#9

500 61 41
                                    

Sedari tadi Taeyong hanya duduk termenung. Saat ini dirinya sedang duduk beristirahat sambil memandangi wanita yang sedang sibuk mengecek lokasi syuting mereka untuk adegan berikutnya. Matanya melihat Jennie dari atas sampai bawah. Ia tak habis pikir bahwa gadis itu akan memakai pakaian terbuka seperti saat ini. Walaupun sebenarnya kondisi Taeyong juga tidak berbeda jauh dari Jennie. Ia hanya memakai jas hitam dan celana kain, bagian perutnya dibiarkan terbuka sehingga memperlihatkan otot-otot yang dapat membuat para wanita menjerit. Sedangkan Jennie mengenakan rok mini dengan t-shirt crop yang memperlihatkan buah dadanya. Bahkan lelaki itu dapat melihat bra bercorak kotak-kotak merah Jennie dengan jelas.

Taeyong menelan ludahnya untuk kesekian kalinya. Mengapa sejak awal pertemuan mereka selalu saja ada hal-hal yang membuatnya frustasi. Seakan-akan ada bisikan iblis di telinganya. Mata lelaki itu segara berpindah tempat setelah sadar bahwa Jennie berjalan mendekatinya.

"Apakah aku segitu cantiknya sampai kau tidak bisa melepaskan pandangmu terhadapku sedari tadi, hm?" Tanya Jennie sembari tersenyum mengejek.

Ia mendudukkan dirinya di kursi sebelah lelaki itu dengan sebuah burger di tangannya.

"Dalam khayalanmu."

"Jangan berbohong, Tuan Lee. Aku melihatnya."

Taeyong merasa terpojok hanya mendesis.

"Lagian mengapa kau memakai baju seperti itu. Sudah aku bilang bukan? Aku saja risih melihatnya apalagi penonton di TV."

Bukannya merasa kesal atau marah Jennie malah tertawa kecil mendengar ucapan Taeyong. Dia pikir reaksi pria itu sangat lucu.

"Maaf aku lupa bahwa kau orang yang protektif."

"Tapi kau bahkan bukan siapa-siapaku jadi kau tidak berhak mengomentari apa yang aku gunakan. Terlebih ini fashion, dude. Ini tentang art!"

"Terserah kau saja." Taeyong memutar bola matanya malas.

"Kau mau?" Gadis itu menawarkan burger favoritnya kepada Taeyong.

"No, Thanks. Aku tidak makan satu mulut selain dengan keluargaku dan member NCT."

Lidah Jennie berdecak mendengar ucapannya, yang benar saja kasihan sekali yang akan menjadi pacarnya nanti. Ia menggigit burger di tangannya dengan kasar, membuat selai mayonaise tidak sengaja melumeri bibirnya. Taeyong yang melihat itu segara memberi ibu jari tangannya yang kemudian mengusapkannya lembut pada bibir Jennie. Membersihkan mayonaise itu sampai bersih.

"Kau benar-benar seperti anak kecil."

Gerakan Taeyong tersebut membuat Jennie mematung. Kapan terakhir kali ia diperlakukan seperti ini oleh seorang pria? Ia bahkan sudah lupa rasanya. Taeyong yang juga sadar atas perlakuannya segera menyingkirkan tangannya. Dia kelepasan lagi.

"Maaf, aku hanya ingin membersihkannya saja."

Jennie mengangguk. Keduanya terdiam agak lama, bingung untuk berkata apa. Untung saja sang producer segara memanggil mereka untuk kembali melanjutkan syuting.


The Untold Truth


Scene terakhir adalah adegan yang sama sekali mereka tidak pernah tahu dan harapkan. Karena berkali-kali Jennie mengecek script tidak ada yang namanya adegan berciuman. Yang benar saja. Posisinya kini berada di pangkuan Taeyong dengan kedua kakinya memutari badan pria itu. Ia berani bersungguh bahwa ini arahan sang producer, bukan kemauannya. 

"Jennie, bisakah kau mencondongkan badanmu lagi? Kau tidak terlihat kamera."

Ia bersumpah bahwa sekarang tubuhnya merasa ling lung. Bingung untuk menatap kemana karena jelas-jelas wajah Taeyong sangat dekat dengannya. Ia bisa merasakan nafas pria itu menghempas ke kulit wajahnya, dengan pucuk hidung mereka yang saling bersentuhan. Taeyong menatap lekat mata Jennie sebelum berpindah ke bibir manis gadis itu.

The Untold TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang