Senang~

20 5 2
                                    

"Gio. Aurin mau minta tolong" Ujar Aurin menatap Bergio takut.

"Apaan?"

"Pas pulang nanti bisa anterin Aurin ke rumah mama gak? Soalnya pengen ngambil barang-barang yang ketinggalan." Jawab Aurin.

"Emang rumah lo gak ada supirnya? Tinggal minta dianterin kok ribet amat sih. Lagian gue juga bawa motor. Nanti barang-barang lo mau di simpen dimana?" Ketus Bergio.

"Kata mama mang Didi lagi pulang kampung, jadi gak bisa bantu. Mama papa juga lagi sibuk,yaudah deh nanti aja baru ngambilnya." Ucap Aurin kikuk dan menunduk. Ia benar-benar takut jika ada yang menatapnya setajam ini,seakan Bergio benar-benar tidak ingin diganggu.

Bergio berdecak malas "Yaudah gue anterin. Tapi gak ngaret,nanti gue tinggal."

Aurin yang sedang menunduk pun langsung menatap Bergio sumringah
"Waah iya Gio,Aurin gak akan ngaret kok. Makasih ya Gio" senyum dari bibir tipis Aurin benar-benar tak pudar sedikitpun. Gio yang melihatnya pun tersenyum tipis,namun detik brikutnya raut wajahnya langsung kembali mendatar. Ia teringat satu nama, 'Kaila' ya,ia tak boleh membiarkan hatinya terbuka untuk orang lain selain Kaila,jangan sampai ia jatuh cinta pada Aurin. Ya,semoga.

Mereka pun langsung menuju ke kelas masing-masing tanpa acara antar mengantar seperti pasangan lainnya, karena menurut Bergio terlalu ribet. Aurin pun tidak mau berharap Bergio akan melakukannya, karena itu mustahil menurutnya.

~ ~ ~

Kriiiingg!!

Lonceng pulang pun berbunyi. Seluruh warga sekolahpun mulai berhamburan,tak terkecuali gadis bernama Aurin. Ia tampak tersenyum manis dan berjalan menuju parkiran-menunggu kekasihnya datang.

Saat Aurin mengedarkan pandangannya pada koridor lantai satu ia langsung tersenyum dan melambaikan tangan pada pacarnya yang sedang menuju ke arahnya. Tanggapan Bergio hanya melambaikan tangannya kembali pada Aurin tanpa tersenyum lalu, pandangannya kembali ke ponselnya entah sedang apa. Aurin yang sudah biasa hanya tersenyum sendu.

"Pake helmnya. Lo gak usah lama-lama,gue masih ada urusan." ucap Bergio yang mulai menyalakan mesin motornya lalu menyodorkan helm untuk Aurin. Aurin pun langsung memakainya.

"Iya Giooo bawel. Gak akan lama kok." Canda Aurin sambil naik ke atas motor Bergio dengan susah payah karena tubuhnya yang pendek dan mungil seperti anak SMP. Bergio yang melihat Aurin kesusahan pun menegadahkan tangan untuk menumpu tangan Aurin.

"Hah?" Aurin yang sedang berusaha menaiki motor pun bingung dengan uluran tangan Bergio.

"Ck. Jangan lemot,siniin tangan lo!" Perintah Bergio jengah. Aurin pun langsung  mengulurkan tangannya dan langsung digenggam Bergio hingga Aurin bisa duduk dengan aman di motor. Aurin tersenyum diam-diam lalu kembali bersikap biasa.

Mereka pun langsung pergi dari pekarangan sekolah, yang tentunya masih banyak siswa yang menunggu jemputan atau yang masih melanjutkan kegiatan ekskul, dan tentu saja tatapan mereka tak lepas dari Motor sport milik Bergio yang sedang melintas. Tak sedikit yang mencibir bahwa Bergio dan Aurin tak cocok, namun tak sedikit juga yang mendukung hubungan mereka. Aurin dan Bergio juga tak pernah mengubris cibiran mereka, karena sudah terbiasa.

Dalam perjalanan sama sekali tak ada pembicaraan sedikit pun hingga sampai di rumah Aurin.

~ ~ ~

"Yuk Gio masuk dulu. Biar Aurin buatin minuman supaya Gio gak bosen." Tawar Aurin.

Bergio berfikir sejenak. Lebih baik ia menunggu di dalam saja dari pada gabut di pinggir jalan.

"Oke."

"Gio tenang aja, Aurin gak bakal lama kok." Jelas Aurin,takut Bergio akan marah jika ia berlama-lama.

