Chapter 11

931 94 3
                                    

Taehyung mengetuk-ngetuk meja nakasnya sedari tadi, sedang berpikir. Bukan hal yang penting, tapi benar-benar mengganggu pikiran juga hatinya. Padahal sudah 2 hari yang lalu dirinya berkencan dan mendapat pengakuan tiba-tiba itu dari Jungkook.

Memang, Jungkook tidak memaksanya untuk menjawab. Namun, dirinya ingin segera menjawab pertanyaan itu karena itu mengganggu waktu tidurnya. Astaga.. apa jatuh cinta serumit ini?

"PAMAN!-"

Dirinya berlonjak dari duduknya, bahkan lutut nya terantuk pada meja nakas. Pekikan itu cukup membuatnya senam jantung. Ia meringis saat merasakan lututnya berdenyut nyeri.

Taehyung melihat kearah si pelaku yang mengejutkannya tiba-tiba. Bocah berusia 4 tahun terlihat mengerutkan wajahnya kesal, anak itu bahkan melipat kedua tangan kecilnya di dada. "Astaga, Aeri-ya. Kau mengejutkan Paman tahu!" katanya, masih sambil mengusap-usap lututnya.

"Siapa suruh di panggil tidak menyahut!" anak itu menatap tajam Taehyung.

"Benarkah? Baiklah-baiklah, maafkan Paman, oke? Bagaimana dengan es krim 1 cup besar sore ini?"raut wajah Kim Aeri langsung berubah drastis mendengar kata es krim.

Aeri mengacungkan kelingking mungilnya pada Taehyung untuk membuat pinky promise. Sebagai paman yang baik, Taehyung pun menautkan jari panjangnya pada jari mungil itu.

"Jadi, ada apa Aeri memanggil Paman?"

"Tadi Aeri di suruh-"

"Aeri-ya, kenapa lama sekali? Dimana pamanmu, sayang?"

Ucapan anak itu terhenti ketika disela oleh orang dewasa lainnya. Itu Kim Seokjin, kakak ipar dari Taehyung dan ibu dari Aeri. Seokjin menghampiri kedua nya, bersamaan dengan Taehyung mengajukan pertanyaan. "Ada apa Hyung menyuruh Aeri untuk memanggilku?"

Aeri memang ditugaskan untuk memanggil Taehyung di kamarnya oleh Seokjin, karena dirinya malas harus menaiki tangga ke kamar adik iparnya itu. Walaupun hanya di lantai 2. Tapi, karena terlalu lama akhirnya ia terpaksa menyusul sang anak.

"Namjoon memanggilmu, Tae-ya." jawab sang kakak ipar.

"Ung? Namjoon Hyung sudah pulang? Ini bahkan masih terlalu siang." ucapnya setelah melihat kearah jam dinding.

"Sepertinya pekerjaannya tidak terlalu menumpuk seperti biasa. Segera temui Hyung mu."

Taehyung mengangguk-anggukkan kepalanya, ia kemudian beranjak dari duduknya dengan sedikit bertatih karena lututnya masih sedikit berdenyut.

"Oh? Ada apa dengan cara jalanmu, Tae?" Seokjin di buat keheranan.

"Tadi saat di panggil Paman tidak menyahut, lalu Aeri berteriak hingga membuat Paman terkejut dan lututnya terbentur meja. Itu karena Paman terlalu banyak melamun, Papa." jelas Aeri, lebih seperti mengadu sebenarnya.

"Papa, sepertinya Paman sedang jatuh cinta. Karena tadi Aeri lihat paman terus berbicara sendiri." bisik bocah berusia 4 tahun itu membuat Taehyung mendelik.

"Hey, memangnya tahu apa kau tentang jatuh cinta, bocah?" sarkas Taehyung pada Aeri yang menatapnya polos.

"Benarkah itu Taehyung-ah? Katakan siapa pria itu? Apa dia lebih tampan dari aku? Aku akan cemburu jika kau menjawab 'iya'." Taehyung di buat kesal dengan sederet pertanyaan yang terlontar dari ibu beranak satu ini.

"Hyung, jangan mengada-ada."

Kemudian pergi dari sana untuk menemui Namjoon yang sudah menunggunya di ruang tamu.

"Aeri sayang, katakan seperti apa Pamanmu tadi saat melamun?" tanya Seokjin pada putrinya setelah Taehyung benar-benar pergi.

"Tadi Paman terlihat seperti orang kebingungan, Papa. Dia terus bertanya pada dirinya sendiri, ya atau tidak, seperti itu." ujar Aeri sambil meniru apa yang di lakukan Taehyung tadi.

Mianhae, Saranghae | KookMin/KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang