Aku menyayanginya karena waktunya untukku selalu menjadi prioritasnya.
-Kiya
Beberapa bulan berlalu, sekarang aku sudah kelas 3 SMA dan mulai fokus belajar untuk ujian-ujian yang akan datang. Di kelas 3 Marvin sudah tidak memegang jabatan sebagai ketua osis lagi, tetapi hubungan kami masih belum memiliki status seperti dulu, hanya saja kami masih sama-sama memegang komitmen.
Setelah kejadian terakhir aku sakit setahun lalu, aku jadi semakin dekat dengan Marvin. Marvin suka datang ke rumah untuk mengantar atau menjemputku ke sekolah. Aku juga sesekali diajak Marvin ke rumahnya. Dan tentang Reza, saat aku mengabaikannya terakhir kali di warung depan sekolah, dia sudah tak pernah datang lagi dalam kehidupanku, awalnya memang merasa ada yang hilang, aku pikir dia sekolah tetangga tapi anehnya kami tidak pernah bertemu lagi, mungkin dia hanya orang asing yang tidak punya kerjaan atau mungkin dia cuma cowo modus.
Belakangan ini Ayah jadi semakin sibuk dengan pekerjaannya. Terkadang, Ayah pulang 2 hari sekali. Aku jadi sangat sedih karena sekarang sangat jauh dengan Ayah, tapi Mamah selalu memberi pengertian agar aku belajar dewasa, Ayah kerja juga untuk aku dan Mamah. Aku suka iri dengan teman-teman yang bisa menghabiskan waktunya bersama orang tua mereka, tetapi aku juga bangga memiliki Ayah dan Mamah yang selalu berkorban apa saja untuk anaknya. Dan akhir-akhir ini juga aku merasa tubuhku cepat lelah, tapi aku ngga bilang ke Mamah dan Ayah, takut mereka khawatir, mungkin karena aku terlalu memporsir tubuhku.
Tiba di bulan November dan ini hari sabtu sekolahku tetap berangkat untuk informasi ujian beberapa bulan lagi, tapi hanya setengah hari. Tadi pagi, seperti biasa aku berangkat dijemput Marvin dan pulang diantar Marvin juga. Diperjalanan pulang, Marvin ngajak aku untuk makan baso favorit waktu SMP kami dulu, tempatnya dekat lapangan dan tidak terlalu jauh dari sekolah SMP ku.
Kini tempat basonya jadi lebih luas, dulu mejanya hanya ada sekitar 4 atau 5 dan sekarang mejanya makin banyak, sekarang ada tempat lesehannya juga. Aku dan Marvin duduk ditempat lesehan yang paling belakang, kami duduk berhadapan. Marvin memesan 2 porsi. Aku dengan baso sayur dengan sedikit sambal (aku ngga suka kecap dan saos) Marvin dengan baso campurnya yang tidak lupa dipenuhi dengan saos dan sambal, untuk minumnya seperti dulu dan ngga berubah yaitu aku es nutrisari jambu dan Marvin yang rasa jeruk. Dulu waktu SMP, kami sering sekali makan di sini, basonya enak dan tempatnya pun mendukung, nama tukang basonya Mang Darmo, dia baik sekaligus hebat karena bisa membuat baso seenak ini.
Sambil menyiapkan baso, Mang Darmo mengajak kami berbincang.
"Udah lama banget ya kalian ngga ke sini" ucapnya.
Marvin menengok ke arahku sambil cengingisan.
"Iya nih Mang, si Kiya sok sibuk kalau diajak ke sini"
Aku sedikit jengkel dengan ucapan Marvin, kan selama SMA si Marvin ngga pernah ngajak lagi.
"Lah, ko gue, kan elu yang sibuk osis dan ngejauhin gue, gimana sih" ucapku sedikit sensitif.
Mang Darmo menyajikan baso yang sudah jadi ke mejaku dan Marvin.
"Sering-sering ke sini ya, kalau udah sukses jangan lupa sama Mamang, barangkali basonya ikut ke bawa sukses kan, hehe" ucapnya tertawa, lalu kembali melayani pembeli lainnya.
"Tuhh, dengerin Vinn, jangan sok sibuk makanya"
Lalu aku memasukan baso ke dalam mulutku yang sedari tadi udah ngga sabar melahap baso favorit ku.
Marvin hanya diam sambil menatap ke arahku "Kamu gak kangen dulu Kii?" ucapnya mulai serius.
Aku sedikit terkejut dengan ucapan Marvin, karena Marvin memang jarang sekali bicara serius "Ha?" aku hanya bisa mengeluarkan kalimat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Kiya (THE END)
JugendliteraturAwalnya, semua berjalan baik-baik aja. Sampai akhirnya, Kiya (Seorang gadis 17 tahun), harus berada pada situasi yang paling tidak diinginkan oleh anak seusia pada umumnya. Masa dimana ia harus dipaksa dewasa karena keadaan. Masa yang sebenarnya ng...