"AURIN!! LO APAAN SIH?,GUA UDAH NUNGGU HAMPIR SETENGAH JAM, DAN LO BARU DATENG?? " Teriak Bergio tepat di depan wajah Aurin yang baru saja datang dengan keadaan yang cukup berantakan, Nafasnya tak beraturan sehabis berlari memasuki gang rumah Bergio,jaketnya pun sedikit melorot memperlihatkan kaos oblong yang dipakainya.
Aurin mengatur nafasnya sebentar lalu memaksakan senyumannya "Maaf Gio, tadi Aurin baru liat hape soalnya masih ngerjain pr dan hape Aurin ada di bawah bantal jadi gak denger bunyinya." ujar Aurin jujur,ia hanya menunduk-tak berani menatap sang kekasih karena ia tahu betul wataknya.
Bergio menatapnya tajam. Ia menarik tangan Aurin mendekat lalu menjambak rambut bagian belakang Aurin sehingga cewek itu mendongak tepat menatap mata cowok itu dengan takut dan sedikit meringis,menahan sakit hampir di seluruh kulit kepalanya.
"Gue. Gak. Suka. Nunggu,ngerti? Mana barang gue?" Kalimatnya begitu mngintimidasi. Aurin sudah biasa dengan sikap cowok di depannya ini. Begitu kasar dan kejam. Tangannya terulur pelan untuk memberikan sebuah tas berwarna biru dongker untuk Bergio.
Begitu puas memberi hukuman, Bergio pun melepas cengkraman tangannya dari rambut Aurin. Ia meraih tas tersebut lalu kembali menatap Aurin yang menunduk sambil merapikan rambutnya yang berantakan.
"Liat aja kalau masih telat, btw makasih Rin. Tunggu bentar gue anterin pulang.""Iya gio" jawab Aurin pelan.
Bergio-pun berlalu dari teras rumahnya untuk mengambil jaket.Setelah Bergio pergi Aurin langsung mengusap air matanya tanpa suara,ia rasa kepalanya akan terlepas saking sakitnya jambakan pacarnya.
Tempat tinggal Aurin memang cukup dekat dengan rumah Bergio hanya tinggal melewati lima rumah mewah yang cukup besar di kompleks itu. Tentu saja kaki mungil Aurin akan cukup kelelahan untuk berlari sejauh itu pada malam hari,tepatnya pukul 20:45pm dengan tergesah-gesah menahan dingin dan rasa takutnya dalam perjalanan.
Jika kalian tanyakan dimana orang tua Aurin hingga tak menanyakan kepergiannya di larut malam seperti ini,maka jawabannya adalah orangtua Aurin tidak tinggal bersamanya karena kemauan Aurin sendiri yang ingin hidup mandiri tanpa mencemarkan nama baik kedua orang tuanya dengan hidup sebagai anak SMA yang rajin belajar dan tahu menjaga diri walalupun sudah mempunyai pacar,ia sadar batas wajar di masanya saat ini. Ia tinggal di kos-kosan elit dan sekompleks dengan Bergio.
"Ayo, gue anter" Bergio sudah menggunakan hodie abu-abu dan celana jeans panjang. Ia berdiri di hadapan Aurin lalu memeluknya dan mengusap-usap kepala Aurin terlebih bekas jambakannya tadi. Cowok itu melepaskan pelukannya dan mengenggam tangan Aurin tanpa kata'maaf' lalu mereka berjalan kaki menyusuri malam dengan diam hingga Aurin sampai di kosannya dengan aman.
Hal ini yang membuat hati Aurin benar-benar bimbang harus tetap bersama Bergio dan merubah sifatnya menjadi lebih baik atau berhenti dan membebaskan dirinya. Namun perlakuan Bergio selalu saja membuatnya luluh dan pada akhirnya ia kembali lagi ke tangan yang sama...
□□□
Jangan lupa tinggalkan jejak:)
Luv you all
KAMU SEDANG MEMBACA
THANK'S
RandomCover by : gracegraphic ~~~ Awal yang cukup buruk untuk sebuah hubungan. Berawal dari pelampiasan, kesal, kasihan, rasa bersalah,peduli, hingga cinta dan jangan lupakan kesedihan mendalam. Semua bisa terjadi... Menjadi kasar dan berhati dingin, meng...