Jam menunjukkan pukul setengah 11 malam, tapi Azza masih belum berkutik dari depan layar laptopnya.
" Ck, aduhh. Yang mana si?"
" Kesel banget arghh."
" Bodoh banget si gue, ngapain juga si kepo?
" Ah, tapi gue penasaran."Azza merutuki dirinya sendiri, sudah hampir 3 jam Azza mencari akun instagram dengan nama "Rakha". Entah yang mana satu atau bahkan belum ia temukan.
" Apa iya, dia gak punya sosmed?"
" Masa si? Keliatannya juga dia anak hits
gitu."Lagi-lagi Azza berdebat dengan logikanya. Matanya sudah terasa berat, kepalanyapun mulai terasa pening, tapi ia masih enggan untuk merebahkan dirinya.
"Ceklek"
" Za, kok kamu belum tidur?" nampak
kak Laksmi di ambang pintu kamar Azza." Kakak boleh masuk?" kak Laksmi kembali bertanya dengan nada lembutnya.
" Masuk aja kak."
" Kamu kok belum tidur, besok kamu udah mau masuk ke sekolah baru lho."
" Eh iya kak, besok kan senin ya?"
Balasan dari Azza barusan lantas membuat kak Laksmi tersenyum menggelengkan kepalanya.
" Lagian kamu lagi apa si, jam segini masih mantengin laptop?"
" Enggak," singkat Azza meyakinkan
" Yaudah gak apa-apa, sekarang tidur
gih."" Hm," singkat Azza menganggukkan
kepala." Za..." Kali ini nampak bang Agil diambang pintu kamar Azza.
" Kenapa bang?" sahut Azza.
Bang Agil masuk menghampiri Azza dan kak Laksmi, " Kok Azza belum tidur si?" tanyanya membelai kepala adik semata wayangnya.
" Ini baru mau tidur, kenapa?" singkat Azza tak mau memperpanjang, jelas saja ia takut akan diomeli abangnya karena masih berkutik depan laptop.
" Bocah, bukanya tidur malah nonton oppa-oppa kan lu, apa jangan-jangan punya cowok ya sekarang?" sarkas bang Agil.
" Ishh, abang apaan si?" maen nuduh sembarangan, orang Azza tadi belajar, elaknya agar tak memperpanjang urusan.
" Yaudah. Gini Za, abang boleh ngomong sama Azza sebentar aja?" bang Agil kini kembali ke nada santai nan lembutnya.
" Iya, apa?" malas Azza.
" Gini Za, perkembangan syndrom kamu. Kata dokter Gina, kemarin-kemarin kamu udah jarang check-up ya? ujar bang Agil dengan nada prihatinnya.
" I-iya bang, semenjak 1 tahun terakhir Azza tinggal di Singapur, Azza gak pernah check-up lagi. Soalnya Azza gak tahu tempat-tempat di sana, lagian juga Azza kalo keluar paling juga pas sekolah doang," ujar Azza dengan nada nanarnya.
" Azza juga udah males pergi ke psikiater, makan obat, belum lagi harus ke dokter saraf, ribet bang, mana ayah selalu ngelarang Azza keluar."
" Zaa?..."
Seakan paham akan apa yang akan ditanyakan bang Agil, belum selesai abangnya berbicara, Azza terlebih dulu menjawab. " Abang juga pasti tahu lha, gimana kerasnya pola asuh ayah sama Azza?" entah bagaimana, Azza selalu terlihat tegar walaupun sebenarnya tidak.
" Za, maafin Abang karena dulu Abang ngebiarin kamu tinggal sama ayah. Maafin abang Zaa," bang Agil menitikan air matanya.
" Gak apa-apa bang, Azza fine-fine aja kok," kini Azza ikut menitikan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAKHA
Teen Fictionini cerita apa ya? aku ga tauuu pokoknya liatt ajaa gess. prolog Ini cerita apa yaaa? Aku juga ga tau intinya ada beberapa hal yang ga bisa dijelaskan dengan hal sederhana, sama halnya dengan dia. ~ Terlalu istimewa untuk sekedar diceritakan dengan...