15- Putus?

28 2 0
                                    

"Memperjuangkan hubungan itu wajib, tapi kalau kondisi kita yang beda agama, apa masih wajib untuk diperjuangkan?"

---

Fany dan Raya berjalan kaki menuju rumahnya. Fany juga mau untuk menceritakan kisah hidupnya pada Raya. Walau di benaknya terbesit rasa takut, jika Raya nantinya akan jijik padanya, seperti teman-temannya dahulu.

"Ini rumah lo?" tanya Raya takjub.

"Iya," balas Fany seadanya.

Raya melihat mobil yang terparkir rapi di garasi rumah, Ia seperti kenal dengan pemilik mobil ini. Karena malas bertanya, Raya mengabaikan nya.

"Assalamualaikum," kata Fany cukup kencang saat membuka pintu rumah itu, wajar saja, di rumah besar seperti itu tidak akan terdengar suara pintu terbuka.

Wanita cantik datang dari balik dapur yang masih menggunakan celemek. "Waalaikumsalam, eh ... udah dapet temen aja."

Raya yang melihat wanita itu tercengang beberapa saat. Ya bagaimana tidak, Ia sekarang berada di rumah kepala sekolahnya, yang artinya Ia harus benar-benar menjaga sikap. Dengan sopan, Ia langsung salim pada kepala sekolahnya.

"Tante udah masak, nanti ajak teman kamu makan ya," pesan Almira.

Fany mengangguk, "makasih Tante."

Almira tersenyum manis dan langsung kembali menuju dapur.

Raya menahan tangan Fany yang saat melihat Fany akan pergi. "Bu Mira itu Tante lo?"

Fany mengangguk, "kita ke Ibu gue dulu, baru gue cerita."

Raya menurut, Ia mengikuti langkah Fany. Walau dalam hati, Raya masih bingung apakah benar Fany itu keponakan kepala sekolahnya?

Ceklek.

"Assalamualaikum, Bu. Fany pulang," ucap Fany seraya mendekat pada Evi. Sedangkan Raya, Ia malah merasa takut. Bahkan rasa takutnya melebihi takut saat Ia mengetahui ini adalah rumah kepsek.

Tanpa aba-aba Evi langsung menjambak rambut indah Fany, "KAMU BAWA SIAPA? IBU GAK MAU KETEMU ORANG ASING!"

Raya takut, canggung dan merasa kasihan pada Fany. Ia bingung harus melakukan apa saat ini. Masa iya Raya harus pulang ke rumahnya saat Fany sedang disiksa.

"Dia ... teman Fany, Bu," jawab Fany menahan sakit di kepalanya.

Evi tidak peduli dengan jawaban Fany. Jujur saja, Evi tak suka Fany mempunyai teman.

"SAYA PENGEN KAMU HIDUP SENDIRI, GAK BERGANTUNG SAMA ORANG LAIN. SAYA TEGASKAN LAGI, JANGAN PERNAH PUNYA TEMEN!"

Raya menelan salivanya dengan susah, lalu Ia berbalik menuju dapur. Mencari keadaan Almira.

"B-bu Mira, Ibu Fany---"

Tanpa mendengar seluruh ucapan Raya selesai, Almira langsung berlari menuju kamar Evi.

"Kak, lepasin ya. Fany bawa temennya buat belajar bareng, kok," ucap Almira, menenangkan Evi.

Perlahan Evi melepaskan jambakannya, Ia menatap Raya penuh intimidasi. "Al, jaga Fany. Saya gak mau perempuan itu bawa Fany pergi."

PUTUS ATAU TERUS?(HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang