"Dipatahkan mental yang menyakitkan, tapi fisik harus tetap haha hihi."
---
Reza langsung tersenyum saat melihat nama Fany yang memanggilnya sekarang. Hanya sebuah telepon saja jiwanya sudah terbang entah kemana.
"Halo, udah selesai?"
"Udah kok, tumben masih pagi udah bangun?"
Reza sepertinya terlalu bucin dengan telepon Fany. Semesta, tolong katakan bahwa sekarang sudah jam setengah dua belas siang, bukan pagi.
"Siang jalan, yu? Gue mau cerita sesuatu."
"Hari ini?" tanya Reza memastikan. Ia sudah ada janji dengan Naura untuk menghias gereja kan sekarang?
"Iya, gue gabut ditambah kangen sama lo."
"Gimana kalau malem aja? Siang nanti gue gak bisa."
Terdengar helaan nafas dari sebrang sana, "lo sibuk? Kalau sibuk mah gak usah Za."
"Gue ... belum bilang ini sih sama lo. Jadi, gue sama Naura kebagian hias gereja buat natalan nanti. Maaf ya, gue gak izin dulu sama lo."
"Iya gak papa. Tapi harus banget sama mantan lo itu, ya?"
"Iya Fan, gue janji deh gak bakal deket-deket sama dia."
"Ya udah, gue matiin telponnya ya. Ntar malem jangan lupa!" Belum sempat Reza membalas, telepon sudah ditutup oleh Fany.
Tanpa Reza sadari, Naura mendengar percakapan tersebut. Hatinya mencelos, Ia benar-benar sakit hati pada Reza. Ia memang mencintai Reza, tapi Ia bukanlah seorang perebut kebahagiaan sesama wanita, bukan!.
Reza malas ikut memilih barang dengan Naura, jadi Ia hanya menunggu Naura di mobil.
"Nau? Udah belanjanya?" tanya Reza kaget saat melihat Naura ada di sampingnya, bahkan tidak membawa satu barang apapun.
"Besok gue aja yang belanja sendiri. Capek banget gue hari ini," elak Naura menyembunyikan rasa sakit dihatinya.
"Lo sakit?" tanya Reza, iseng.
Naura tersenyum tipis, "plis Za, jangan sok peduli." batinnya, Ia sungguh tak berani mengatakan itu pada Reza. "Gue gak papa." Nah lihat, Naura memang sangat wanita, jika ditanya kenapa, jawabannya pasti gak papa.
"Ya udah, lo mau pulang sendiri atau gue anter?"
Lagi, Naura merasakan hatinya memanas. Untuk pulang saja Reza harus bertanya dulu? Haruskah Ia minta Reza untuk mengantarnya? Tapi, apakah Reza mau?
"Te---"
"Eh tapi maaf ya, gue gak bisa antar lo. Gue harus buru-buru balik ke rumah," ujar Reza.
"Iya gak papa." Setelah mengatakan itu, Reza langsung pergi meninggalkan Naura sendiri. Bahkan, Ia tak tahu jika sekarang Naura sudah mulai menangis.
---
Minggu ini menjadi minggu yang buruk bagi Fany. Ia cemburu? jelas. Bagaimana tidak, Reza harus dekat dengan Naura. Kalau perasaan Reza ke Naura balik lagi, gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTUS ATAU TERUS?(HIATUS)
Ficção AdolescenteCerita kali ini mengisahkan tentang kehidupan Fany Alexandria Azzahra yang harus dewasa sebelum waktunya. Ditinggal Ayah saat usia lima tahun, dan sejak saat itu Ibu nya mempunyai gangguan kejiwaan, bahkan tak segan untuk membunuhnya. Fany tidak di...