3. Omnya Sisil

15 3 0
                                    

Seorang gadis, menarik kopernya sedikit malas. " Pusing banget dah gue, perasaan tadi gue tidur sebentaran doang dah, kok tiba-tiba pesawat udah mau landing aja ck," gumamnya di dalam hati.

" Ck, ini bang Agil mana lagi, katanya mau jemput," gerutunya memeriksa ponsel.

" Ahhhh!!! Om, gak mauu hiksss!!!" terdengar jeritan seorang bocah.

Azza yang mendengarnya pun, mengamati seisi bandara dengan seksama. " Sisil!!!" panik Azza.

" Plakk!!" Azza menggeplak kepala seorang pria dari arah belakang menggunakan tumbler minumnya.

" Aw, apaan si?" Pria tersebut membalikkan badannya tak terima.

Sebelum meladeni pria tersebut, Azza terlebih dulu menarik Sisil. " Sisil, sini."

" Heh, lo mau nyulik ya?" cetus Azza pada pria di hadapannya.

" Sembarangan lo," tukas pria tersebut tak terima.

" Terus, apaan? Kenapa ini bocah sampe nangis tadi?" sahut Azza.

Sementara Sisil yang tadi menangis, kini terdiam menyaksikan perdebatan tersebut.

" Heh, Sisil itu ponakan gue!" jelas pria tersebut.

" Alah, gak usah bohong deh lu, gak bakal ketipu gue," sahut Azza dengan nada santainya.

Nampak raut wajah kesal dari pria tersebut. " Heh, gue anak baik ya!"

" Sisil, ayo sini," Pria tersebut hendak menarik tangan Sisil, tapi dihalang oleh Azza.

" Heh, lo apa-apaan si?" ujar pria tersebut menarik tangan kanan Sisil.

" Apaan lo?" sahut Azza tak mau kalah, menarik tangan kiri Sisil.

" Lepasin Sisil!" perintah Azza.

" Lo yang siapa, lepasin ponakan gue."

" Gak, Sisil ikut Azza yuk, kita cari papa mama Sisil," tawar Azza.

" Eh, siapa lo? " tandas pria tersebut.

" Mas, mbak kalo ada masalah rumah tangga itu selesaikan di rumah aja, kasian itu anaknya," ucap seorang wanita paruh baya yang melewati mereka bertiga.

" Iya, kasian mbak, mas. Kalo bisa kalian pertahanin rumah tangga kalian, kasihan anaknya kalo harus milih ikut ibu atau ayahnya." Sahut lagi seorang wanita yang berbeda.

Refleks, mereka berdua melepaskan genggaman tangan mereka pada Sisil." Bu, kita bukan pasangan suami istri!" teriak keduanya.

" Apaan si lo, ikut-ikutan aja," ujar pria tersebut malas.

" Lo aja kali," sahut Azza.

" Azza!!" Teriak seroang pria dari sebang sana.

" Bang Agil."

" Kamu, abang cariin juga."

" Eh bang," pria yang sedari tadi berdebat dengan Azza malah saling mengadukan kepala tangan dengan abangnya.

" Eh, Kha. ngapain lo di sini?" tanya bang Agil.

Azza yang menyaksikan hal tersebut malah dibuat bingung, " Bang, lo kenal sama ni cowok?" tanya Azza keheranan.

" Ya tau lah, kenalin ini Rakha. Dulu pas gue masih jadi anak motor suka  riding sama dia, sekarang paling kita barengan kalo futsal," jelas bang agil

" Hah?"  Kaget Azza.

" Eh ada Sisil," ujar bang Agil.

" Lo tau Sisil juga bang?" tanya Azza semakin dibuat heran.

" Sisil itu temen sekelasnya Alif," sahut pria yang bernama Rakha tersebut.

" K-kok?" ucap Azza terbata-bata.

" Ya tau lah, orang Sisil ponakan gue," sahut Rakha kembali.

" Bentar-bentar, kalian emangnya ini ada apa?" tanya bang Agil yang mencoba meluruskan.

" Si cewek tomboy ini bang, nuduh gue mau nyulik Sisil, padahal gue tadi lagi nunggu kakak gue sebentar," jelas Rakha nampak tak terima.

" Ya abisnya, tadi Sisil nangis kenapa coba?" sahut Azza tak mau disalahakan.

" Sisil itu tadi nangis, karena dia mau matcha. Denger itu!" tegas Rakha.

" Ya sorry, abisnya muka lo itu gak meyakinkan," tutur Azza dengan wajah polosnya.

" Mata lo rabun kali, orang gue ganteng gini juga ekhem," ucap Rakha membenarkan kerah kemeja flanel yang dikenakannya.

" Idih, PD banget lo."

" Emang gue ganteng."

Sementara bang Agil dan Sisil yang menyaksikan perdebatan ini, hanya terkekeh.

" Za, udah Za. Ayo pulang," ajak bang Agil.

" Ayo bang, males gue ada si cowok nyebelin di sini,"

" Heh!!" pungkas Rakha.

Azza menundukkan badannya agar setara dengan Sisil, ia berpamitan kepada Sisil begitu ramah. " Sisil, Azza pulang duluan ya. Sisil hati-hati,"

" Iya kak," balas Sisil menampilkan gigi ratanya.

Sementara bang Agil malah berbincang lagi dengan si Rakha-Rakha nyebelin itu. " Kha, duluan ya gue anter adik gue dulu."

" Oh, yoi bang. Jadi dia adik lo, bang?" sahutnya.

" Yaa, duluan ya."

" Yo, bang."

Azza yang berlalu pergi tersebut sedari tadi saling melayangkan tatapan sinisnya dengan Rakha.

" Heran banget gue, ada ya orang kaya si Rakha-Rakha tadi. Nyebelin, gerutu Azza di dalam hatinya.

" Lu kenapa cil?" tanya bang Agil yang masih fokus menyetir mobilnya.

" Apa si bang, kepo amat lu," balas Azza kesal, karena abangnya ini selalu ingin tahu.

" Mikirin si Rakha ya lu?"

"Idih, apa banget gua mikirin dia. Orang gak kenal juga," cetus Azza.

" Yaudah, mau abang kenalin gak?" ujar bang Agil sedikit cengengesan.

" Gak usah bang, dia gak penting kali. Kalo mau tu, abang kenalin Azza sama member-member Exo-l," jelas Azza.

" Bocah, halu mulu heran. Kamu tu ya Za... Za, lagian mereka itu gak tahu kalo kamu hidup," ujar bang Agil menggelengkan kepala.

" Yaudah si bang ah gak usah diperjelas juga bikin Azza mau cry aja abang mah," ujar Azza sedikit malas.
.

.

.

ARAKHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang