aku menggendong hyunjin ke kamar, setelah tadi dikamar mandi tubuh hyunjin meluruh hampir saja jatuh, untungnya aku melihatnya dan dengan sedikit terkejut aku langsung menangkapnya agar dia tidak jatuh ke lantai kamar mandi.
Sesampainya dikamar, tubuh hyunjin yang masih lemas aku baringkan diranjangnya.
Sakit sekali rasanya melihatnya seperti ini, hyunjin dengan wajah pucatnya, tubuh yang lemah tak berdaya, suaranya yang lirih.
Aku dan bibi berusaha sebaik mungkin untuk membuat hyunjin lebih baik, mulai dari memaksanya minum obat, mengompresnya.
Kita bener bener tidak bisa tenang, mengantuk sudah tidak dirasa lagi oleh kita berdua. Apalagi di tengah malam, dengan mata yang terpejam, hyunjin demam tinggi. Ditambah dia mengigau memanggil nama ku berulang ulang.
Yang bikin hatiku bergetar sakit, saat dia mengigau memanggil manggil ayah dan juga bunda. Dalam ngigaunya dia bilang padaku kalo dia kangen sama ayah sama bunda.
Ingin sekali rasanya aku teriak, hatiku sesak melihat dan mendengar semua ini. Aku tak bisa menahan air mataku, aku menangis keras di samping hyunjin, dadaku sesak sekali, sakit sekali rasanya.
Bibi yang melihatku menangis histeris dengan tubuh yang bergetar, langsung memelukku, menenangkan tubuhku.
"Bi.. Hatiku sakit bii.. Aku gak bisa liat hyunjin seperti ini, kenapa dia harus punya orang tua seperti mereka. Mereka gak layak buat hyunjin bii.." Tangisku dipelukan bibi.
"Sabar den, aden harus kuat buat den hyunjin, hanya aden yang bisa menolong den hyunjin sekarang. Sekarang menangis lah den, menangislah sepuas aden, tapi nanti saat den hyunjin bangun, bibi harap aden lebih kuat dari ini."
Aku pun menangis lebih keras lagi.
Ya.. sekali saja, aku menangis seperti ini.
Saat aku sudah sedikit tenang, aku kembali melihat ke wajah hyunjin, aku akan membawa hyunjin ke rumah sakit kalo dia tidak membaik juga.
Tapi untungnya, demam nya sudah sedikit turun, dibandingkan tadi. Wajahnya juga sudah sedikit tenang.
Aku menghembuskan nafas lega.
Dan aku pun mulai merasakan kantuk , saking ngantuknya sampai tanpa sadar aku pun terlelap di samping tubuh hyunjin.
Baru dua jam aku tertidur, dan anehnya sinar matahari pagi sudah masuk mengenai wajahku. tiba tiba aku merasakan ada gerakan di sekitarku.
Benar saja, saat aku terbangun, aku melihat hyunjin sudah bangun lebih dulu, lega sekali rasanya.
sepertinya dia sedang berusaha untuk mengambil minuman yang ada di atas meja disamping ranjangnya.
Aku yang terbangun langsung meraih segelas air dan memberikannya untuk ia minum. Aku mengecek suhu badannya dengan menempelkan punggung tanganku ke dahinya. Syukurlah dia sudah lebih baik. Wajahnya juga sudah tidak sepucat semalam.
Hyunjin yang mungkin menyadari muka kurang tidurku, dia langsung menyuruhku melanjutkan tidur dan kembali ke kamarku.
Aku masih sedikit khawatir dengan keadaannya, tapi melihat betapa keras dia membujuk ku dan meyakinkan ku kalau dia sudah baik baik saja, aku pun menyetujuinya dan memutuskan kembali ke kamarku.
"Hyunnggg...!!" Panggilnya sesaat sebelum aku menutup pintu kamarnya.
"Ada apa? Kau butuh sesuatu lagi?" Tanyaku dengan wajah lelahku.
"Tidak, aku cuma mau tanya tentang sekolahku.." Jawabnya.
"Ohhh.. Soal itu, Hyung sudah bilang ke wali kelasmu kalo hari ini kamu izin gak bisa masuk karna sakit" Jelasku padanya.
"Oh ya sudah, Hyung tidurlah" Sambungnya yang lagi lagi menyuruhku untuk melanjutkan tidurku. Mungkin wajahku sekarang benar benar memperlihatkan wajah yang sangat kurang tidur.
Aku senang melihat ada senyum diwajahnya pagi ini. Dan aku lega untuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY (HWANG HYUNJIN)
Fanfiction" Kenapa mereka tidak mengabariku, kenapa hanya telfon ke minho hyung, kenapa? Apa aku tidak berhak untuk mendapatkan telfonnya. Apa mereka tidak ingin tau bagaimana kabarku? Dan kenapa malah harus suruh minho hyung yang mengabariku tentang itu semu...