Saat itu duniaku sedang runtuh, sinarku sedang redup. Lalu tanpa aba-aba dia datang dengan senyuman. Dia hanya diam, tak bersuara. Tapi senyum menenangkan itu seolah mengatakan "Gapapa, semuanya akan membaik".
Lidahku kelu. Aku bingung.
Disaat yang lain lebih memilih untuk diam, dia malah mendekat. Memperhatikan ku dengan lekat dan berusaha meyakinkan jika aku tidak pernah sendirian.
Hadirnya kembali membuatku tenang. Membuat aku yakin jika dunia tidak akan bisa menjatuhkan ku terlalu dalam. Dunia ku akan membaik. Dan aku tidak pernah sendirian.
Dia berhasil.
Berhasil membantu ku berdamai dengan kerasnya dunia. Berhasil membantu ku menjadi manusia kuat.
Tapi aku yang gak tau diri ini malah memendam rasa. Menghancurkan pertemanan yang sudah terjalin sangat lama.
Dia menjauh. Dunia ku kembali runtuh.
Aku rindu.
Rindu tawanya yang selalu menggema hanya karena hal sederhana. Rindu tingkah konyolnya yang selalu berhasil membuat tawaku bersuara.
Dan aku rindu semua tentangnya.
Aku ingin egois. Ingin sekali. Tapi aku gak bisa.
Dia pernah bilang padaku jika cinta bukan paksaan.
Aku paham. Aku mengerti.
Tapi rasaku sudah terlalu dalam.
Dia masih menjadi tokoh utama. Dia masih menjadi alasanku menatap senja hanya untuk menitipkan sebuah rindu.
Dia masih menjadi langit yang selalu kutatap setiap saat. Dan dia masih menjadi hujan untuk menghapuskan semua luka.
Meski jauh~ dia akan tetap menjadi seseorang yang menjadi alasanku untuk b a h a g i a.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA untuk RASA
Поэзия"Bila mulut tak dapat bicara, maka aksara adalah solusinya." "Jika mencintaimu adalah soal keikhlasan, maka akan kulakukan." Selamat mengudara bersama. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian! Terimakasih, selamat membaca. [ Cover : Pinterest. ] [ Copyr...