Ada pesan masuk ke ponsel Helena. Dia menebak itu pasti dari Grey yang berjanji akan menemuinya di bandara. Lekas dia mengecek pesan tersebut. Oh ternyata itu direct message dari hater.
Hebat ya masalah belum kelar udah main minggat aja. Mau lari kemana lagi Lo.
"Hish ngerusak mood orang aja hobbynya." Gerutu Helena. Hanya begitu dia menanggapi hater. Helena terlalu cuek dan tidak mau mengurusi hal-hal tidak berguna seperti itu.
"Sudah sampai Mbak." Suara supir taxi mengingatkan Helena yang tak bergeming setelah taxi itu berhenti beberapa menit yang lalu.
"Oh iya maaf Pak, saya melamun." Segera Helena turun dari taxi dan menunggui supir menurunkan koper-koper bawaannya. Helena mengawasi sampai barang-barangnya diturunkan benar dan tidak ada yang ketinggalan. Seseorang memeluknya dari belakang, membuat jantung Helena hendak lepas.
Reflek Helena menengok ke belakang, didapatinya wajah Meyra adiknya yang sudah dibanjiri air mata. Meyra merajuk "Kukira kakak akan membatalkan keberangkatan ke USA. Ayolah kak. Pikirkan ulang."
"Kakak sudah mantap dengan pilihan ini. Dan itu juga cuman 2 tahun aja. Pasti ngga terasa kakak udah balik lagi kesini Mey." Helena mencoba menenangkan adiknya.
"Disini aku pasti akan menemui banyak kesulitan tanpa kakak." Meyra merajuk lagi.
"Dengar ya. Kesulitan itu yang akan melatih kamu menjadi orang yang lebih tangguh dan akan membawamu ke dunia yang lebih luas. Jadi jangan takut sama yang namanya kesulitan." Oceh Helena panjang lebar.
Meyra masih belum melepaskan pelukannya dari sang kakak. Helena pun memutar tubuhnya untuk membalas pelukan adiknya. Ada tangan lain yang mengelus puncak kepala Meyra. Helena menengok ke wajah pemilik tangan itu. "Astaga Grey bikin gue jantungan aja."
"Gue udah berdiri disini dari tadi kali Len."
"Kenapa lu diem aja?"
"Gue ngga mau menginterupsi pembicaraan orang tersayang gue." Sambil menunjuk adik Helena dengan ujung dagunya.
"Dasar bucin." Ejek Helena.
Meyra mengikik kecil menanggapi ejekan kakaknya.
"Meyra juga kenapa ngga balas chat pamitan dari kakak?"
"Karena aku nggak setuju sama kepergian kakak." Meyra mengencangkan pelukannya pada Helena.
Helena bisa merasakan kalau adiknya itu tidak main-main dengan perkataannya. Bukan sekedar seremonial mengantarkan kakaknya pergi tapi memang Helena sangat berarti bagi Meyra. Helena lah satu-satunya kakak perempuan Meyra. Orang terdekat yang Meyra selalu mempercayakan apapun tentang dirinya.
Belum lagi pacar Meyra, Grey. Dia adalah teman dekat kakaknya sejak kecil. Kalau ada masalah dengan Grey pasti Meyra meminta bantuan kepada Helena. Dan untuk 2 tahun ke depan Helena tidak akan punya banyak waktu untuknya.
"Len, gue udah kenal lama sama Lo. Dan gue yakin Lo juga ga akan mengubah keputusan Lo buat kuliah di USA. Barangkali gue bisa ngebantu Lo dengan ini." Grey menyodorkan sebuah kartu nama.
"Apa ini?" Tanya Helena sambil menerima kartu itu dari tangan Grey.
"Barangkali Lo butuh bantuan di USA. Itu kartu nama saudara jauh gue, Evan namanya."
"Oh gue berharapnya sih kartu debit dengan saldo fantastis, hahaha."
"Dasar nggak tau diri Lo."
"Okelah makasih. Eh by the way Evan single ngga?" Tanya Helena dengan mata mengedip-ngedip penuh arti yang membuat Grey merasa mual.
"Ya mana gue tau. Asal Lo tau ya Len, untuk mendapatkan kartu namanya Evan itu nggak mudah."
"Ya salah Lo sendiri ngga mau dimasukin ke grup keluarga."
"Hahaha. Gue terlalu males untuk ikut nimbrung pembicaraannya. Apalagi tiap hari ada aja obrolannya."
"Kan bisa Lo bisukan notifnya Grey."
"Tapi tetep aja chatnya naik ke atas kan. Udah lah kenapa malah bahas gue sih."
"Yaudah gue mau mewanti-wanti Meyra dulu."
"Udah Mey lepasin, kakak udah kesulitan buat napas." Perintah Helena sambil melepaskan tautan tangan adiknya yang melilit tubuhnya.
"Mey jaga ibu baik-baik ya, perhatikan selalu kesehatannya. Pokoknya kalau ibu sakit kamu langsung pulang. Sekalipun cowok bucin disamping kakak ini ngajakin kamu jalan-jalan, tetap prioritaskan ibu. Ngerti."
"Iya-iya Len, gue juga bantu buat jagain ibu Lo. Lagian kayak orang asing aja sama gue. Orang di rumah juga kita tetanggaan cuman sekarang kita lagi melanglang buana mengikuti kata hati." Sambar Grey yang merasa terpanggil.
"Gue bicara sama adik gue, Meyra."
"Tapi Lo nyebut-nyebut gue."
"Udah-udah, ini orang berdua kalau ketemu selalu aja ngga bisa kalem dikit." Meyra melerai kakak dan pacarnya yang kalau dia tidak segera mengambil tindakan pasti Helena akan ketinggalan pesawat karena terus-terusan meladeni Grey.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNBURN
ChickLitJerih payah Helena untuk mewujudkan impiannya melanjutkan studi di California, mendapat banyak pertentangan dan menjadi perjuangan yang tidak mudah. Mulai dari tidak mendapat dukungan dari orang terdekatnya, kulitnya yang terlalu sensitif terhadap i...