"Hm." Balas Bergio acuh sambil memainkan game perang online yang sedang marak saat ini. Kalau Aurin tak salah namanya PUPG. Ia sering melihat Bergio memainkan game itu dan mengabaikan ucapan Aurin seperti saat ini.

Ting...nong...ting..nong..

Aurin memencet bel beberapa kali,lalu pintu terbuka. "Eh non Aurin? Wah akhirnya  Non Aurin dateng ya! bibi kangen. Mari masuk non,sama temennya juga." Ujar bi Santi sambil tersenyum ke arah kedua remaja itu. Bergio hanya membalas dengan senyuman tipis lalu kembali terfokus pada ponselnya.

"Iya bi. Aurin juga kangen sama bibi. Dia pacar Aurin bi,bukan temen hehe." Berbeda dengan Bergio,Aurin membalas dengan senyuman yang sangat lebar dan antusias juga sedikit malu-malu.

"Yaudah non Aurin sama pacarnya duduk dulu. Biar bibi buatin minuman." Baru saja bi Santi ingin pergi Aurin langsung berujar.

"Eh gak usah bi,biar Aurin yang buat minumannya. Bibi tolong panggilin mama aja, di kamarnya."

"Ya sudah,saya ke atas dulu ya non."

"Iya bi."

"Gio,kamu mau minum apa? Biar Aurin buatin." Tanya Aurin kepada Gio yang sedang memperhatikan rumah Aurin.

"Apa aja." Jawabnya datar.

"Oke deh. Aurin buatin teh aja ya?"

"Hm."

~ ~ ~

Saat Aurin mengantarkan minuman, baru saja keluar dari dapur Aurin melihat Mamanya yang sedang menuruni tangga. Aurin langsung tersenyum melihatnya.

"Mama Aurin dateng!" Ujar Aurin yang antusias bahkan belum sampai di ruang tamu.

"Sayang, kamu tuh ya jarang banget ya dateng ke sini. Mama kangen tau sama anak gadis sok dewasa kayak kamu. Apa-apaan ngekos segala." Ungkap Riska (Mama Aurin) dengan sedikit kesal. Ia memang orang pertama yang tidak menyetujui keinginan Aurin untuk tinggal sendiri,namun apa boleh buat jika itu keinginan putri satu-satunya yang tersayang.

"Ih mama apaan sih. Baru dateng aja udah diomelin." Cibir Aurin sambil meletakan dua gelas teh untuk Bergio dan Mamanya yang baru saja duduk di sofa.

Bergio berdiri dan menyalim tangan Riska yang sedang memperhatikannya seolah bingung.

"Saya Bergio, pacarnya Aurin tante." Kata Bergio tanpa gugup sedikitpun. Bergio kembali duduk di sofa sambil memperhatikan Aurin yang sedang bersaliman dengan Riska.

"Oh kamu pacarnya Aurin toh. Saya pikir gak ada yang mau sama Aurin gara-gara kebanyakan baca buku. Haha.." Canda Riska melirik Aurin yang sedang cemberut.

"Hehe.. ngak kok tan." Ujar Bergio dengan kekehan garing.

"Ngomong-ngomong kok Bergio bisa suka sama Aurin?" Tanya Riska.

"Karena sifatnya yang baik tan." Jawab Bergio berbohong. Bukan berbohong karena sikap Aurin tidak baik,melainkan berbohong jika ia menyukai Aurin. Aurin hanya pelampiasa. Ingat,hanya pelampiasan.

"Oh ya? Kamu gak tau aja Aurin tuh dulu ngambekan banget loh."

"Ih kalian apa-apaan sih omongin Aurin terus. Ngomongin yang lain kek, males Aurin dengernya." Sambar Aurin yang sudah kesal dari tadi karena terus di perbincangkan.

"Tuh kan baru juga diomongin udah ngambek lagi. Iya-iya mama tanya yang lain aja deh. Kalau kerjaan orang tua  kamu apa Bergio?" Tanya Riska lagi.

"Em..kalau papa saya kerjanya di perusahaan sendiri,namanya Pralintang Company tan. Kalau mama saya kerjaannya Dokter." Balas Bergio jujur,walaupun terselip kekesalan saat membicarakan kerjaan papanya.

Setelah Bergio menjelaskan kerjaan kedua orang tuanya,raut wajah Riska langsung berubah seketika.

~ ~ ~

Hayoloooh!!
Mamanya Aurin kenapa yak?
Silahkan tanyakan pada rumput yang bergoyang. Gak ding✌

Pokoknya baca aja terus ya!!
Santuy saja sama cerita ini.

Dan jangan lupa kasih sedikit semangat kalian ke aku dengan Vote yah. See u next chapter guys💓💓

TBC...

THANK'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang