Helena sudah mengemasi barang-barang yang hendak dibawanya pulang ke asrama. Menengok ke ranjang pasien, terlihat Evan dan Chintara asyik berduaan membuatnya merasa senang untuk tidak perlu bergabung kesana. Menghemat energi pikirnya, selama hampir seminggu Helena terus berada di sebelah Chintara, sangat menjemukan. Sekonyong-konyong Helena melangkahkan kakinya perlahan keluar dari ruang perawatan Chintara. Bahkan tubuhnya tanpa dikontrol oleh otak pun meminta istirahat secara terang-terangan.
Terduduk di waiting seat, Helena tampak lesu tatapannya seperti orang melamun. Sekitar 15 menit Helena menunggu Liam yang tak kunjung terlihat batang hidungnya. "Hooaam" Helena menguap untuk kesekian kalinya. Tidak peduli ada dimana dia berada, rasa kantuknya tidak bisa ditahan lagi. Kemudian tertidur begitu saja, seketika dunia Helena menjadi hening dan gelap. Ponselnya berdering tapi tidak cukup mampu membangunkannya. Dari layar HPnya terpampang nama Liam yang menelepon.
Di kejauhan Liam mempercepat langkahnya supaya segera sampai di ruang perawatan Chintara. Perasaannya menjadi tak karuan hanya karena Helena tidak mengangkat teleponnya. Berjalan cepat setengah berlari sampai tiba di tempat Helena tertidur. Justru Liam malah tertawa nyaring setelah menyaksikan Helena tidur dengan kepala nyungsep di ruang sempit antara tembok pembatas dan kursi tanam waiting seat, yang dibawahnya ada tempat sampah. Padahal tempat sampah itu bau, bisa-bisanya Helena tidak terganggu lalu terbangun dan masih bisa tertidur pulas pula dengan posisi tubuh yang anti mainstream begitu ckckck lucu-lucu ilfeel gimana gitu yang Liam rasakan.
Liam menepuk - nepuk bahu Helena yang tersungkur, "Helen, Helen, wake up please!"
Tidak ada reaksi apapun dari tubuh dan mulut Helena. Liam memilih tidak berusaha membangunkannya lagi karena terlalu lelah, lebih baik ikut menyenderkan badan dulu sejenak di waiting seat. Sekelebat Liam teringat laki-laki yang tadi menarik Helena dengan kasar di pantry, urusan apa yang menghubungkan mereka.
Liam memandangi wajah Helena yang tertidur pulas itu membuatnya semakin penasaran dengan Harry. Lalu terhenti dari rasa penasarannya ketika menyadari penampilan Helena begitu berantakan. Sepertinya ada korelasi yang bisa dijadikan petunjuk, penampilan berantakan Helena dan juga Harry. Tadi ketika di pantry terlihat mereka berdua ada interseksi kesamaan style yang lumayan besar. Liam cukup tau style penampilan Helena dalam kesehariannya yang selalu berantakan. Terlebih Helena pernah bilang dia tidak terlalu peduli dengan fashion yang penting sudah mandi dan wangi. Anehnya style semacam itu terlihat sangat pantas dan justru malah menjadi identitas Helena yang unik.
Tit tit tit tit ... bunyi pengingat yang disetel di jam tangan Liam, dia segera mengeluarkan kotak obat yang akhir-akhir ini selalu dibawanya. Obat stimulan jenis Varenicline dikonsumsi Liam untuk membantunya dalam misi berhenti merokok. Helena belum tahu sejauh ini, karena Liam tidak memberitahunya otomatis tidak akan tahu. Sekedar tahu Liam pernah kecanduan rokok pun tidak. Lalu rokok kan hanya hal yang lumrah apalagi di Amerika apa perlunya Liam menghentikannya.
Liam menyenderkan punggungnya ke sandaran waiting seat, menunggu obat stimulan itu bereaksi. Efek tambahan dari obat yang beberapa menit lalu ditelannya bisa meredakan rasa lelah dari tubuhnya. Tubuh Helena bergerak pindah posisi, waktu yang tepat pikir Liam. Dia menggoyang-goyangkan tubuh Helena supaya terbangun.
"Apa-apaan sih Liam!" Bodo amat lah si cunguk yang sudah mengganggu tidurnya itu mengerti ucapannya atau tidak.
"You sleep like a cadaver." Ucap Liam datar.
Masa bodoh Helena sudah terlanjur kesal tidak mau menanggapi ejekan Liam. "Come on, take me back home!" dengan nada membentak. Dengan wajah memelas Helena melanjutkan kalimatnya " I can't stand it anymore."
Liam berjalan duluan meninggalkan lorong depan ruang perawatan Chintara. Helena mencoba menyamai langkahnya dengan sangat tergopoh-gopoh sambil terus menggerutu karena tidur pulasnya yang terganggu tadi. Sampai di dalam mobil Liam, Helena langsung ambruk melanjutkan tidurnya yang sempat terjeda. Suasana hening karena hanya Liam saja yang masih terjaga. Di setengah perjalanan Helena mulai mendengkur nyaring. Membuat Liam terkejut untuk kesekian kalinya.
Helena tidak terlihat cantik tapi diatas biasa, penampilan unik cenderung aneh, dan baru-baru ini Liam tau kalau Helena selain jorok juga tidurnya berantakan. Lantas apa yang membuatnya menarik. Aneh sekali Liam mau bersama-sama dengan wanita semacam Helena. Biasanya Liam selalu memilih pasangan yang kebalikannya Helena. Bisa jadi karena efek misi berhenti merokok Liam berubah dalam orientasi kriteria pasangannya. Helena menjadi terasa sangat memikat.
Akhirnya sampai juga batin Liam ketika berbelok di persimpangan jalan lalu sudah terlihat asrama tempat Helena tinggal. Lega rasanya bisa segera bebas dari wanita dekil di seat sebelah. Tangannya menjangkau tubuh Helena menggoyangkannya dengan kencang, karena akan membuang-buang waktu saja jika melakukannya dengan lembut yang justru malah akan membuat Helena terbuai masuk ke alam tidur yang lebih dalam.
"Pelan-pelan kali. Nyebelin banget sih." Helena langsung turun begitu saja dari mobil Liam kemudian membanting pintunya.
"Hish santuy keleus." Teriak Liam yang sudah mulai mengerti sedikit-sedikit bahasa Indonesia tidak baku.
Helena ngeloyor begitu saja, tanpa menengok Liam lagi walau hanya sekedar untuk memastikan sudah berbalik. Ngibrit saja sampai di depan pintu kamar asramanya mata Helena berbinar-binar "Oh akhirnyaaa". Setelah pintu kamar terbuka Helena melempar tas dan bawaannya sembarang, kemudian berlari menjatuhkan badannya di atas kasur tempatnya biasa tidur.
"Hmmm enaknyaaa, rasanya seperti terbebas dari penjara." Terbersit pikiran kenapa aku nggak nyoba liburan kecil-kecilan aja ya, pasti menyenangkan gumam Helena sebelum tertidur semengenaskan itu.
To be continued ....
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNBURN
ChickLitJerih payah Helena untuk mewujudkan impiannya melanjutkan studi di California, mendapat banyak pertentangan dan menjadi perjuangan yang tidak mudah. Mulai dari tidak mendapat dukungan dari orang terdekatnya, kulitnya yang terlalu sensitif terhadap i...