12~|Impas

15 2 12
                                    

Dika berusaha untuk duduk namun tidak bisa.

"Dika istirahat saja ya," sambung Mama Dika.

Papa Dika keluar dari rumah sakit menuju ke mobilnya, begitu juga Daren dan dua anggota lainnya.

"Kita berangkat ke kampung kuala, Jangan lupa bawa hadiahnya!" tegas El Antonio atau Bos besar Mafia The Blood Thirst.

"Siap Tuan."

Mereka yang beranggotakan empat orang, termasuk papa Dika pergi ke kampung kuala dengan mengendarai dua mobil, namun tetap di lengkapi senjata berat lengkap yang di bawa Daren dan dua orang lagi.

Tibalah mereka berempat di kampung kuala. tidak lama mereka sampai, mereka langsung di todongkan puluhan senjata siap tembak ke arah mereka.

Mereka turun sambil menodongkan senjata mereka juga ke pada puluhan orang disana, kecuali El Antonio Bos Besar Mafia ia terlihat santai sambil merokok tanpa menunjukkan wajah ketakutan sedikitpun.

Dari gerombolan Gank Tira keluarlah seseorang tidak lain dan tidak bukan yaitu Baron Tira Putra, pemimpin para Gangster Tira Kid. Ia berjalan menghampiri El Antonio dengan jalannya yang songong.

"Turunkan senjata kalian semua!"

perintah Baron kepada anggotanya. "Ada apa pengusaha kaya raya mau datang ke kampung yang kumuh ini?" tanya Baron dengan senyum tipisnya.

"Matahari persis di atas kita, saya tidak mau kepala kalian yang beku seperti batu ini seketika mencair karena panasnya matahari ini!" ujarnya menatap sinis para gangster.

"Oke, aku mengerti. Kalian pasti takut kulit bayi kalian terbakar kan," tawanya. "Baiklah ikuti aku!" sambung Baron.

"Bawa hadiahnya!" perintah El kepada pengawalnya.

"Baik Tuan."

Mereka masuk kedalam ruangan dimana ruangan itu adalah tempat Baron dan Dika ngobrol tadi malam.

Di ruangan hanya ada El beserta pengawalnya dan juga Baron beserta pengawalnya, obrolan mereka tidak disaksikan oleh para anggota Baron yang lainnya.

Mereka duduk dengan santai namun tetap di awasi oleh masing-masing pengawalnya.

"Langsung ke intinya saja, kalian sudah melanggar perjanjian yang sudah di sepakati bersama. Dengan tidak di perbolehkannya masing-masing kelompok membuat kekacauan sedikitpun di kawasan kepemilikan keluarga lain.

Untung saja hanya sampah tak berguna yang membuat kekacauan, bahkan untuk membunuh satu anggota saya saja tidak mampu.

Tapi tenang saja, saya pastikan anggota mu sudah tidur dengan rasa Sakit yang luar biasa," ujar El Antonio santai sambil merokok dengan wajah datar.

Mendengar itu seketika Baron naik amarahnya dan berdiri menodongkan pistol persis ke arah El, melihat itu masing-masing pengawal juga ikut menodongkan senjata mereka.

"Turunkan senjatamu, jangan berbuat hal yang bodoh Baron!" ujar El masih dengan keadaan tenang.

Ia menurunkan senjatanya begitu juga dengan pengawal mereka semua.
"Terus apa mau kau?" tanyanya sambil menahan emosinya.

"Oh ayolah, aku ingin melihat ke sungguhanmu di perjanjian ini. Aku mau kau korbankan satu saja anggotamu di depan mataku, kalau tidak kau tahu apa yang akan terjadi di antara kita. Bukan begitu Baron?" ujarnya dengan tatapan sinis.

"Baiklah," jawab singkat Baron.
"Bos saya siap," ujar lantang anggota Ganster itu.

Dor... satu tembakan persis di jantung anggotanya.

Melihat itu El memerintahkan Daren untuk memeriksa apakah benar mati atau tidak. Dan saat di periksa benar-benar sudah tidak benyawa lagi, mengetahui itu El tersenyum tipis.

El atau ayah Dika tiba-tiba bangkit dan mengeluarkan pistol lalu

Dorr...

menembak satu orang lagi pengawal baron persis di kepalanya.

Lalu menodongkan pistol ke arah Baron, "Dan itu balasan karena sudah ingin membunuh anakku, dan aku anggap ini semua impas," ujarnya dengan wajah dingin.

Baron hanya bisa terdiam melihat ujung pistol di depan bola matanya.
Melihat pemimpinnya di todongkan sebuah pistol, pengawal baron yang tersisah sendiri juga ikut menodongkan senjatanya begitu juga pengawal El atau ayah Dika.

"Dan juga Saya kesini membawakan hadiah untukmu, berikan kepadanya!" perintah El kepada pengawalnya.

Setelah memberikan sesuatu itu, mereka lalu pergi meninggalkan ruangan itu menuju mobilnya.

"Minggir kalian semua!" seru Daren kepada para Gangster yang ada di sekeliling mobil mereka.

Sampai di mobil, mereka pun pergi.

Hadiahnya masih di dalam kotak, saat Baron membukanya ternyata berisi guci berukuran sedang, dan saat ia membuka tutup guci itu ternyata isinya abu.

Ia langsung menyadari bahwa itu adalah abu para anggotanya yang ia suruh mengejar Dika.

Amarah Baron tidak bisa terbendung lagi, ia teriak sambil menembak membabi buta kesegala arah ruangan yang membuat Pengawalnya hanya bisa tiarap berharap tidak ikut terkena tembakan Baron.

Di perjalanan, El hanya tersenyum santai menikmati secangkir kopinya tanpa ada gangguan sedikitpun.

Kebesokan harinya...

Dika yang sudah membaik mulai masuk kesekolah dan seperti biasa di temani oleh ke tiga pengawalnya, bedanya kali ini Cakra belum bisa mengawal Tuan Mudanya itu atau Dika.

Di sekolah akhirnya Dika dan Jaka bertemu, mereka berdua saling meminta maaf satu sama lain tanpa ada yang menyalahkan.

Karena mereka tahu ini semua urusan orang tuanya tidak ada sangkut pautnya dengan mereka.
Hari-hari berikutnya pun tampak cukup tenang dari ke dua belah pihak.
Pagi yang cerah di sekolah.

namun tiba-tiba...

Apakah kedua keluarga itu akan berdamai atau memanas kembali?

Lihat kelanjutannya ------->

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Terimahkasih sudah membaca, jangan lupa untuk vote dan coment ya. Soalnya coment akan selalu di balas kok.☺️

SOWKA DIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang