DEFENSE : 03

10 0 0
                                    


Jam menunjukkan pukul 3 sore membuat seluruh siswa SMA Cakrawala berkumpul di area parkir dan bergegas pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga dengan Alin, ia menuju mobil kesayangannya itu. Sore ini Alin akan pulang sendiri ke rumah, mengingat Samudra sudah mengumumkan bahwa Kaila adalah adiknya maka seterusnya Kaila akan pulang bersama Samudra. Alin senang ketika abangnya itu meneriaki Monika bahwa Kaila adalah adiknya, setidaknya ia bisa mendengar kata-kata yang Samudra ucap tadi suatu saat nanti meskipun kecil kemungkinannya.

Angin sore yang menyelimuti kota Jakarta itu menemani Alin yang hendak sampai di perumahannya itu. Jika kalian bertanya apa tidak pulang bersama Sena saja, jawabannya hanya satu, Alin tidak ingin Sena akan terlibat pertengkaran antara Alin dan Abangnya. Sesampainya Alin disana, ia disambut oleh satpam kesayangan keluarga Calegra.

"Sore non Alin yang cantikkk"

"SORE MANG AGUS BRAND AMBASSADORNYA PERMEN SUGUS!!!"

Begitulah percakapan mang agus dengan Alin tadi. Melihat pintu rumahnya terbuka seperti banyak orang berkumpul ia langsung memarkirkan mobilnya dengan asal dan berlari menuju ruang tamu di rumah Calegra itu.

Ketika sampai di ruang tamu, Alin terkejut karena semua keluarganya berkumpul. Papa, Mama, Kaila, Samudra, dan beberapa orang berpakaian seragam dokter itu berada disana. Alin terkejut karena papanya pulang sangat cepat tidak seperti biasanya.

"Kaila harus sering check-up ya ke rumah sakit, nanti kita lihat perkembangannya gimana ya Pak Gino"

"Baik dokter." balas sang ayah dengan suara yang benar-benar khawatir dengan putrinya.

Tak lama kemudian sang dokter pun akhirnya meninggalkan rumah keluarga Calegra, papa dan bang samudra mengantar dokter itu keluar rumah dan mama mendudukan Kaila di sofa dengan berhati-hati. Ketika Alin melihat tangan Kaila terbalut perban yang tebal, Alin dengan sontak mengepalkan tangannya dengan sekuat tenaga. Ia marah karena tidak bisa melindungi adiknya dengan benar dan kesal karena Monika dengan seenaknya menginjak serta merundung adik kesayangannya itu.

"Kai lo harusnya marah sama si medusa, udah ngebully lo pake segala diinjek segala lagi emang gatau diri tuh anak, besok gue hajar aj-"

"Alin...biarin aja.. Mamah gamau kamu luka-luka nantinya" Viola memang selalu tak ingin anaknya terluka karena perkelahian yang sangat kasar. Ditambah Alin memang anak perempuan yang paling keluarga Calegra sayangi, jadi Gino dan Viola tidak ingin kejadia dulu terulangi kembali.

" ngapain peduliin anak yang ngebunuh orang sih mah, biarin aja rusak sekalian hidupnya, dia kan binatang yang gapunya akal"

Samudra.Dia berbicara seperti itu tanpa melihat Alin, membiarkan mulutnya yang berbicara tanpa memandang keberadaan adiknya. Ia diselimuti oleh rasa marah dan dendam. Alin paham betul perasaan kakaknya. Tetapi selama 3 tahun setelah kejadian itu terjadi, ia tidak pernah berbicara sekasar ini kepada Alin.

Alin yang mendengarnya pun tak kuat menahan tangis, hingga Kaila yang duduk disamping Alin pun benar-benar merasa abangnya sudah kelewatan karena menyamakan kakaknya dengan binatang.

"Bang lo keterlaluan, Ka Alin kakak gue dan kita sama-sama perempuan lo ga seharusnya ngom-"

"Ngomong apa sih kai, dia aja gabisa jagain lo di sekolah buat apa lo masih anggap binatang itu sebagai kakak lo!" Samudra benar-benar mengeluarkan seluruh kekesalannya sore ini. Diluar kendali, itu dia gambaran amarahnya sekarang.

Tanpa berpikir panjang pun, Alin bangkit dari duduknya dan menghampiri Samudra dengan cepat. Alin tau dia salah, tetapi apa pantas seorang abang mengatai adiknya seperti binatang?. Alin betul-betul sadar kesalahannya dulu, ia sudah merenungi dan menyesal seumur hidup.

PLAK

Kali ini Alin sungguh marah kepada abangnya. Ia berani mengambil tindakan itu karena mulut Samudra sudah menyakiti hatinya. Selama 3 tahun ia terus mengejar Samudra hingga dikira bahwa Alin tidak mempunyai harga diri karena semua orang tidak tahu bahwa mereka adik kakak.

"LO PIKIR LO SIAPA HAH, KALO KAYAK GINI YANG LO MAU OKE, GUE EMANG YANG BUNUH ALYA KESAYANGAN LO ITU JING, KENAPA LO MAU BUNUH GUE? BUNUH SEKARANG, LO PIKIR LO BAKALAN SENENG KALO GUE MATI? GAK!"

"DENGERIN GUE YA, LO BAKALAN NANGIS DI BATU NISAN GUE SUATU SAAT, INGET ITU ANJ-"

Belum sempat meneruskan, Alin sudah tersungkur di lantai. Kalian bertanya kenapa bisa?. Jawabannya hanya satu, Samudra menojoknya dengan kuat. Membuat darah segar keluar dari hidung Alin, lagi. Dengan secepat mungkin Alin berlari ke arah mobilnya dan keluar dari rumah.

"KAMU KETERLALUAN SAMUDRA"

Bughhh, kali ini Gino yang memukul putranya itu dengan sekuat tenaga. Ia tak habis pikir muncul darimana keberanian Samudra memukul adik perempuannya di depan keluarganya itu. Gino dan Viola benar-benar kecewa dan meninggalkan Samudra dan Kaila di ruang tamu dan menuju ke kamar mereka.

"Lo berubah bang."

Kini menyisakan Samudra disana. Ia tidak merenungi kejadian tadi, malah semakin marah dan kesal kepada Alin. Karena semua orang rumah membela Alin dibandingkan dirinya. Samudra menguatkan kepalannya, matanya memerah dan rahangnya mengeras.

"Lo liat aja, gue bakalan bikin lo gila karena udah bunuh Alya."

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Gue gak akan berusaha memperbaiki hubungan kita bang, lo yang akan berusaha sejak sekarang, gue pastiin itu"- Alin Calenzya Calegra

D E F E N S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang