"Maju selangkah, mati ni cewe,"
"Bang tolong jangan dia, gue minta maaf buat semua kesalahan gue. Lo boleh bunuh gue sekarang tapi lepasin dia bang." Ucap Bergio, Aurin yang mendengarnya menatap Bergio nanar sambil menggeleng tak setuju.
"GIO GABOLEH KAYA GITU!!, kita pasti selamat Gio. Tapi Aurin gapapa kok suer hehe...Gio pergi aja duluan nanti Aurin nyusul." Pintah Aurin cepat. Matanya bergelinang air mata namun bibirnya tersenyum pilu tak kuat menahan rasa sakit di badan dan hatinya. Sedetik itu pun rasa sesak menyerang Bergio, hatinya mencelos dan merasa sangat bersalah.
"Gue ga bakal pergi sebelum bawa lo juga pergi dari sini Rin. Gue sayang sama lo. Ga akan gue biarin orang yang gue sayang pergi lagi." Kata Bergio sungguh-sungguh.
"Udah cukup drama lo berdua, gua ga ada waktu. Tenang aja gua bakal cepet kok." Ujar Ellgar sambil menempelkan ujung pisau ke leher Aurin yang mulai terisak lebih kencang saking ketakutannya.
Bergio yang melihatnya semakin panik namun mencoba tenang agar dapat memikirkan cara menyelamatkan Aurin.
3..
2..
1..
Detik itu juga dengan cepat Bergio merampas pisau secepat kilat namun karena kurang cekatan pisau itu berhasil terpental agak jauh di sudut ruangan, karena terkena pukulan tangan Ellgar.
"Cih, lo pikir gua bego ga nyimpen cadangan? HAHAHA." Ejek Ellgar yang sudah menduga ini akan terjadi. Satu pisau lagi ia keluarkan dari kantong celananya.
Tanpa aba-aba lagi pisau itu diayunkan ke arah perut Aurin.Bergio yang berusaha menepis tangan Ellgar tak mampu menyamai kecepatannya hingga..
3..2..
1..
Detik itu juga, pisau itu tertancap tepat di perut Aurin.
"AAARRGGHH SAKIITT GIO" Teriak Aurin yang terdengar sangat pilu ditelinga Bergio. Darah bercucuran dari perut gadisnya.
Ellgar yang panik langsung pergi dari tempat itu secepat mungkin sebelum polisi datang.
Di sisi lain kesadaran Aurin semakin menurun, Bergio yang sibuk menelepon ambulance dan polisi untuk segera datang menyelamatkan mereka. Ia berusaha tegar namun melihat wajah Aurin yang begitu kesakitan di pangkuannya benar-benar menyiksa batinnya.
Air mata cowok itu tak kunjung berhenti keluar tanpa suara, hatinya seperti dicabik-cabik.
"Tahan dikit lagi ya sayang, kamu bakal baik-baik aja aku yakin. Tuhan ga mungkin ngambil seseorang lagi di hidup ku." Ujar Bergio dengan suara bergetar melihat Aurin tak menyahut sedikitpun.
"Tolong jangan biarin Aurin pergi Tuhan. Aku butuh dia, aku sayang dia, aku bakal jaga dia sebaik mungkin apa pun yang terjadi. Bahkan jika Kau mau mengambilnya, tolong ambil saja aku. Aku tak mau ini terjadi untuk kedua kalinya, sudah cukup bukan penderitaanku?" Batin Bergio.
Tak berselang lama mobil ambulance dan polisi datang mengamankan mereka berdua dan mengejar pelakunya.
Di dalam ambulance Bergio hanya menatap Aurin yang tak sadarkan diri dan menggenggam tangannya erat, sembari tim medis memasangkan infus dan melakukan pertolongan pertama pada Aurin.
<([]_[])>
Hayolooo keadaan Aurin bakal gimana yaaa..
Maap yaa telat mulu wkwk
Tenang guys paling dua/tiga chap lagi udah selesai cerita hihi!Jangan lupa vote+komen yaa
Lop yu💙
KAMU SEDANG MEMBACA
THANK'S
RandomCover by : gracegraphic ~~~ Awal yang cukup buruk untuk sebuah hubungan. Berawal dari pelampiasan, kesal, kasihan, rasa bersalah,peduli, hingga cinta dan jangan lupakan kesedihan mendalam. Semua bisa terjadi... Menjadi kasar dan berhati dingin, meng...