10. Thank You Tea

6 0 0
                                    

Seisi ruangan dipenuhi suara riuh para siswa yang saling bersahut ria menyambut bel istirahat setelah guru di kelas mengakhiri pembelajaran.

" Allhamdulilah yaaAllah, akhirnya hamba-Mu ini dapat kembali mengunjungi kantin tercintahhh," ucap seorang siswa laki-laki yang selalu berdekatan dengan Rakha dan Beni.

" Lebay lo," sahut Beni menggeplak sedikit kepalanya.

Sementara Azza hanya terdiam menyaksikan keriuhan tersebut, sebenarnya ia merasa lapar, tapi ia lebih memilih untuk diam karena ia tidak tahu dimana letak kantin dan ia terlalu malas untuk bertanya.

Azza memilih untuk membaca novel dan memasang earphonenya.

" Brak!!" suara hentakan kaki yang menendang meja sontak membuat Azza mengalihkan pandangannya.

" Apaansi, lo terus perasaan?" ketus Azza pada manusia menyebalkan satu ini. Ya, sudah bisa ditebak, siapa lagi kalau bukan Rakha si  cowok sok cool, sok kegantengan pula.

" Nyoba jurus ninja," cetus Rakha dengan nada yang tak mau kalah.

Merasa malas meladeni manusia satu ini, Azza kembali mengalihkan perhatiannya pada novel iya ia baca.

" Plak, plak, plak," Rakha yang dengan sengaja menendang-nendang meja yang Azza tempati.

Sementara Azza tak menghiraukan apa yang Rakha lakukan, sehingga membuat Rakha merasa semakin tertantang untuk menjahili Azza.

" Rakh, lo ngapain si ganggu anak orang?" ujar Beni.

" Berisik lo, Ben!"

" Elah Rakh, lo ngapain si buruan cabut kita nyebat," Beni mendorong bahu Rakha untuk berlalu pergi, tapi nihil. Entah apa yang ingin Rakha lakukan sehingga ia mengabaikan ajakan Beni.

" Lo duluan aja sana Ben, sama lo zak. Nanti gue nyusul, sana...sana lo berdua," perintah Rakha.

" Ih anying, aneh banget lo Rakh," ujar kedua sahabatnya tersebut.

Sementara Rakha yang masih merasa tertantang karena penasaran akan Azza, kembali menghampirinya.

Kali ini Rakha mencoba mengalihkan perhatian Azza agar teralihkan padanya, Rakha mencoba mengambil buku yang tengah Azza baca.

" Apa-apaan si?" Azza tak habis pikir dengan Rakha, mengapa ia semenyebalkan ini?

Tanpa menjawab pertanyaan Azza, Rakha berlari meninggalkan Azza keluar ruangan kelas.

" Heh, buku gue!"

" Kejar dong, ambil ni kalo bisa!" teriak Rakha yang sudah berada di luar kelas, dengan terpaksa Azza harus mengejarnya.

Sebisa mungkin Azza memperhatikan sekitar sedetail mungkin, matanya terus mencari-cari keberadaan Rakha, tapi matanya mulai terasa kabur, kepalanyapun mulai terasa pening. Sebisa mungkin Azza mengontrol dirinya agar tidak merasa tertekan, terlebih selama seminggu ini penyakitnya tidak pernah kambuh, bukannya Azza tidak senang, tapi yang ia khawatirkan penyakitnya akan menjadi di sekolah.

" Azza lo kenapa?" Tea yang melihat Azza mulai memegangi kepalanya berusaha menahan tubuh Azza dan memopongnya untuk duduk.

" Ini lo minum dulu Za," Tea terlihat begitu panik dan khawatir akan keadaan Azza.

" Ah! airr!" pekik Azza meraih sebotol air mineral dari genggaman Tea dan meneguknya.

Tea memberi jeda untuk Azza untuk menetralkan dirinya, sebelum ia bertanya.

" Za, lo kenapa? Lo sakit?" ucapan yang keluar dari mulut Tea terdengar begitu tulus.

Tea mengerti, mungkin Azza masih belum mau menjawab pertanyaannya, kelihatannya Azza masih terlihat tegang. " Lo belum makan ya, ke kantin yuk?"

Setelah menyadari apa yang Tea ucapkan, Azza mengangguk, karena jujur entah kenapa ia merasa benar-benar lapar kali ini.

Azza bertumpu pada tangan Tea, karena rasa pening yang masih ia rasa.

Tea begitu mengerti akan keadaan Azza, ia menggenggam tangan Azza begitu erat.

" Lo masih pusing?" Tea kembali mencoba membuka suara.

" Nggak kok, Te. Btw thanks ya," ucap Azza sedikit sungkan.

" Yaelah, santai aja kali. Lo mau makan apa btw?"  sebisa mungkin Tea mencari topik, untuk mencairkan suasana.

" Di sini ada apa aja?" Azza balik bertanya.

"Eumm, banyak si..."

Kalimat yang Tea ucapkan sedikit tergantung karena Azza yang menyelanya, " Nasi goreng ada gak?" polos Azza.

" Ya ada lha, kebetulan banget gue juga mau nasi goreng haha"

" Tapi matcha udah pasti ada, kan?" Azza bertanya dengan nada yang terdengar seolah penuh harap.

" Elah, ya ada lha. Di sini tu bisa dibilang komplit gitu," jelas Tea.

" E-ehh, tapi seriusan lo suka matcha? teh?!" ujar Tea.

" Matcha kan emang teh, emangnya kenapa?"

" Gak apa-apa si, tapi si teh emang enak Thai tea juga enak banget anjirrr."

" Kayaknya kita emang cocok banget ber-bestiee ini mah," ujar Tea kembali.

Azza hanya tersenyum, bukannya ia tidak senang hanya saja ia tidak mau ada di posisi terlalu senang. Ya, takutnya nanti akan menyusahkan dirinya sendiri.

" Thanks ya Teaa." ujar Azza di dalam hati.

" Za, kok lo malah bengong si? Ayo masuk," Tea menarik genggaman tangan Azza agar langkahnya sedikit lebih cepat.

Azza sedikit terkejut karena yang ia lihat saat ini tidak seperti kantin yang biasanya ia temui di sekolah-sekolah, melainkan persis caffe mewah nan elegan.

" I-ini kantinnya, Te?" Azza sedikit menarik tangan Tea.

Melihat Azza yang tercenga Tea lantas mengejutkannya, " kenapa Za?"

" Emm, i-itu gak apa-apa kok Te."

" Yaudah. Kita duduk mana ni, penuh semua," pasrah Tea.

" Ck arghhhhhhhhh," kesal Tea mengigit sedikit jarinya.

" Masa kita makannya berdiri si?" ucapnya lagi menggerutu.

" Itu lho Te, ada yang kosong," tunjuk Azza ke meja paling pojok dekat jendela.

" Iya juga, gak apa-apa mojok, Za?"

" Gak lha, enakan di pojok kali," santai Azza.

" Emm, yaudah deh. Buruan Za, nanti keburu ditempatin orang.

Lo mau pesen apa Za?" tanya Tea

" Bakso ada ga?"

" Nice, ada dong..."

" Terus minumannya, gimana kalo?..."
Ucap Tea menggantung

" BOBAAA!!!" Keduanya exited.

Tea melamun sejenak, "ya udah kalo gitu gue pesenin dulu ya."

"Um, gue aja deh Te kayaknya, lagian juga gue mau sekalian liat-liat," ujar Azza.

" Beneran gak apa-apa ni?"

" It's ok, lo mau bakso sama boba varian
apa?

" Baksonya gak pake mie oren, bobanya yang Thai tea."

" Okayy."

ARAKHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang