Melisa

37 2 0
                                    

Saat istirahat aku berjalan jalan di sekitaran mading. Kebetulan aku habis mengumpulkan tugas ke meja guru. Jadi aku bisa melihat lihat mading di sekitaran ruang guru. Tanpa sengaja, aku melihat poster tentang  lomba melukis. Aku tertarik untuk mengikuti lomba tersebut. Hadiah nya juga lumayan, bisa buat makan satu minggu. Aku melihat anak Osis tak jauh dari tempat aku berdiri. Sepertinya dia yang menempelkan poster ini.

"Permisi, gue boleh minta formulir pendaftaran lomba melukis ga?" Aku mendekati orang itu.

Dia membalikkan badannya sehingga aku bisa melihat wajah nya secara jelas. Ternyata dia adalah Leo.

"Lo lagi. Mau ikut lomba?" Tanya Leo.

"I- iya. Gue bisa kan?" Aku bertanya untuk memastikan.

"Bisa. Nih lo isi. Abis itu kasih ke gua atau anak Osis yang lain." Jawab Leo.

Dia memberikan selembar kertas yang berisi formulir pendaftaran kepadaku. Kemudian tanpa banyak bicara lagi dia meninggalkanku entah ke mana.

Aku pun membalikkan badan hendak ke kembali ke kelas. Namun, baru beberapa langkah tiba tiba dari belakang ada yang menarik rambutku.

"Ahh." Aku meringis kesakitan akibat rambutku yang dijambak.

"Kenapa? Sakit? "Tanya seorang wanita yang menjambak rambutku. Ternyata dia adalah kakak kelasku yang bernama Melisa.

Ingin rasanya aku metobek mulut dia. Sepertinya dia tidak punya perasaan. Tentu saja rambutku sakit akibat jambakan dia. Masih saja bertanya.

Aku menepis tangan dia dari kepala ku.  Kemudian aku mendorong tubuhnya agar menjauh dariku. Dia hampir terjatuh. Untung saja ditahan oleh kedua temannya.

"Ada masalah apa lo sama gue?" Aku mencoba untuk bertanya secara baik baik.

"Lo masih nanya? Lo ga sadar sama kelakuan lo? "Dia bertanya balik kepadaku.

"Ngga lah. Gua ga pernah ngelakuin kesalahan sama lo." Aku menjawab seadanya.

"Lo udah deketin Leo. Gue suka sama dia." Melisa berteriak sehingga mengundang perhatian banyak orang.

"Lo gak pacaran kan sama Leo. Lo cuma suka sama Leo, dan Leo juga belum tentu suka sama lo." Aku berusaha untuk tetap tenang meskipun dia sudah membuat aku malu.

Dia terlihat mengepalkan tangan kuat kuat. Sepertinya dia sedang menahan emosinya. Wajahnya memerah entah menahan malu atau apa. Entah lah aku tidak peduli. Aku masih banyak urusan yang harus aku selesaikan.

"Sorry ya gue sibuk. Gue duluan dahhh." Aku melambaikan tangan ke arah Melisa kemudian berlari menuju kelas.

Di kelas terlihat Bintan dan Cinta. Sepertinya dia habis dari kantin dan sekarang sedang menggosip dengan anak anak yang lain.

Saat aku masuk ke kelas, pandangan Bintan dan Cinta beralih kepada ku.

"Lo ngumpulin tugas lama banget. Abis ngapain lo?" Tanya Bintan sangat antusias.

"Biasalah tadi ada si Melisa. Dia nyari masalah sama gue." Aku menjawab pertanyaan Bintan kemudian duduk di sampingnya.

"Dia bikin masalah apa sama lo?" Kini Cinta yang bertanya.

Dengan malas aku menjawab pertanyaan Cinta supaya mereka tidak mati penasaran.

"Jadi tadi si Melisa labrak gue. Dia jambak rambut gue. Mungkin dia cemburu gara gara gue deket sama si Leo." Aku menjelaskan kejadian tadi.

"Wahh itu sih harus dikasi pelajaran. Mana orang nya? Gue ga bisa tinggal diem kalo sahabat gue diginiin. "Bintan beranjak dari tempat duduk nya. Namun, aku menghalangi Bintan. Aku tidak mau kalau dia gegabah dan malah membuat semuanya makin runyam.

"Lo jangan gegabah. Gue punya rencana buat bales si Melisa. "Aku tersenyum jahat seperti karakter antagonis di sinetron sinetron.

Pacarku Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang