Chapter 14

839 94 8
                                    

Jungkook baru saja sampai di rumah nya pada pukul 10 malam. Setelah menghabiskan waktu dengan pemuda yang baru menjadi kekasihnya, ia mengajaknya makan malam dan mengantarkannya pulang ke apartemen.

Sebelum turun dari mobilnya ia menghela nafas berat. Mengingat dirinya beberapa jam lalu baru mengkhianati suaminya. Katakanlah dirinya pria paling brengsek di dunia ini. Lama Jungkook termenung, kemudian akhirnya ia keluar dari mobil.

Langkah kakinya terasa begitu berat ketika hendak memasuki rumah yang ia tinggali bersama Jimin selama 4 tahun terakhir. Dirinya kembali menghela nafas. Ia tidak sanggup melihat wajah pria yang selalu menyambutnya dengan senyuman ketika pulang bekerja.

Pada akhirnya ia tetap melangkahkan kakinya, memasuki rumah besar itu. Ruang tamu rumah mereka terlihat sepi. Pikirnya mungkin Jimin sudah tidur, mengingat saat ini sudah larut.

Namun siapa sangka, ia melihat suaminya jalan menuruni tangga. Terlihat jika Jimin terburu-buru turun untuk menghampirinya. Jungkook melihat bagaimana orang yang dicintainya melemparkan senyuman yang selalu membuatnya tenang. Senyuman indah yang selalu ingin ia jaga.

Jimin memeluk tubuhnya erat, begitupun dirinya yang membalas pelukan itu tak kalah erat. Ia merindukan suaminya ini. "Aku kira kau sudah tidur, sayang."

Bisa dirasakan olehnya jika Jimin menggeleng pelan. "Tidak.. aku menunggumu, Kookie." Jimin melepas pelukan yang erat itu. Menatap wajah pria yang dicintai, wajahnya menyiratkan rasa lelah yang begitu ketara. Jimin mengusap pipinya lembut, ia bertanya. "Ada apa? Kau terlihat sangat lelah hari ini? Apa ada masalah?"

Jungkook tak langsung menjawab, ia menggenggam tangan mungil yang mengusap pipinya. Sentuhannya begitu lembut, ia sangat menyukai apapun yang Jimin lakukan padanya. Ia merengkuh pinggang ramping itu, membawanya untuk mendudukkan diri di sofa besar.

Mereka saling menatap dengan cinta di mata, "Tidak ada, sayang. Semua baik-baik saja." ucapnya, berusaha meyakinkan.

Jimin menghela nafas pelan, "Apa kau sudah makan malam, Kookie? Ingin aku buatkan sesuatu?"

Ia sudah makan malam sebenarnya bersama kekasih barunya, namun Jungkook memilih menggeleng, terlihat jika suami imut nya itu berdecak sebal, membuatnya terkekeh. "Kau ini sengaja ingin sakit, ya?" ia marah, menatap pria itu tajam.

Bukannya takut, dirinya malah di buat gemas melihat tatapan yang diberikan oleh Jimin. "Kalau aku sakit aku kan bisa menghabiskan waktu denganmu di kamar, sayang." ucapnya, Jimin memukul main-main lengan berotot itu. Jungkook tertawa, ia meraih tubuh yang lebih kecil untuk di dekap nya.

Apa yang sudah ia lakukan pada pria mungil ini? Kenapa dirinya mengkhianati orang yang selalu mencintainya ini? Kenapa dirinya begitu brengsek menjadi suami?

Air mata pria Jeon itu meluruh, saat memikirkan kembali kejahatan yang sudah ia lakukan di belakang suaminya ini. Jimin bisa merasakan pundaknya basah, tubuh kekar yang memeluknya juga terasa bergetar.

"Eh? Kau menangis, Kookie?" ia terkejut. Karena Jungkook bukan tipe pria yang cengeng.

Jimin hendak melepas pelukan itu namun di tahan oleh Jungkook. "Biarkan seperti ini dulu, aku merindukanmu, sayang."

Jimin hanya menurut, ia menepuk-nepuk punggung tegap itu berusaha menenangkan suaminya yang masih meneteskan air matanya. Ia tak mengerti, tak biasanya Jungkook seperti ini.

"Ada apa, Kookie? Kau ada masalah?" ia bertanya, kedua tangannya tak berhenti menepuk-nepuk punggung tegap yang bergetar itu.

Tak ada jawaban dari suaminya, "Kau bisa menceritakannya padaku. Kau bisa mengatakan semuanya padaku, Kookie."

Mianhae, Saranghae | KookMin/KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang