Sepanjang perjalanan ke sekolah, Ni-ki hanya melamun.Sejak kemarin malam, dia terus kepikiran soal apa yang dikatakan Heeseung, apa keadaannya memang separah itu?
Bahkan saking cemasnya dia memikirkan itu, Ni-ki harus meminum obat penenang beberapa kali sejak semalam.
Saat mobil sudah sampai di depan sekolah, Ni-ki langsung keluar begitu saja, tidak menghiraukan Heeseung yang terus memanggilnya dan para abangnya yang menatapnya heran.
"Itu Ni-ki kenapa sih? Sejak sarapan tadi dia diem mulu, gak ngomong-ngomong, ada yang lagi berantem sama dia?" Tanya Sunghoon.
"Gak ada, cuman ada sedikit masalah aja kok, gak usah khawatir. Jungwon, tolong bantu bujuk Ni-ki ya?" Ucap Heeseung.
Jungwon yang mengerti pun langsung mengangguk, lalu turun dari mobil diikuti Sunoo.
Sementara itu, Ni-ki pergi ke rooftop, entah kenapa itu adalah tempat yang terpikirkan dalam pikirannya saat ingin sendiri.
Disana, dia hanya diam menghirup udara segar, mencoba menghilangkan rasa cemas dalam dirinya.
Entah kenapa setelah Heeseung mengatakan jika dia sebaiknya pergi ke psikiater, Ni-ki terus cemas memikirkan itu.
Dia ingin menurut agar bisa cepat sembuh tapi dirinya yang lain berkata bahwa dia baik-baik saja dan tidak perlu psikiater.
Rasa kalut dan cemas itu membuatnya terus-menerus ingin meminum obat penenang agar dia bisa merasa sedikit tenang.
Dia sadar sekarang, dia memang sudah bergantung pada obat itu, Ni-ki tak bisa menampiknya, tapi sebagian dalam dirinya menolak keras untuk menyetujui apa yang diusulkan Heeseung.
Menyadari nafasnya mulai tak beraturan dan tubuhnya terasa tak nyaman, dia segera merogoh sakunya dan mengambil obat, lalu menelannya tanpa minum.
Dia sekarang sudah terbiasa.
Tiba-tiba wadah obatnya dirampas seseorang, Ni-ki terkejut dan mendapati Jungwon yang memegang obat miliknya sambil menatapnya tajam.
"Udah berapa banyak butir yang lo minum sejak semalam?" Tanyanya.
Ni-ki tak menjawab, melainkan melengos pergi menuju pembatas rooftop dan duduk disana.
"Ki? Lo cemas mikirin soal usulan bang hee? Sampe berkali-kali minum obat?" Tanya Jungwon lagi.
"Hm."
Jungwon ikut duduk, lalu menarik tangan Ni-ki dan memberikan kembali obat miliknya, kemudian merangkul adiknya itu.
"Hey dengerin gue, ke psikiater itu bukan berarti lo gila, atau punya penyakit mental yang parah. Lo disana cuman ngejalanin terapi, biar perlahan lo bisa terbebas dari gangguan kecemasan, dan trauma yang lo alami. Kita bilang kayak gini karena kita gak tega liat lo harus ketakutan tiap bangun tidur, kita gak mau lo terus-terusan dihantui rasa takut setiap hari Ki, ini demi kebaikan lo."
Ni-ki hanya diam menundukkan kepalanya sambil memainkan jari-jemarinya.
"Sekali lagi, ini demi kebaikan lo, tapi kalo lo tetep gak mau, oke gapapa, kita gak akan maksa. Tapi gue harap lo pikirin lagi, ada baiknya lo mau biar lo bisa terapi dan sembuh secara perlahan daripada harus bergantung sama obat terus-terusan."
Kemudian Jungwon menepuk pundak Ni-ki dan berlalu pergi dari sana. Meninggalkan Ni-ki yang masih termenung, bimbang dengan keputusan yang akan dia ambil.
Ⓕⓐⓚⓔ ⓚⓘⓝⓓⓝⓔⓢⓢ
Ni-ki membuka pintu dan masuk ke ruang guru dengan santai, lalu berjalan menuju meja wali kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Kindness ; Ni-ki ft. Enhypen [✓]
Fanfiction"Lo cuman anak angkat, jadi inget batasan lo!" "Itu artinya, kalian emang gak pernah sepenuhnya nerima gue kan?!" Seharusnya, Ni-ki memang tak menerima tawaran untuk ikut keluarga yang mau mengangkatnya menjadi anak itu. Harusnya dia tetap tinggal d...