jihyo disana.
"eomma titip Jihyo ke kalian ya? jangan sampai dia sakit"
"ne" jawab mereka lalu eomma dan appa Jihyo pergi.
Kali ini eomma dan appa Tzuyu yang menghampiri. "kami juga pulang duluan ya? eomma juga merasa sedih ditinggal anak eomma, jadi eomma tahu apa yang kau rasakan. sekarang, kau harus belajar mengikhlaskan. Tzuyu pasti juga sedih melihatmu begini"
Eomma Tzuyu mengecup kepala Jihyo lalu pergi meninggalkan area pemakaman. Kini hanya tersisa teman-temannya saja. Mereka mendekat ke Jihyo. Mereka juga merasakan gal yang sama, ditinggal kawan terbaik pasti sangat menyakitkan. Apalagi untuk Dahyun dan Chaeyoung yang mengenalnya paling lama.
Nayeon yang berada di sebelah Jihyo mengusap punggungnya berusaha menguatkan. Ia sahabat sekaligus saksi dari kisah percintaan mereka tentu tahu jika ini pasti sangat berat untuk Jihyo. Mereka masih di sana untuk waktu yang cukup lama hingga langit semakin sore dan malam akan tiba.
"ji, ayo pulang sebentar lagi malam" ucap Nayeon lembut.
"Nanti nay" jawabnya singkat.
"tapi sebentar lagi gelap"
"kalian duluan saja, aku masih butuh waktu disini sendirian" ucap Jihyo.
Nayeon menatap ke semua temannya memberi pesan tersirat dan mereka semua mengangguk. "okay, kita tunggu di mobil ya?"
Mereka semua kecuali Jihyo pergi ke mobil. Jihyo yang ditinggal sendirian kembali menatap makam kekasihnya itu. Ia kembali menangis, menangis yang membuat dadanya sesak, menangis yang ia sendiri tak tahu kapan bisa berhenti, Jihyo hanya bisa menangis.
‘unnie, aku pulang’
‘unnie, ayo besok kita pergi’
'aku masih mengantuk, unnie'
‘semangat unnie!’
Setiap kata darinya kembali terbayang, masih sangat baru dipikirannya, tapi sekarang Jihyo tak akan bisa mendengar suara itu lagi, suara yang paling indah di telinganya. Tangisannya semakin menjadi, ia tak tahu harus berbuat apa setelah ini. Jihyo benar-benar hancur.
Ia berusaha mengatur nafasnya agar tidak menangis lagi. Jihyo kembali manatap batu nisan itu. Chou Tzuyu, sumber kebahagiaannya kini sudah tiada. Jihyo hanya bisa berdoa yang terbaik untuknya, hanya itu yang bisa ia lakukan.
Jihyo mengecup batu nisan itu membayangkan itu adalah kening Tzuyu. Air mata kembali keluar, tapi ia harus tetap kuat, untuk Tzuyu. Ia berdiri dan menatap kembali makam kekasihnya itu.
‘i love you, Jihyo unnie'
Kalimat itu adalah kalimat yang paling Jihyo sukai dari semua kalimat yang pernah ia keluarkan. Dadanya kembali sesak karena semuanya tak ada lagi, tak ada lagi ucapan selamat pagi, tak ada lagi kecupan di pagi hari, tak ada lagi kata kasih sayang.
Ingat sangat apa kata pertamanya saat pertama kali bertemu sampai setelahnya, banyak kata-kata cinta yang dipenuhi dengan kasih dan sayang. Hingga Jihyo suatu hari mendengar kata “sampai jumpa”, tapi Jihyo tidak mengetahui jika itu adalah kalimat terakhir darinya dan setelahnya, tak ada lagi kata “jumpa”.
“i love you too, always”
Jihyo membalikan badannya, Kakinya sangat berat untuk melangkah. Perlahan tapi pasti Jihyo meninggalkan tempat itu, meninggalkan Tzuyu beristirahat di tempatnya.
Saat bejalan ke pintu keluar, ada seorang berpakaian serba hitam hanya berdiri di tengah jalan, tapi ia tak menhiraukannya. Jihyo berjalan ke pinggir melewati orang itu
"sepertinya, kau sangat mencintainya"
Jihyo berhenti setelah beberapa langkah karena orang itu tiba-tiba berbicara. Dari siuaranya ia bisa tahu kalau ia adalah wanita. Jihyo diam, tak menoleh, tak berbicara, hanya diam.
“kalian berdua sangat cocok dan aku pikir kalian akan berakhir bahagia dalam waktu dekat" orang itu menghela nafasnya panjang. “aku turut berduka tentang kematian kekasihmu" ucap orang itu lagi.
Dapat Jihyo dengar jika orang itu mulai melangkahkan kakinya. Kali ini Jihyo berbalik arah dan melihat gadis itu pergi ke pintu keluar satu lagi. Aneh, tapi Jihyo sama sekali tak memperdulikannya. Jihyo keluar dari area makan menemui temannya dan akan menghadapi kehidupan yang baru, tanpa Tzuyu.
***
TBC😁
![](https://img.wattpad.com/cover/286512644-288-k981228.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Same but Different | Jeonghyo
FanficKetika seseorang yang paling kita cintai meninggalkan kita dengan cara yang paling tidak baik, orang itu pasti tidak akan pernah pergi dalam hati dan pikiran kita. Tapi bagaimana jika suatu hari kita bertemu dengan seseorang yang mirip dengan orang...