"Bukan Bim, Abram itu temen gue udah dari MPLS. Jadi wajar aja ya kan gue deket sama dia?" Jawab Silka Santai, karena memang kenyataannya begitu?
Abim mengangguk, "Gue kira kalian pacaran, soalnya kata Fizza gitu."
Silka melotot, "Sialan, lo ditipu Pizza!"
Abim tertawa hingga matanya menyipit, Silka sampai sedikit terpesona karena memang Abim semanis itu. Semua mengakuinya bukan hanya Silka.
Silka membuka ponselnya, sudah ia duga ponselnya akan ramai pada hari ini, beberapa Silka tolak karena minta diskon, dikira Silka lagi buka diskonan apa!
"Jadi gak Bim?"
Abim terdiam, menimang- nimang apakah ia benar- benar butuh info seseorang itu, sebenarnya Abim hanya penasaran saja.
"Gimana ya?"
Silka menggendikkan bahunya, "Lah lo gimana? Kok tanya gue."
Abim berpikir sejenak, "Em gajadi deh Sil, lain kali aja."
Silka mendesah kecewa, "Yah kabur deh duit gue."
Abim mengacak gemas rambut silka, sembari terkekeh dan kembali lagi bergabung bersama komplotannya.
Silka membeku sejenak, setelah hampir beberapa detik ia tersadar lalu segera menggelengkan kepalanya mencoba tersadar dengan situasinya sekarang.
"Alay lo Sil," Gumamnya.
----
"Pulang Sil?" Tanya Abram dengan menyampirkan tas ke bahunya.
Abram ikut menunduk membereskan kolong mejanya yang berisi banyak buku- buku paket yang sengaja ia tinggalkan disekolah. Maklum anak cowok gamau repot.
"Gue mau ke kelas pelanggan dulu Bram, lo kalo mau pulang duluan ya gapapa, nanti pulangnya gue pesen ojol aja."
Abram menggeleng, "Gak ah, lagian gue dirumah juga gabut."
"Yaudah."
Keduanya pergi keluar kelas dan berjalan menyusuri lorong untuk ke kelas anak IPA 2 yang hari ini daftar jadi pelanggan Silka. Incarannya Kakak kelas ketua Rohis pula.
Emang gak main- main incaran Pelangganya kali ini.
"Naura!"
Yang di panggil Naura segera mendongak setelah tadi berkutat dengan ponselnya dan sendirian di kelas.
"Heh Silka! Gimana? Dapet gak?"
Silka tersenyum miring, "Ngeremehin gue lo? Ya dapet lah!"
Naura tersenyum sumringah, segera menggeser kursi disebelahnya dan menyuruh Silka duduk. Tak memperdulikan Abram yang seperti tak dianggap.
Setelah sadar ada seseorang yang juga duduk di depan mereka, Naura terkejut.
"Eh Bram! Gue kira siapa!"
"Kok lo ikut sih? Malu gue, keluar sana!" Usir Naura.
Abram menaikkan sebelah aliasnya, "Kenapa? Gue gak bakal bocor kok," jawab Abram polos.
Naura menepuk dahinya, "Bukan masalah bocor, tapi gue malu."
"Malu kenapa sih? Yang penting lo pake baju!" balas Abram kesal.
Naura mengibaskan tangannya tak perduli.
"Ehm! Jadi gini Ra. Info yang gue dapet kak ketua Rohis itu emang gak pernah pacaran, yaiyalah orangnya sholeh banget."
"Tapi anak- anak banyak yang ship-in dia sama kak Aisyah itu, ya katanya cocok soalnya sama- sama agamis gitu. Tapi menurut gue emang cocok sih soaln-"
Naura menutup paksa mulut Silka, "Bacot lo! Ngapa lo malah bikin gue emosi sih sil!"
Abram tergelak, begitupun dengan Silka yang menyengir.
"Ya maap, pokonya kak rohis itu masih aman lah, tapi saingannya kak aisyah hahaha."
Naura kesal sekali, "Iyee udah tau, besok gue mau hijrah."
"Hijrah mah karena tuhan bukan karena cowok," Sahut Abram.
Silka mengangguk setuju.
Dan setelah berbincang- bincang dengan Naura Dan hari juga semakin sore, Silka memutuskan pulang dengan Abram yang masih setia berjalan disampingnya.
Tidak ada percakapan diantara keduanya, menyusuri lorong sekolah yang sepi dengan ditemani angin yang berhembus pelan dan warna langit yang berubah orange.
Sore itu untuk pertama kalinya Silka dan Abram kehabisan topik obrolan, keduanya hanya diam seolah bergelut dengan pikiran masing- masing.
Kebetulan kelas Naura dengan gerbang juga lumayan jauh karena memang kelasnya yang berada di pojok.
Silka yang bosan memandang Abram yang lebih tinggi darinya sedang memandang lurus kedepan dan sesekali menoleh ke arah lapangan.
"Bram, tadi Abim ngira kita pacaran."
Entah kenapa kalimat itu yang keluar, tidak sejalan dengan isi otaknya.
Abram menoleh, "Abim kan emang anak baru."
Silka mengangguk, "Kenapa ya Bram, beberapa orang itu ngira kita pacaran?"
"Ya mungkin karena kita keliatan deket Sil."
Silka tersenyum jahil, "Emang kita deket?"
"Parah banget lo sil, Gitu ya lo? Oke kita unfriend."
Silka terbahak dengan memukul lengan Abram berkali- kali, kebiasaan cewek kalo ketawa.
Abram mendengus geli.
"Ah udahlah lo malesin."
Kan, ujung- ujungnya Abram yang salah.
"Kok gue?"
"Ya karena emang elo!"
Abram merangkul Silka dengan erat, lalu menariknya lari lewat lapangan yang luas, menyusuri lorong membuang waktu. Lagipula Abram juga ingin segera pulang dan membersihkan badan karena setelah itu ia ada janji dengan komplotan gesreknya itu.
"Ayo naik!"
"Sabar napa! Motor lo gede banget kaya kebo!"
"Lo aja yang boncel!"
"Ih bodyshaming."
"Kenyataan Sil."
-bersambung-
Funfact :
1. Cewek kalo mukul sambil kenceng banget
2. Ujung- ujungnya nyalahin cowoThankyou yang udah mampir <3

KAMU SEDANG MEMBACA
NOSTALGIA
Teen FictionSilka, Ratu ter-update di brawijaya, semua orang mempercayakan informasi kepadanya. Setiap hari ia selalu kebanjiran Job untuk mencari informasi tentang seseorang yang di incar oleh pelanggannya, Silka menyebutnya pekerjaan Sampingan. S.O.D.A Kelasn...