Jatuh terduduk dalam diam, seperti itulah keadaanku sekarang setelah apa yang semua bibi katakan padaku..
Sudah ku putuskan, aku akan pulang sekarang, aku tidak bisa tetap disini disaat aku sudah mengetahui semuanya.
aku harus pulang, aku tidak mau lebih egois lagi.
Tapi dengan bodohnya, bahkan sebelum pulang aku masih berpikir untuk menghubungi kedua orang tuaku.
"Halo ayah...??"
"oh, minhoyaa.. Why? " Jawabnya.
"Apa ayah lagi sama bunda sekarang? Aku mau bicara sama kalian" Kataku lagi.
"Oh iya, ngomong aja ada apa? Bunda disamping ayah sekarang, kita lagi persiapan buat meeting nanti. Ayah sudah loudspeaker jadi ngomong aja ya, bentar lagi kita mau meeting."jelasnya.
"Hyunjin sakit"
"...... " Gak ada jawaban, mereka diam.
"Ayah!!! Bunda!!! Aku tau kalian dengar aku kan? Hyunjin sakit yah, bun? Sedangkan dia sendirian sekarang. Hanya ada bibi dan paman dirumah. Kita tidak bisa hanya mengandalkan mereka. Apa hanya ini respon kalian?" Kataku yang kesal dengan diamnya mereka.
"Kita dengar kamu ngomong apa, tapi untuk saat ini ayah sama bunda bener bener lagi gak bisa pulang, Nanti ayah sama bunda sempetin telfon hyunjin yaaa??? "
"Apa maksud kalian? Ayah, bunda, apa tidak bisa, sekaliiii saja, tolong pentingin kita daripada kerjaan, seenggaknya tolong kasih perhatian ke hyunjin, apa tidak sedikitpun terbesit di pikiran ayah sama bunda kalo gara gara kesibukannya kalian berdua, kita yang jadi korbannya?? "
"Tolong ayah, bunda..aku tidak minta kalian untuk memikirkan aku, tapi tolong pikirkan hyunjin, dia tidak sekuat diriku, dia masih terlalu muda untuk mengalami seperti ini. Dia butuh kalian seperti anak seumuran nya"
Aku sudah tidak bisa menahan emosiku lagi, aku sudah tidak bisa menyembunyikannya.
"Minho, cukuppp!! Apa hanya itu yang kamu pikirkan selama ini, kamu sudah dewasa, begitu juga hyunjin!! Ayah sama bunda seperti ini itu untuk kalian, untuk masa depan kalian, kita disini bukan liburan tanpa kalian, tapi kerjaaa!!! Jadi tolong, kamu ngertiin ayahh, minggu depan ayah sama bunda pulang jadi kamu katakan ke hyunjin, bantu ayah sama bunda disini dengan jaga dirinya baik baik dan gak usah manja dia bukan bocah lagi"
"Hahaha... Dari dulu hanya itu yang ayah katakan. Bodoh sekali aku, aku udah tau akan seperti apa respon kalian, tapi masih saja aku menghubungi kalian dan terus berharap lebih?"
"Baiklah kalau kalian tidak bisa menjaga hyunjin, biar aku saja."
"Tidak seperti itu minhoyaa.. " Kali ini suara bunda yang terdengar lembut.
"Lalu apa bunda, kalo bukan seperti itu lalu apa yang benar? Kalian emang selalu saja lebih mentingin kerjaan daripada kita, kita gak butuh itu semua bunda, kita hanya butuh kalian, kita ingin memdapatkan yang anak anak lain juga dapatkan bunda"
"Ah..sudahlah aku akan pulang sekarang juga, aku ingin melihat keadaan hyunjin!" Kataku sambil menutup telfon tanpa menunggu respon bunda.
Apa ada orang tua yang seperti orang tuaku.
*
Tanpa tunggu lama, aku langsung memesan tiket pesawat dengan jadwal penerbangan tercepat,.
selesai masalah tiket, aku pun mengemasi barang barang ku, dan memasukannya ke koper, tak lupa beberapa paper bag berisi hadiah yang selama ini aku kumpulkan untuk hyunjin.
Aku akan menghubungi pihak kampus untuk meminta izin dan bilang kalo ada sesuatu hal yang mengharuskan aku untuk pulang.
Aku tidak mau memunda lagi, otaku terus terusan memikirkan dan membayangkan hyunjin yang kesakitan dan membutuhkan ku.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY (HWANG HYUNJIN)
Fanfiction" Kenapa mereka tidak mengabariku, kenapa hanya telfon ke minho hyung, kenapa? Apa aku tidak berhak untuk mendapatkan telfonnya. Apa mereka tidak ingin tau bagaimana kabarku? Dan kenapa malah harus suruh minho hyung yang mengabariku tentang itu semu...