3. Jadi Ketua OSIS?

3 2 0
                                    

Pak Bimo masih tidak percaya melihat kertas yang dipegangnya. Dua kertas tersebut memperlihatkan nilai yang sama-sama sempurna. Dia tidak heran jika Stela mendapat nilai sempurna, tetapi Gavin anak itu bahkan baru menginjakkan kakinya hari ini di SMA Pelita Bangsa.

"Stela, Gavin, selamat nilai kalian 100. Bapak harap nilai kalian akan selalu bagus. Pulang sekolah temui bapak di kantor ada yang ingin bapak bicarakan" ucap Pak Bimo.

"Baik pak" ucap mereka serempak.

Bel istirahat pun berbunyi membuat senang siswa-siswi SMA Pelita Bangsa yang sudah sangat lapar. Mereka Bahagia dan langsung menuju kantin untuk memanjakan perut. Begitu pun dengan kelas XI IPA 1 mereka langsung senang dan ingin cepat-cepat ke kantin.

"Jam pelajaran bapak sudah habis. Silakan kalian istirahat" ucap Pak Bimo.

"Baik pak" ucap mereka serempak.

Sasa dan Stela berjalan menuju kantin dengan perasaan bahagia, khususnya Sasa. Dia merasa otaknya sudah seperti terbakar karena memikirkan jawaban ulangan matematika yang menurutnya susah. Dia heran mengapa Stela dan Gavin memiliki otak yang super encer sehingga mendapat nilai sempurna di pelajaran yang butuh konsentrasi dan pemahaman lebih itu.

"Ela, gue mau nangis tadi ngerjain soal ulangannya susah banget" ucap Sasa sambil curhat.

"Iya Sa soal tadi emang susah gue juga mikirinnya lama dan beda banget sama yang biasa Pak Bimo kasih kalo latihan" balas Stela.

"Tapi lo sama Gavin keren banget sih bisa dapet nilai 100. Ternyata bener ya Ela, pangeran Gavin udah ganteng pinter lagi pengen jadi jodohnya" ucap Sasa sambil menghalu.

"Kok lo jadi manggil Gavin pangeran sih, Sa?" tanya Stela.

"Habis dia mirip kaya pangeran bagi gue" balas Sasa.

Mereka pun sampai di kantin. Stela dan Sasa bergegas mencari kursi yang kosong untuk mereka berdua tempati. Namun karena kondisi kantin penuh, kursi yang tersisa hanya tinggal meja yang ditempati Gavin dan Adit. Sasa pun berusaha mengajak Stela untuk duduk di meja tersebut. Yang akhirnya diangguki Stela setelah perdebatan panjang dengannya.

"Adit, Gavin gue sama Ela izin duduk sama kalian ya" ucap Sasa dengan muka yang dimelas-melaskan.

"Iya, Sa jangan melas itu muka" jawab Adit.

Sedangkan Gavin dia hanya menganggukkan kepala tanda setuju.

"Guys karena gue siswa baru, gue yang bakal traktir kalian makan sepuasnya di kantin" ucap Gavin tiba-tiba.

"Beneran vin? Makasih banget akhirnya duit jajan gue utuh" ucap Adit senang. Sebagai siswa yang mendapat uang jajan pas-pasan tentu saja Adit senang mendengar kata traktir dari Gavin.

"Bener dong" balas Gavin."Izel sama siapa nama lu?(sambil menunjuk Sasa)"

"Sasa Ayudia Pratista. Panggil aja Sasa" ucap Sasa yang langsung memperkenalkan diri.

"Oke, Sasa lo sama Izel juga pesen aja yang kalian suka gue yang bayar"

"Makasih Gavin" ucap Sasa dan Stela serempak.

Mereka pun sibuk memikirkan hal yang ingin mereka makan di kantin. Akhirnya, Sasa dan Adit berbagi tugas. Sasa membeli 4 porsi mie ayam dan Adit membeli jus buah. Tersisalah Gavin dan Stela di kursi mereka. Gavin yang bosan karena terus diam akhirnya membuka suara.

"Izel, lo tau ngga kira-kira Pak Bimo mau ngapain nyuruh kita ke kantor?" tanya Gavin

"Kayanya mau bahas Olimpiade sih mungkin aja Pak Bimo mau ngajak lo ikut Olimpiade karena sekolah kita kurang orang buat ikut Olimpiade matematika" balas Stela.

"Hmm.. mungkin aja" ucap Gavin.

"Lo ikut ekskul apa? Atau organisasi gitu" tanya Gavin.

"Gue ikut teater sama jadi sekretaris OSIS" jawab Stela.

"Keren banget, gue masih bingung mau ikut ekskul apa sebenernya mau ikut basket sih karena gue hobi main basket" ucap Gavin. Gavin heran mengapa dia bisa berbicara sepanjang ini dengan Stela padahal dengan orang lain Gavin sangat jarang berbicara jika dirasa tidak penting.

"Gavin, kebetulan di OSIS lagi kekosongan jabatan. Soalnya Ketos disini tiba-tiba aja pindah sekolah. Menurut gue lo cocok jadi Ketos" ucap Stela.

"Mau sih tapi gue kan anak baru belum tau lingkungan SMA Pelita Bangsa juga masa tiba-tiba jadi Ketos" balas Gavin.

"Iya juga sih" ucap Stela.

Adit dan Sasa pun datang dengan makanan dan minuman mereka.

"Kalian dari tadi kita liatin akrab bener. Iya kan, Sa?" ucap Adit sambil meminta pembenaran ke Sasa.

"Iya Dit padahal kita udah cape ngantri eh, yang disini malah pacaran" ledek Sasa.

"Siapa yang pacaran gue sama Gavin cuman ngobrol biasa. Dit, Sa, menurut kalian Gavin cocok ngga jadi Ketos sekolah kita?" tanya Stela.

"Cocok banget sih dari muka Gavin udah ganteng bisa lah jadi wajah baru OSIS sekolah kita terus pinter lagi gue sih setuju" jawab Sasa.

"Gue juga setuju banget, Stel" jawab Adit. Pikir Adit, jika Gavin menjadi Ketos dia akan lebih mudah untuk mengurus acara yang melibatkan bidang yang dia pimpin di OSIS. Adit memimpin bidang olahraga dengan beberapa program kerja yang sedikit melelahkan. Jika Gavin menjadi Ketos, Adit yakin dia dapat memimpin dan membantu menyelesaikan program kerja dan masalah di SMA Pelita Bangsa.

"Tuh kan vin, mereka aja setuju" ucap Stela kepada Gavin.

"Dit, Sa kita coba ajuin Gavin jadi Ketos ke bu Sri yu" ajak Stela yang diangguki oleh mereka berdua.

Sasa sebagai bendahara tentu saja sangat senang jika Gavin menjadi Ketos. Bukan tanpa alasan, Sasa berpikir dia akan melihat wajah ganteng Gavin saat sedang melaksanakan rapat atau acara yang melelahkan. Tentu saja Sasa yang sangat senang melihat cowok ganteng pasti akan lebih semangat begitu juga dengan anggota OSIS perempuan yang lain. Sasa akan membujuk Bu Sri agar membolehkan Gavin untuk menjadi Ketos, pikirnya.

Gavin yang hanya mendengarkan percakapan mereka setuju saja jika dirinya dipilih menjadi Ketos. Gavin malah senang jika dia menjadi Ketos karena artinya dia akan sering bersama Izel.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang