5. Stalking

13 3 0
                                    

Jam menunjukkan pukul setengah 11 malam, tapi Azza masih belum berkutik dari depan layar laptopnya.

" Ck, aduhh. Yang mana si?"
" Kesel banget arghh."
" Bodoh banget si gue, ngapain juga si kepo?
" Ah, tapi gue penasaran."

Azza merutuki dirinya sendiri, sudah hampir 3 jam Azza mencari akun instagram dengan nama "Rakha". Entah yang mana satu atau bahkan belum ia temukan.

" Apa iya, dia gak punya sosmed?"
" Masa si? Keliatannya juga dia anak hits
gitu."

Lagi-lagi Azza berdebat dengan logikanya. Matanya sudah terasa berat, kepalanyapun mulai terasa pening, tapi ia masih enggan untuk merebahkan dirinya.

"Ceklek"

" Za, kok kamu belum tidur?" nampak
kak Laksmi di ambang pintu kamar Azza.

" Kakak boleh masuk?" kak Laksmi kembali bertanya dengan nada lembutnya.

" Masuk aja kak."

" Kamu kok belum tidur, besok kamu udah mau masuk ke sekolah baru lho."

" Eh iya kak, besok kan senin ya?"

Balasan dari Azza barusan lantas membuat kak Laksmi tersenyum menggelengkan kepalanya.

" Lagian kamu lagi apa si, jam segini masih mantengin laptop?"

" Enggak," singkat Azza meyakinkan

" Yaudah gak apa-apa, sekarang tidur
gih."

" Hm," singkat Azza menganggukkan
kepala.

" Za..." Kali ini nampak bang Agil diambang pintu kamar Azza.

" Kenapa bang?" sahut Azza.

Bang Agil masuk menghampiri Azza dan kak Laksmi, " Kok Azza belum tidur si?" tanyanya membelai kepala adik semata wayangnya.

" Ini baru mau tidur, kenapa?" singkat Azza tak mau memperpanjang, jelas saja ia takut akan diomeli abangnya karena masih berkutik depan laptop.

" Bocah, bukanya tidur malah nonton oppa-oppa kan lu, apa jangan-jangan punya cowok ya sekarang?" sarkas bang Agil.

" Ishh, abang apaan si?" maen nuduh sembarangan, orang Azza tadi belajar, elaknya agar tak memperpanjang urusan.

" Yaudah. Gini Za, abang boleh ngomong sama Azza sebentar aja?" bang Agil kini kembali ke nada santai nan lembutnya.

" Iya, apa?" malas Azza.

" Gini Za, perkembangan syndrom kamu. Kata dokter Gina, kemarin-kemarin kamu udah jarang check-up ya? ujar bang Agil dengan nada prihatinnya.

" I-iya bang, semenjak 1 tahun terakhir Azza tinggal di Singapur, Azza gak pernah check-up lagi. Soalnya Azza gak tahu tempat-tempat di sana, lagian juga Azza kalo keluar paling juga pas sekolah doang," ujar Azza dengan nada nanarnya.

" Azza juga udah males pergi ke psikiater, makan obat, belum lagi harus ke dokter saraf, ribet bang, mana ayah selalu ngelarang Azza keluar."

" Zaa?..."

Seakan paham akan apa yang akan ditanyakan bang Agil, belum selesai abangnya berbicara, Azza terlebih dulu menjawab. " Abang juga pasti tahu lha, gimana kerasnya pola asuh ayah sama Azza?" entah bagaimana, Azza selalu terlihat tegar walaupun sebenarnya tidak.

" Za, maafin Abang karena dulu Abang ngebiarin kamu tinggal sama ayah. Maafin abang Zaa," bang Agil menitikan air matanya.

" Gak apa-apa bang, Azza fine-fine aja kok," kini Azza ikut menitikan air matanya.

ARAKHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang