Chapter 12

822 94 7
                                    

Jungkook merebahkan tubuhnya di kursi kebesaran miliknya. Meeting tadi cukup membuat tenaganya terkuras. Padahal hanya membahas mengenai perpanjangan kontrak kerja saja.

Suara ketukan pintu terdengar, masuklah Yoongi yang tengah membawa beberapa berkas. "Ada beberapa berkas yang harus kau tanda tangani." katanya setelah berjalan mendekati meja bosnya.

"Taruh saja di meja, Hyung." kata Jungkook.

Tanpa ba-bi-bu, Yoongi menaruhnya di meja bos nya itu. Namun setelahnya pria dingin tak langsung pergi, Yoongi melihat Jungkook yang nampaknya tengah lelah. "Jungkook-ah aku ingin berbicara serius denganmu."

"Ada apa, Hyung? Wajahmu terlihat serius sekali. Apa sesuatu yang penting?" Jungkook menghampiri pria yang lebih tua yang baru saja menduduki sofa di ruangannya.

"Aku perhatikan, akhir-akhir ini kau terlihat aneh." kata Yoongi, menatap si bos serius. "Kau bahkan selalu datang terlambat beberapa minggu terakhir, apa terjadi sesuatu padamu?"

Jungkook tiba-tiba bungkam. Ia mengerti ke arah mana Yoongi bicara. "Mungkin itu hanya perasaanmu saja, Hyung." balasnya, berusaha mengelak.

"Tidak. Ada yang kau sembunyikan. Aku tahu itu."

Tak ada balasan dari pria Jeon itu. Membuat Yoongi semakin yakin bahwa ada yang disembunyikan oleh pria ini.

"Dengar ini, Jeon Jungkook." Yoongi menatap pria di hadapannya serius, "Entah apapun masalahmu atau entah apapun yang kau sembunyikan, aku akan berusaha mencari tahunya."

"Karena, kau tahu? Sekeras apapun kau menyembunyikan bangkai pasti akan tercium baunya, Jungkook-ssi. Jadi, aku harap kau menyembunyikan rahasia mu itu dengan baik." lalu Yoongi pergi dari sana, meninggalkan Jungkook yang terdiam, bungkam dibuatnya.

Sebelum benar-benar pergi dari ruangan bernuansa hitam itu, Yoongi kembali berkata, "Oh, ya, semoga kau berhasil, Jeon Jungkook." ucapnya sebelum menghilang di balik pintu itu.

. . .

Jimin sudah sampai di tempat tujuannya, apartemen Taehyung. Pria manis itu kemudian menekan bel di samping pintu apartemen itu. Beberapa saat kemudian pintu itu terbuka, menampakkan Taehyung yang terlihat berkeringat.

"Oh, Hai, Jimin Hyung!" sapanya, ia tak menyangka jika pria ini akan benar-benar datang ke apartemen. Jimin pun melambaikan tangannya dengan membuat senyuman lebar. "Masuklah, Hyung." Taehyung sedikit menggeser tubuhnya, memberi Jimin jalan.

Jimin mengekori Taehyung. Di ruang tamu terlihat banyak sekali kardus-kardus besar menumpuk dan sedikit berserakan, membuatnya sedikit meringis. "Maaf, ya, Hyung jika aku membuatmu merasa tidak nyaman. Aku sudah berusaha merapikan setengahnya, tapi memakan waktu yang cukup lama."

Jimin terkekeh, "Hei, tidak masalah. Lagipula aku kesini ingin membantumu."

"Jadi, bagaimana jika mulai sekarang?" tanya Jimin yang terlihat bersemangat, padahal ini pekerjaan yang pasti akan merepotkan, mengingat banyak sekali barang-barang milik Taehyung.

Taehyung menginstupsi Jimin untuk memindahkan kardus-kardus berisikan aksesoris interior yang di milikinya untuk di letakkan di dalam salah satu ruangan. Jimin dengan gesit langsung melakukannya, sementara Taehyung sedang membereskan pakaiannya yang terbungkus plastik laundry.

Membutuhkan waktu sekiranya hampir 2 jam untuk membuat apartemen itu terlihat rapih. Benar-benar menguras energi mereka. Sedikit banyak Taehyung merasa berterima kasih dan merasa bersalah, karena tanpa sengaja membuat Jimin kelelahan.

Setelah selesai menyapu baik Jimin maupun Taehyung menghempaskan tubuh lelah mereka pada sofa berwarna abu-abu disana. Peluh keringat terlihat memenuhi wajah kedua pria manis itu.

Mianhae, Saranghae | KookMin/KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang