DEFENSE : 01

16 0 0
                                    


Riuh suara deru mesin motor di arena balapan semakin memanas, dari sekian banyaknya perkumpulan geng bergengsi hanya ada dua yang selalu berselisih paham, Leopard dan Vagos. Keduanya sama-sama ingin menunjukkan kehebatannya dalam dunia balapan. Jika Vagos selalu ingin menyombongkan kualitas dan kemampuannya, maka tidak untuk Leopard. Leopard Club selalu membuktikkan kemenangannya, hal itu yang membuat Vagos geram, terutama dengan ketuanya, Lea.

Benar bahwa itu adalah nama samaran yang Aline pakai ketika di arena. Semua anggota Leopard sudah mengetahuinya sejak awal. Alin Calenzya Calegar, nama ini dikenal banyak orang, tetapi bagi mereka yang memang sudah dekat seperti Leopard Club. Aline menyamarkan namanya menjadi Lea ketika di arena, hal ini sangat disetujui oleh anggota Leopard yang lain, terutama Kaffa dan Arkan.

Keduanya membuat Alin merasakan kasih sayang seorang abang. Di rumahnya memang sayang kepada Alin kecuali dia, Samudra.  Arkan, Kaffa, dan anggota Leopard paham betul apa yang Alin rasakan saat hari itu. Mereka semua terpaksa pergi karena Alin yang meminta agar identitas Leopard tidak terbongkar, dan Alin bisa melindungi semua anggotanya dengan baik.

"Lin, kamu gak usah kemakan omongan Eric ya" bisik Arkan

"Kapan aku kemakan omongan dia bang, aku gak akan ngebiarin Vagos terus-terusan ngajak ribut kita, kalian tenang aja"

"Kamu lagi gak bikin taruhan apapun kan Lin?"

Dengan terburu-buru, Alin langsung menancap gas meninggalkan Arkan yang terus memanggilnya. Siapa yang tidak khawatir jika seseorang yang sudah Arkan anggap adik bertindak semaunya dan nyawa menjadi taruhannya. Arkan tidak mau jika Alin kembali depresi jika sudah berkaitan dalam membuktikkan bahwa ia bukan yang membunuh Alya melalui balapan ini. Arkan tahu bahwa Alya meninggal karena kejadian sekap itu, dan yakin bahwa Alin tidak sengaja membuat Alya mati disana.

"Lin, gue tau bukan lo yang bunuh dia. Tapi gue minta tolong sekali aja lo bisa dengerin gue sama Kaffa buat berhenti ngeyakinin dan buktiin ke abang lo kalau lo bukan yang buat hal itu terjadi.... gue dan yang lain gabisa kehilangan lo lagi lin..."

                                                                                     🥀

Sementara itu Alin tengah bersiap untuk balapan dengan motor kesayangan yang ia tinggal di markas itu. Dengan memakai baju yang mayoritas hitam dibaluti dengan jaket andalan Leopard serta sepatu boots hitam yang dipakainya, seluruh pasang mata menatap dirinya kagum dan segan. Tidak semuanya takut kepada Alin, tetapi tidak mau berurusan panjang deng geng yang sangat mematikan, maka dari itu semua pasang mata hanya bisa tertegun diam memandang perempuan berparas cantik itu.

"Gue bisa aja sih bunuh lo di arena ini, bitch" ucap Eric yang tiba-tiba hadir di samping Alin.

"Try it, jerk" bisik Alin tepat di telinga Eric

Dengan gaya bicara Alin yang santai dan penuh wibawa sudah cukup membuat Eric termakan amarah. Gaya angkuh yang keluar dari wajah Eric membuat Alin tersenyum singkat dibalik helm berwarna hitam pekat dengan lambang Leopard itu.

" Oke guys langsung kita mulai pertandingan malam ini"

1

2

3

Alin menancapkan gas tanpa ragu diikuti oleh Eric dibelakangnya. Alin tahu bahwa Eric akan terus mengejarnya dengan skill yang sangat biasa menurutnya. Tanpa ragu sedikitpun, Alin terus mengeluarkan kemampuannya dalam balapan hingga mendekati garis finish di depannya.

Karena takut kalah dan malu, Eric melancarkan rencana yang ia buat dengan anak Vagos lainnya. Dengan rasa percaya diri, Eric memberi kode kepada orang suruhannya untuk berlari ketakutan ke arah arena agar Alin er-distract oleh kehadiran orang itu. Dengan secepat mungkin ia berlari ke arah arena dan berdiri tegak di depan Alin.

Bukannya berhenti, Alin malah memutar balik motornya ke arah Eric yang masih tertinggal di belakang. Tanpa ragu sedikitpun, Alin terus menambah kecepatan motornya untuk terus menuju ke arah Eric, hingga akhirnya...


Cittt.....

Brakkkk

D E F E N S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang