Nitttt... Nitttt.... Nitttt...
Hanya suara mesin Elektrokardiograf yang terdengar di tengah sunyi ruangan.
Detak jatung yang semakin melemah
Kondisi yang mampu membuat siapapun prihatin melihatnya.
Aurin
Gadis itu terbaring lemah setelah ditangani dokter dalam operasinya.
Entah ini mukjizat atau hanya keberuntungan ia bisa diselamatkan. Sayangnya Aurin masih dalam masa kritis atau bisa dibilang antara hidup dan mati.
[] [] []
Sepertinya saat ini Bergio menjadi orang paling ketakutan di dunia. Ia tak selangkahpun menjauh dari koridor ruang operasi Aurin, dengan mata yang sembab.
Bunda Aurin sedang sibuk mengurus seluruh administrasi untuk apapun yang bisa dilakukan para dokter,agar putrinya dapat sembuh. Sedangkan ayahnya sedang mengurus kasus Aurin di kantor polisi.
Seharusnya sekarang Bergio memberi kesaksian di kantor polisi tetapi ia bersih keras tak ingin meninggalkan Aurin sedetikpun.
Seakan dunianya hancur
Terdengar bunyi gagang pintu terbuka. Seorang dokter keluar dengan menunduk. Bergio dengan cepat berdiri dengan perasaan campur aduk.
"Gimana keadaan pacar saya dok?" Tanyanya penuh harap.
"Setelah pengecekan lagi, keadaan pasien masih kritis dan masih harus melewati masa pemulihan. Kemungkinan besar pasien koma." Jawab dokter prihatin.
"Baik dok,Terima kasih. Saya boleh jenguk Aurin sebentar saja?" Ia bersikukuh sejak Aurin dioperasi tadi. Ia benar-benar ingin melihat Aurin sekali saja.
"Huft..Karena keadaan pasien masih sangat lemah, kamu hanya boleh menjengguk sepuluh menit tanpa menyentuh alat-alat di dalam. Jika ingin kontak fisik, tangan kiri dan kening pasien bebas dari alat." Jelas dokter dengan berat, ia tidak tega melihat remaja ini begitu bersedih.
"Makasih banyak dok, saya bakal hati-hati." Jawab cowok itu senang, ia benar-benar khawatir dengan keadaan gadisnya sekarang.
Setelah mengenakan APD lengkap ia masuk ke ruangan itu dengan helaan nafas yang berat.
Gadisnya tengah terbaring lemah dengan semua alat asing yang membuatnya semakin pilu.
Ia mendekat ke brankar lalu menggenggam tangan Aurin, ia menatap gadis itu dengan tatapan yang susah dijelaskan.
Perasaan bersalah, marah, sedih,takut dan rindu.
"Sayang"
"Aku takut"
"Aku minta maaf. Aku mohon jangan pergi. Aku brengsek."
"Aku ga berguna. Aku gabisa ngelindungin kamu padahal aku ada di depa kamu waktu itu. Aku hancur."
Air mata Bergio menetes denga deras. Ia merasa sagat bodoh sekarang. Ia telah menyia-nyiakan wanita ini setelah sekian lama mereka berpacaran. Ia mengutuk dirinya karena pernah sejahat itu pada Aurin.
Sekarang ia menyesal.
Dunianya seakan direnggut begitu saja.
Ia menatap sekujur tubuh penuh luka itu. Mengecup kening Aurin dengan lembut. Air matanya mengalir melewati wajah Aurin. Tangisannya terdengar sangat pilu, tubuhnya gemetaran menahan rasa sakit dihatinya.
"Kamu pinter banget buat orang kayak aku jadi lemah."
"Sekarang aku ngerti kenapa Tuhan ngirim kamu buat aku. Biar aku sadar kalo aku gaboleh sia-siain orang yang selalu ada buat aku. Aku egois, tapi kamu tetep bertahan sama aku."
"Makasih karena udah mau tetep sama aku yang sampah ini."
"Tapi Tuhan gak adil. Kenapa harus aku lagi?"
"Aku udah sesayang itu sama kamu, tapi kenapa jadi gini? Oh apa emang aku gaboleh bahagia ya?" Tuturnya dengan tangisan yang masih pilu. Ia benar-benar tak tau apa yang harus dilakukannya jika gadisnya pergi.
"Bangun ya?"
"Aku bisa gila kalo kamu pergi."
Ia menatap Aurin lama. Ia tak ingin 10 menitnya berlalu begitu saja. Ia berharap Aurin dapat mendengarnya walau sebentar saja.
Tok.. Tok..
"Permisi pak, waktunya sudah habis. Harap meninggalkan ruangan pasien." Ucap seorang suster
"Baik."Cowok itu lalu keluar dengan berat hati.
Diluar bunda Aurin sedang duduk dengan gelisah.
Bergio semakin merasa bersalah. Tapi ia siap untuk apapun konsekuensinya. Ia berjalan mendekat.
"Sini nak, kamu gaboleh sedih terus yaa. Anak saya itu kuat dan ceria banget, saya yakin dia bisa ngelewatin ini semua. Jangan nyalahin diri kamu sendiri, tante dan om ga nyalahin kamu. Kita malah mau berterimakasih sama kamu, kalo kamu ga ada disana saya gatau nasib Aurin bakal gimana sekarang."
"Tapi saya penyebab Aurin terkena masalah ini juga tante. Sampai kapanpun saya tetap bersalah. Saya siap diberi hukuman apapun tapi saya mohon jangan buat saya menjauh dari Aurin." Ucap Bergio memohon.
"Saya udah bilang ini udah takdirnya Aurin. Tante dan om juga sedih dan terpuruk sekarang. Tapi kita hanya bisa berdoa buat kesembuhan Aurin sekarang. Tante tau kamu juga udah berusaha kok, sekarang kamu pulang dan tenangin diri kamu. Berdoa buat Aurin dan datang lagi buat nyemangatin dia ya?" Ujar bunda Aurin lembut.
"Saya gamau tinggalin Aurin tante. Kalo dia kenapa-kenapa pas saya ga ada gimana? Saya disini aja." Ia masih bersih keras.
"Ada saya dan dokter juga disini. Jangan khawatir, saya bundanya Aurin. Saya juga bakal ngelakuin yang terbaik buat dia. Jadi sekarang kamu pulang dan tenangin diri aja ya? Sekalian tuntasin kasusnya. jangan lupa makan juga, dari kemarin kamu di rumah sakit terus gamau makan." Sanggah bunda Aurin khawatir sebab anak ini tidak mau pulang dari kemarin. Wajahnya juga lesu dan sembab.
"Baik tante. Maaf udah buat khawatir, saya pamit pulang. Setelah masalahnya selesai saya bakal cepet-cepet kesini. Kalau ada apa-apa sama Aurin tolong kabarin saya tante. Saya mohon."balasnya lemas.
Bergio melaju dengan mobil menuju rumahnya. Hujan yang turun mendukung suasana hatinya saat ini. Ia hanya tidak ingin kehilangan kedua kalinya.
Tangannya mencengkram stir mobil dengan kuat. Tatapan marah seolah meluap-luap ingin sekali membunuh seseorang sekarang.
"Ellgar, lo bakal ngerasain neraka sebentar lagi."
[] [] []
Hii!! Apa kabar? Maaf ya aku ga konsisten. Aku tau yg nungguin cerita ini ga banyak tapi aku minta maaf kana lama banget ga UP karena ada banyak halangan hehe
Makasih yg uda mau bacaa!💓
Gimana nih? Gereget ga? Haha
Aku bakal rajin up nih hihi
Udah mau selesai jugaaStay toned yaa💘
KAMU SEDANG MEMBACA
THANK'S
RandomCover by : gracegraphic ~~~ Awal yang cukup buruk untuk sebuah hubungan. Berawal dari pelampiasan, kesal, kasihan, rasa bersalah,peduli, hingga cinta dan jangan lupakan kesedihan mendalam. Semua bisa terjadi... Menjadi kasar dan berhati dingin, meng...