4. Barista Absurd

16 3 0
                                    

Azza berjalan, menyusuri jalanan kota dan tempat-tempat indah di dalamnya. Suasana yang benar-benar sudah lama tidak ia rasakan, jalanan yang sedikit lenggang karena rintik hujan yang menggerimis dengan earphone dan playlist favoritnya yang ia putar, rasanya begitu damai dan menenangkan.

Rintik hujan yang tidak mau berhenti, mendorong Azza untuk mengunjungi salah satu coffe shop yang tengah ramai dibicarakan, katanya si gara-gara baristanya cakep. Ah entahlah, mau cakep mau om-om mau tante-tante juga, ya tujuan Azza cuma satu, minum hot matcha.

Karena Azza yang terlalu menikmati suasana, ia sampai tidak sadar di depannya ada orang dan sampai bertubrukan dengannya.

" Brukk!!"

" Eh pala gue kejedot," refleks Azza.

" Makannya, kalo jalan matanya melek mbak," ucap seseorang yang bertubrukan dengannya barusan.

" Maaf," singkat Azza.

" Ekhem, yang ikhlas dong minta maafnya, kalo ngomong itu liat dong lawan bicaranya."

" Yaelah mas, maaf gak sengaja gue," tutur Azza melirik orang tersebut.

" Eh, lo?!" kaget Azza.

" Napa?" sahut seorang pria yang ternyata adalah Rakha, si cowok gak jelas.

" Apaan si, kenapa gue harus ketemu lo lagi si ck?" ujar Azza memutar bola matanya malas.

Tanpa menjawab pertanyaan Azza barusan, pria tersebut malah meninggalkan Azza dengan santainya.

" Ck. Baru aja mood gue tu baikan, malah ketemu tu orang," gerutu Azza memasuki coffe shop tersebut.

" Hot matcha 1," ucap Azza di meja pesanan.

" Boleh kak, silahkan tunggu sebentar," sahut barista tersebut yang ternyata adalah Rakha.

" Eh kok lo si?" heran Azza.

" Mau siapa lagi emang, Suneo?" jawabnya enteng diiringi lirikan sebal dari Azza.

" Kenapa lu masih di sini? Pake acara liat-liat lagi lu. Kenapa, suka lu sama gua? Ehehe," ujar Rakha begitu percaya diri.

" Ck idih," Azza berdecak sebal, kemudian berlalu meninggalkan Rakha menuju kursi paling pojok dekat jendela.

* * *_

15 menit sudah Azza menunggu hot matchanya, " Bener-bener emang si itu cowok. Gue yang pesen duluan, orang lain yang dipanggil."

Azza mrngotak-atik laptop yang ia bawa di dalam mini bagnya. " Daripada lama nunggu gak jelas mending gue lanjut nulis jurnal aja," ujar Azza pada dirinya.

Beberapa menit berselang, Rakha menghampirinya. " Pesenan lo," ujar Rakha menyodorkan segelas matcha pada Azza.

" Lama banget lo, gitu doang juga," ketus Azza.

Rakha duduk di kursi tepat di depan Azza, ia memperhatikan Azza yang tengah berkutik dengan laptopnya.

Merasa diperhatikan Azza melirik Rakha kemudian melayangkan tatapan mautnya. " Apaan liat-liat?"

Bukannya menjawab Rakha malah terkekeh, " Gemess banget si lo," ujarnya dengan mata yang masih menatap Azza.

" Apaan si lo?" Azza selalu saja berlagak ketus, padahal saat ini ia juga bingung kenapa hatinya serasa ada kupu-kupu berterbangan. Apakah ia salah tingkah? Baper? Ah tidak mungkin.

" Lo cakep juga ya kalo di liat-liat. Cantik," Rakha terus saja menatap Azza dan berujar dengan nada kagumnya.

" Baru sadar ya lo?" balas Azza yang masih belum berani menatap Rakha, ia mengalihkan pandangannya pada laptopnya.

" Haha iyaa, kali yaaa?" ucap Rakha yang malah meneguk hot matcha milik Azza hingga reflek membuat Azza menoleh.

" Ih, itukan minuman gue!" geram Azza.

" Iya, gue tau kok," dengan santainya Rakha menjawab.

Azza menahan marahnya, mau bagaimana lagi manusia satu ini memang rada kurang setengah, mungkin sekilo. Masa iyaa tadi ia bilang bahwa Azza ini cantik? Padahal sudah jelas-jelas terlihat Azza ini cupu, apakah dia tidak melihat kacamata yang terpanggang jelas Azza kenakan.

Seolah paham dengan apa yang akan Azza ucapkan, Rakha justru mendahuluinya dengan sanggahan. Ah entahlah ini sanggahan atau saran, atau mungkin ini modus semata. " Minum aja kali, gue minta seteguk juga elah, gue tau kok lo kedinginan kan?"

" T-tap..." belum selesai Azza berbicara, Rakha justru malah mendahuluinya.

" Bekas gue? Gak apa-apa kali, biar tambah akrab," kekehnya berlalu pergi setelahnya.

" Dasar cowok aneh, nyebelin, dasar alien lo!" Azza sedikit berteriak, karena ulah Rakha yang membuatnya kesal, untung saja suasana coffe shope tidak terlalu ramai.

Azza tahu, pasti si Rakha-Rakha itu lagi ketawa-ketawa nggak jelas, emang dasarnya juga itu orang gak jelas.

Mau tidak mau, Azza meneguk hot matchanya yang sudah di sodor lebih dulu oleh Rakha, tidak mungkin juga ia harus membuang cuma-cuma minuman favoritnya ini, jika untuk memesan kembali pun, rasanya ia sudah malas berurusan dengan si manusia absurd itu.

Azza bergegas membereskan laptop yang ia keluarkan tadi, ia berniat untuk membayar pesanannya.  Ia berlalu menuju kasir, tapi lagi-lagi si manusia absurd itu kembali menghampirinya.

" Udah, gak usah dibayar free buat lo yang datang pertama kali," gumam Rakha.

" Apaan si, gue bisa bayar kali," ketus Azza yang masih kesal.

" Dih, gue tau kok lo mampu bayar, tapi tiap pelanggan yang baru datang di sini kita kasih free," jelas Rakha.

Dengan entengnya Azza menjawab, " Ohh... Nyesel gue gak pesen banyak."

" Eh, boleh lho. Biar lo bisa lama-lama juga di sini sama gue," ah entahlah, ucapan Rakha barusan seharusnya terdengar geli oleh Azza, tapi entah mengapa justru Azza malah senang.

" Najis," malas Azza berlalu meninggalkan Rakha si manusia absurd, gak jelas, nyebelin gak ada obeng.

" Eh tunggu, Rakha berlalu menyusul Azza, meraih tangannya. " Kita kan belum kenalan secara formal."

" Terus?" enteng Azza malas.

" Kenalin, gue Rakha. Gue tau, kalo lo udah tau," ujar Rakha menjabat tangan Azza paksa.

" Kalo udah tau ngapain kenalan?"

"Biar enak aja hehe."

" Enak ya, megang-megang tangan gue?"  pungkas Azza.

" Iyaa. Hm," sahut Rakha yang entah mengapa kali ini terdengar lain di telinga Azza.

" Oh iya, btw lo manggilnya Rakha aja dulu ya. Nanti kalo kita udah pacaran lo boleh pake nama lain," ujarnya kembali.

" Pacaran mata lo, kita baru kenal juga. Emang dasar lo, manusia absurd, bukan makhluk bumi emang lo, gak jelas!" umpat Azza menghempaskan tangan Rakha yang menggenggamnya sedari tadi kemudian berlalu pergi.

" Azza, kamu gemesin tau!" terdengar teriakan dari manusia gila itu.

" Dasar manusia aneh, hormon pengatur moodnya gak berfungsi kali ya. Awalan aja, dia marah-marah, sekarang malah sok manis najis," Azza sedari tadi terus saja mengumpat.

Untung saja Azza cepat-cepat pulang.  Kalau tidak, mungkin perasaannya makin campur aduk saja, mulai dari kesel, seneng, baperr, sama salah tingkah itu nyatu semua.

Azza terus saja bergerutu, " Gak. Gak boleh, gue gak boleh baperr sama cowok. Apalagi kalo manusianya modelan si Rakha tadi."

" Pokoknya gue harus bisa ngatur emosi gue, gak boleh terlalu senang, gak boleh terlalu sedih juga, oke mending sekarang gue pulang."

                  

ARAKHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang