10~|Pengejaran

24 8 35
                                    

Keseruan tidak hanya dari ceritanya, karena kalian juga bisa melihat cover keren yang berbeda-beda tiap chapternya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Keseruan tidak hanya dari ceritanya, karena kalian juga bisa melihat cover keren yang berbeda-beda tiap chapternya. 😊

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

SOWKA DIKA


Namun mobil berhasil kabur dan perlahan menjauh dari kampung itu.

Karena tembakan itu, hal hasil membuat mobil Cakra dan Dika berlubang dan kaca-kaca pun ikut pecah.

Cakra dan Dika selamat dari serbuan peluru itu dan perlahan pergi menjauh.

“Apa yang kalian tunggu? cepat kejar dan habisi mereka!” teriak Ayah Jaka.

“Baik. Bos,” jawab anggotanya.

“Huh, hampir saja,” ujar Cakra sambil menghelukan nafasnya.

Dika yang sudah berada di mobil, hanya bisa diam memandangi tempat itu, sambil menanggung rasa bersalah dan sedih yang sangat mendalam.

“kalau Om Jerry dan Om Jamal tidak menolongku, mereka berdua pasti aman aman saja sampai saat ini.
Semua ini salahku yang membuat mereka berdua tertangkap,” lirih hati Dika sambil menatap spion mobil.

“Ibu... Dika yakin ibu masih ada, Ibu gak akan meninggalkan Dika. ibu ingatkan, ibu sudah berjanji dengan Dika!” Dika meneteskan air matanya sambil mengepalkan tangannya.

Bruk... Suara Dika memukul dashboard mobil sangking merasa kesal kepada dirinya sendiri.

“Tenang Tuan, kita akan selamat. Apapun yang terjadi aku akan melindungi Tuan dengan segenap jiwa dan ragaku. Itu sudah janjiku sebagai pengawal Tuan,” tutur Cakra.

“Sekarang aku adalah pembunuh! Aku adalah pembunuh Cakra!” meneteskan air matanya. “Aku sudah sepantasnya untuk mati, dan tidak berhak lagi untuk hidup,” ujar Dika sambil melihat bajunya yang terkena bercak darah.

“Tidak Tuan. Tuan Muda harus pulang dengan selamat!” bantah Cakra Sang pengawal setianya. “Tuan tidak boleh berpikir seperti itu!” tambahnya.

Dika sangat merasa terpukul akan kejadian ini, ia masih tidak percaya bahwa dirinya sudah tega menembak mati seseorang yang belum tentu benar telah membunuh Ibu kandungnya. karena dirinya juga masih belum percaya kalau ibunya sudah meninggal.

Dan Selama diperjalanan, Cakra terus memberikan semangat untuk Tuannya itu.

Matahari mulai menampakan sedikit dirinya di langit. Mereka mulai memasuki kawasan kota, yang dari tadi jalanan hanya mereka berdua sekarang mulai kian agak ramai di penuhi kendaraan.

“Bagaimana Tuan Muda bisa sampai di Kampung itu?” Tanya Cakra.

“Itu yang seharusnya aku tanya terlebih dahulu denganmu, bagaimana kamu bisa tahu keberadaanku?” tanya balik Dika.

SOWKA DIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang