Semesta 33

4.2K 378 37
                                    

Beter eerst de sterren raken en een paar opmerkingen achterlaten

Better hit the ⭐ first and leave some comments
.
.
.

Serangkaian acara telah berjalan dengan lancar, lantunan ayat suci Al-Qur’an terdengar indah di acara syukuran 7 bulan kehamilan Hannah tengah digelar di kediaman Natawiryawan pagi ini, berkali-kali Hannah mengusap matanya yang kerap berair sambil ikut mengaji. Tak terasa tujuh bulan sudah kehamilan ini Hannah jalani, walaupun tak sedikit cobaan yang menghampiri di awal kehamilannya itu, mulai dari harus bedrest hingga beberapa fitnah yang ia dapatkan sebelum tahu bahwa janin yang dikandungnya adalah janin kembar.

Terlepas dari semua itu, Hannah bersyukur ada Bryan yang selalu bersamanya dalam keadaan apapun dan menjadi suami siaga di setiap keadaan meskipun keduanya punya kesibukkan masing-masing namun sebisa mungkin Bryan selalu ada untuk istri dan kedua calon anaknya yang sebentar lagi hadir di antara mereka berdua.

Sekali lagi Hannah mengusap kedua matanya perlahan, lagi air matanya meluncur tak tertahankan seraya memanjatkan doa agar kehamilannya ini diberi kelancaran hingga persalinan nanti. Bryan mengambil sebelah tangan Hannah, diusapnya punggung tangan halus itu lalu Bryan menatap Hannah kemudian.

See, aku percaya kamu bisa dan kita sampai di sini.” Ujar Bryan pelan dan tersenyum.

Hannah mengangguk ditengah tangis harunya itu. “Iya, Mas. Alhamdulillah…” sahut Hannah.

Rumah yang biasanya sepi-sepi saja kini ramai orang, banyak tamu yang datang meski acara ini tertutup untuk media meliputnya. Hannah dan Bryan tetap akan mengadakan pers conference setelah selesai acara, untuk sekarang mereka menikmati kumpul-kumpul dengan keluarga serta teman-teman yang hadir.

“Lo yang hamil, gue yang enggap…” ujar Bryna saat membantu Hannah duduk sebelahnya.

“Jangankan lo, gue pun.” Hannah menghela napasnya begitu berhasil duduk dengan posisi enak dengan bantal di belakangnya.

Bryna tersenyum mendengarnya. “Nggak apa-apa, nikmatin aja ya. Doain gue biar cepet nyusul.”

“Aamiin…, biar anak kita seumuran ya. Habis ini lo hamil.” Kata Hannah sambil menginjak jempol kaki Bryna karena mitosnya hamil itu menular.

“Aduh!” Bryna mengaduh. “Kenapa diinjak jempol gue?” tanya Bryna polos.

“Biar nular.” Hannah berujar lalu tertawa.

Bryna menepuk dahinya. “Mitos dari mana lagi ini ya ampun. Di kira pilek kali nular-nular.” lanjutnya sambil menggelengkan kepalanya sementara Hannah masih terkikik sambil memegangi perutnya yang ikut nyeri ketika tertawa.

Sedang asik bercanda dengan Bryna, Tiwi datang menghampiri Hannah dan bilang bahwa media sudah menunggu Hannah dan Bryan untuk memberikan beberapa klarifikasi dari berita-berita yang kemarin beredar karena Hannah ataupun Bryan tidak pernah muncul ke media serta memberi informasi yang benar, hanya Tiwi sebagai perwakilan dari Hannah untuk segala penjelasan yang di harapkan para media.

Bryan lantas menggandeng tangan Hannah, menatapnya sebentar lalu keduanya mengangguk, tanda bahwa keduanya sudah siap diberondong pertanyaan oleh media yang hari ini datang dan menunggu mereka sejak pagi tadi dan baru bisa ditemui siang ini pasca acara selesai juga sebagian tamu sudah pulang.

Flash kamera dan riuh awak media terdengar ketika Hannah dan Bryan mulai keluar dari dalam rumah dan duduk di kursi yang sudah diatur oleh Tiwi di taman halaman depan rumah keluarga Natawiryawan.

SEMESTAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang