#8

410 56 8
                                    




Kedua insan itu terdiam. Posisi mereka mungkin terlihat seperti berpelukan di mata anjing kecil berbulu abu-abu. Tetapi sebenarnya hanya Jiyong lah yang memeluk wanita itu, Taeyeon tidak tau harus bersikap seperti apa. Bahkan dia tidak tahu harus menjawab apa soal pertanyaan Jiyong. Sampai kapan? Entah, egonya berkata bahw ia tidak tahu. Ia menghela nafasnya sejenak sebelum menenggelamkan wajahnya ke curut leher lelaki yang ia rindukan. Taeyeon tidak bohong, ia memang merindukan lelaki itu. Sayangnya, egonya terlalu tinggi untuk mengakui dan memberi lelaki itu kesempatan untuk menjelaskan. Selang beberapa menit dengan posisi mereka, Jiyong dapat merasakan pundaknya menjadi basah.

Wanita itu menangis.

"Taeyeon-ah..."

"Maafkan aku."

Tangis Taeyeon semakin pecah ketika mendengar Jiyong memanggil namanya. Oh, bahkan ia sangat merindukan bagaimana namanya keluar dari bibir pria itu. Tangan Jiyong mencoba membuatnya berhadapan, saling bertatapan dengan tangannya menangkup pipi wanita di depannya. Menghapus bulir air mata yang tak ada hentinya turun dengan usapan lembut.

"Maafkan aku, tapi aku tidak pernah berpaling darimu, Kim Taeyeon."

"Saat itu, aku hanya akan mengadakan party di Jeju. Bersama teman-teman dekat, aku tidak tahu bahwa temanku membawanya ke pesta. Padahal aku sudah mengatakan pada mereka bahwa itu hanya pesta private untuk kami."

"Sungguh. Aku tidak pernah mengundangnya. Hubungan kami sudah selesai sejak lama dan aku tidak memiliki perasaan lagi terhadapnya."

"Bahkan sejak aku memulai hubungan dengannya dulu, aku tidak bisa berbohong bahwa aku belum bisa melepaskanmu. Segitu pentingnya kau untukku, Taeyeon. kau percaya padaku?"

Wanita itu masih menangis pelan, ia tidak tahu bahwa selama ini ia hanya salah paham dan percaya dengan rumor yang beredar. Ia mengetahui bahwa Jiyong pernah menjalin hubungan dengan Juyeon After School, bahkan ia juga pernah membaca rumor bahwa Juyeon tertangkap basah di bandara sedang menunggu flight ke Jeju untuk bertemu kekasihnya. Saat itu Taeyeon merasa marah, ia kira Jiyong tidak berubah dan masih gemar bermain di belakangnya. Perasaan lega menghampirinya sekarang.

"Taeyeon-"

"Shhh."

Taeyeon meletakkan jari telunjuk di bibir pria itu, mata mereka saling bertatapan letak seolah mengisyaratkan betapa mereka rindu untuk melihat wajah sang kekasih. Entah siapa yang mulai mendekatkan dirinya terlebih dahulu, sekarang jarak wajah mereka terkikis dengan hidung saling menempel. Jiyong berbisik pelan di depan bibir wanita itu.

"I miss you.."





"Can i kiss you?"

Tanpa menjawab pertanyaannya, bibir Taeyeon sudah memulai duluan menempel pada bibir Jiyong. Ia tidak peduli dan membuang egonya jauh-jauh. Ia sangat merindukan pria ini. Dan Jiyong yang mengetahui bahwa kekasihnya itu memiliki rasa yang sama dengannya segara membalas kecupannya. Awalnya bibir mereka saling menempel saja, tetapi Jiyong mulai menggerakkan bibirnya yang diakhiri dengan lumatan lembut pada bibir bawah Taeyeon.

"Hmm.. Aku memaafkanmu." Bisik Taeyeon pelan disela-sela ciuman mereka.

Mendengar itu Jiyong tersenyum. Satu rintangan sudah terlewati.

Ciuman mereka semakin panas, keduanya seakan tak mau berhenti dan lapar akan bibir masing-masing. Saat ini posisi mereka sudah berubah dengan Jiyong yang berada di atas Taeyeon. Menindihnya. Zero entah sejak kapan sudah tidak berada di ruangan itu. Sepertinya anjing Taeyeon memang sangat pintar bahkan ia tahu waktu yang tepat untuk pergi dan meninggalkan kedua insan tersebut untuk berbalas rindu. Jiyong menggigit pelan bibirnya yang membuat wanita itu mengerang kecil.

The Untold TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang