13-Olimpiade

20 3 0
                                    

"Dunia ini luas, tapi hanya setitik populasi manusia baik di dalamnya. Dan, aku belum termasuk kategori itu."

---

Fany sudah tak lagi menangis. Air matanya sudah mengering akibat serpaan angin yang cukup besar siang ini. Di sekitarnya masih sepi, bahkan suara angin saja sampai terdengar.

Namun langkah lari seseorang masuk dalam telinga nya. Ia menoleh ke belakang. Almira, sedang berlari ke arahnya dengan mata yang memerah.

Fany tak tahu Almira ini kenapa, tapi setelah ada dihadapannya, Almira langsung memeluk Fany dengan erat. Jangan lupakan air mata Almira yang kembali menetes membasahi seragam milik Fany.

"Tante, kenapa?"

"Harusnya Tante yang tanya, kamu gak apa-apa?"

Oh, Fany paham. Almira pasti mengetahui kejadian yang baru saja menimpanya tadi. Mungkin ada satu atau dua saksi mata yang melapor padanya.

Haruskah Fany bilang bahwa dirinya tidak apa-apa sedangkan ucapan demi ucapan semua orang sangat membekas di hatinya? Haruskah Fany bilang dirinya baik-baik saja setelah mentalnya dihempaskan begitu saja?

"Fany, dengar Tante." Almira melepaskan dekapannya dan menatap Fany dalam. "Kamu tau diri kamu yang sesungguhnya itu bagaimana. Ingat, kamu hanya melakukan yang kamu sukai, sama sekali bukan mencari perhatian orang lain. Dan satu lagi yang terpenting, kamu anak halal, Ibu mu mengandung setelah menikah resmi dengan ayahmu."

"Tante gak paham, mengapa seorang guru berani mengatakan hal tersebut pada seorang siswi baru? Bukan, bukan kamu yang gak pantas sekolah disana, melainkan dia, yang sangat tak pantas untuk mengajar disana," imbuh Almira.

"Maafin Tante, karena kelalaian Tante, kamu bisa mendapat cercaan seperti ini."

"Tan, Fany gak mau sekolah lagi. Fany mau jaga Ibu aja. Kesehatan Ibu jauh lebih penting dibandingkan pendidikan Fany," tutur Fany. Sebenarnya Fany tidak malas belajar, hanya saja malas bertemu orang-orang di kelas.

"Enggak boleh. Kak Evi sudah punya perawatnya sendiri. Kamu itu harus sukses, buat Ibu kamu bangga. Buat ayah kamu menyesal karena sudah meninggalkan anak sebaik kamu. Percaya sama Tante, sesudah hujan pasti ada pelangi. Hidup itu berputar, Sayang," kata Almira lembut.

Makasih Tante, di dekat Tante, Fany ngerasain kasih sayang seorang Ibu, batin Fany.

"Iya Tante, Fany mau lanjut sekolah lagi."

Almira tersenyum hangat, "semangat ya. Oh iya, Tante mau antar Kak Evi ke psikiater, kamu mau ikut?"

"Mauuu!"

----

Hari ini ada perkumpulan anak bulu tangkis SMAN 79 Jakarta. Katanya sih, ada perlombaan.

Reza langsung datang ke lapangan badminton untuk menemui Coach Anwar. Padahal hari ini adalah jadwal piketnya. Kalau kata Reza sih, buat apa nyapu lantai sekolah kalau di rumah sendiri hobi nya rebahan. Dasar, generasi rebahanisasi.

"Siang, coach!" sapa Reza semangat saat melihat coach Anwar sedang bermain ponsel di pinggir lapangan.

Anwar menghentikan aktivitas permainan di ponselnya. Ia menatap siswa kebanggaannya itu dengan antusias. "Siang, Za. Apa kabar?"

"Reza baik," jawabnya. Coach gak tau aja sih kalau Reza lagi galau akut.

Lima belas menit kemudian, seluruh anggota eskul sudah ada di lapangan. Mereka segera membentuk barisan sebelum Anwar atau Reza menyuruh.

PUTUS ATAU TERUS?(HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang