Gelisah mengusik tidur malam.
Memaksa terbangun sendirian.
Energi terkuras habis diserap kerinduan.
Tubuh terkulai lemas menggeliat perlahan diatas ranjang.Mata terbuka menyaksikan mu menghilang dari sisiku.
Bayangmu sulit ku dekap lagi walau di alam bawah sadar.
Terseret menjauhi mimpi, kembali ke alam nyata.
Dingin malam mulai menusuk kulit,
namun yang sebenarnya lebih menusuk adalah kerinduan ini.Terjebak dalam kurungan rindu yang amat dalam tak bertepi.
Sudah menjadi pilihan dan konsekuensi.
Tak dapat mundur lagi walau hanya satu langkah kaki.
Seperti rumah bilik bambu yang terbakar api.
Begitu cepat membesar dan melahap semua sisi.
Bagaimana caraku memadamkan api?
Ketika yang ku miliki hanyalah minyak tanah dan bensin.
Saat ku siramkan, justru meledak semakin menjadi-jadi.Bayangmu hadir dalam tiap tertutupnya kelopak mataku.
Bagaimana aku dapat menghapusmu sejenak?
Ketika bahkan kelopak mataku selalu berkedip.
Mampu kah kau memahami?
Betapa dirimu telah merasuk dalam tiap celah hidupku.
Mampukah kau padamkan kerinduan ini?
Ketika upayamu justru membuat api rindu semakin membara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika Liku Hati
PoesíaTak mudah untuk menyembuhkan diri, Dari kehilangan atas yang pernah menjadi bagian paling berarti, Namun kini akhirnya ku sadari, Betapa rugi diriku menggengam bayangmu selama ini, Kau tertawa bahagia dengan yang lain, Aku menahan perih yang ta...