08. BATHTUB

751 40 6
                                    

Tanpa mengganti seragam polisinya, malam itu juga Faruk datang ke apartemen Arsenio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa mengganti seragam polisinya, malam itu juga Faruk datang ke apartemen Arsenio.

Sambil membawa buket bunga mawar putih di tangannya, Faruk mengetuk pintu apartemen. Bunga itu disembunyikannya di belakang punggung.

Tak lama pintu terbuka, Arsenio terlihat hanya mengenakan handuk yang dilingkarkan di pinggang.

"Kok nggak pake baju?" tanya Faruk dengan nada yang tidak suka, "Nanti kalo orang lain yang ngetuk pintu gimana? Ntar dia horny lihat badan Nio."

"Baru datang udah marah-marah," ledek Arsenio, "Nio mau mandi."

Faruk lalu memberikan buket bunga itu kepada Arsenio.

"Eh?" sedikit terkejut, Arsenio pun menerima buket bunga itu, "Aa tahu dari mana Nio suka mawar putih?"

"Dari laptop Nio." jawab Faruk, "Nio suka?"

Arsenio mengangguk, terlihat pancaran kebahagiaan di wajahnya. Si pria caucasian itu kemudian menarik tangan Faruk masuk ke dalam apartemen, tak lupa dia mengunci pintu.

Arsenio yang sedang memegang buket bunga langsung memeluk tubuh kekar Faruk, lalu menyandarkan kepalanya di pundak kanan Faruk.

"Nio kangen Aa." Arsenio mengungkapkan isi hatinya.

"Aa juga kangen sama Nio." jujur Faruk, "Padahal baru kemarin malam ketemu."

"Aa pasti belum mandi!?" tebak Arsenio yang melihat Faruk masih mengenakan baju polisinya, "Iya kan?"

"Iya, rencananya Aa mau numpang mandi."

"Kalo mandi bareng Nio, Aa mau?" tawar Arsenio.

"Mau!" wajah Faruk terlihat semringah, "Mau banget."

Arsenio sedikit terkekeh, lalu dia menaruh bunga mawar pemberian Faruk itu di atas meja ruang tamu.

Setelah melepaskan seluruh pakaian, keduanya berjalan ke kamar mandi.

Keduanya berendam di dalam bathtub dengan posisi Arsenio yang memunggungi Faruk, menyandarkan punggungnya ke dada Faruk.

"Aa lagi tegang ya?" Arsenio merasakan batang kelamin Faruk mengeras di belahan pantatnya.

"Gimana nggak tegang kalo posisinya kayak gini?" kedua tangan kekar Faruk meremas-remas pelan puting menyembul Arsenio.

"Maafin Nio ya, Aa," tangan kanan Arsenio masuk ke dalam air, menggenggam batang kelamin Faruk, "Nio belum bisa ngasih yang itu."

Faruk tentu saja mengerti arti itu adalah lubang pantat Arsenio.

"Kayak gini aja Aa udah senang." ucap Faruk, "Aa ngerasa nyaman aja kalo Nio manja sama Aa."

"Jadi Aa suka kalo Nio manja?"

"Iya." Faruk mencium tengkuk Arsenio, "Dari dulu Nio kan emang manja sama Aa, suka nangis kalo dengar suara petir."

ARSENIO : BLURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang