2~|Ada Apa Sebenarnya?

82 25 56
                                    

Keseruan tidak hanya dari ceritanya, karena kalian juga bisa melihat cover keren yang berbeda-beda tiap chapternya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keseruan tidak hanya dari ceritanya, karena kalian juga bisa melihat cover keren yang berbeda-beda tiap chapternya. 😊

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Door... suara tembakan terdengar kuat di telinga.

papa Dika langsung menembak kaki orang tersebut. Mendengar suara tembakan, Dika langsung berlari ke kamarnya.

"Aaaaaaaghhhhhh" jerit orang itu.

"Siapa orang itu? Mengapa Papa tega melakukan hal semacam itu?" tanya hati Dika dengan keadaan sangat takut.

"Belum ingin bicara?" tanya papa Dika.

Door... suara tembakan terdengar kembali. Papa Dika menembak kaki yang lain.

"Bangsat kalian semua! Keadilan akan muncul di kota ini, lihat saja nanti!" teriak orang itu.

Dan orang itu pun terjatuh.

Sambil tertunduk tak berdaya, "Kalian tidak akan mendapatkan apa-apa dariku, lebih baik aku mati dari pada memberitahu informasi ke kalian semua. Setidaknya aku mati tidak sebagai penghianat." ucap orang itu.

"Saya itu baik, kau mau mati kan? akan saya kabulkan," Tutur papa Dika. "Cepat ambilkan bensin dan siramkan ke dia!" perintah papa Dika.

"Siap Ayah"

Mereka menyiramkan bensin ke seluruh badan orang itu.

"Dasar parasit tidak berguna!!!" cetus papa Dika.

Lalu papa Dika membuang rokoknya ke orang itu, yang membuat bensin itu terbakar dan membakar seluruh tubuh orang itu hidup-hidup.

"Setelah dia hangus terbakar, bakar kembali tubuhnya hingga menjadi abu, lalu simpan di tempat biasa. Saya mau pergi keruangan saya," perintah papa Dika.

"Siap Ayah," jawab pengawalnya.
Setelah kejadian itu sangat banyak pertanyaan di dalam pikiran Dika, tapi takut untuk bertanya ke papanya.

Matahari sudah terbenam, jarum jam menunjuk ke arah pukul 19.00 malam.

"Dika... ayo turun makan malam, cepat kesini!" panggil mama Dika.

Mereka makan malam bertiga dengan santai, namun tidak dengan Dika yang masih memikirkan kejadian tadi siang.

Melihat muka Dika yang aneh, ayah pun memecahkan suana dingin menjadi hangat kembali.

"Besok kamu harus ke sekolah untuk mendaftarkan?" tanya papa Dika.

"iya Pa, kenapa?" jawab Dika.

"Yaudah, besok Papa sama Mama bakal ikut menemanimu mendaftar kesekolah." tambah mama Dika.

"Beneran Pa Ma? tanya Dika dengan senang.

"Iya sayang," jawab mama Dika.

Selesai makan, Dika yang sedang menonton tv di kamarnya, terkejut melihat berita hilangnya seorang polisi.

Saat melihat foto polisinya dia kaget dan tertunduk kaku, "Ternyata orang yang di tembak papa seorang polisi," lirih hati Dika.

Dika langsung mematikan tv sambil gemetaran lalu menyelimuti tubuhnya dengan selimut.

Dika... kamu baik-baik saja kan, ini ibu, Dika sini peluk ibu. Ibu sangat kangen sama Dika. Ibu.. ibuu. teriak Dika.

Dika terbangun, "Ternyata hanya mimpi, Ibu... Ibu dimana? Dika kangen sama Ibu, " sambil meneteskan air mata.

Dika sekarang tahu akan perbuatan Ibu kandungnya yang menitipkannya di panti asuhan, tapi tidak ada sedikitpun kebencian terhadap Ibu kandungnya tersebut.

Kebesokan harinya, matahari bersinar terang menembus melewati jendela kamar Dika.

"Ayah dan Ibu akan menamani Tuan muda untuk mendaftar kesekolah baru Tuan muda, saya tidak mau ada sedikitpun yang akan mengancam keselamatan keluarga inti, mengerti kalian semua." Tegas Daren tangan kanan keluarga inti.

Keluarga Inti, itulah sebutan pengawal teruntuk Dika, Papa Dika dan Mama Dika.

"Siap Bos" jawab seluruh pengawal anggota keluarga.

Mobil yang mengawal keluarga inti sekitar dua mobil, sampai semuanya siap mereka pun berangkat.

Pengawal lainnya sudah sampai di sekolah terlebih dahulu sebelum kedatangan keluarga inti, total pengawal di sekolah sekitar 20 orang berpakain jas rapih hitam merah.

Sesampainya di sekolah, mereka langsung menghadap ke kepala sekolah. Kepala sekolah yang sudah mengetahui papa Dika atau disebut KELUARGA DARAH itu siapa, merasa sangat senang dan gugup.

Dan pada akhirnya Dika di terimah tanpa harus mengikuti ujian test terlebih dahulu.

Sesampainya dirumah, "Makasih ya Pa Ma, sudah menemani Dika mendaftar," ujar Dika.

"Iya, apasih yang enggak buat anak papa satu-satunya," jawab papa Dika.
Papa Dika mungkin kejam, namun tidak kepada keluarganya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Terimah kasih sudah membaca, jangan lupa untuk vote dan coment ya. Soalnya coment akan selalu di balas kok.

Siapa sih keluarga Darah itu?
Siapa sebenarnya Ayah Dika?

Lihat selanjutnya...

SOWKA DIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang