DEFENSE : 07

5 0 0
                                    


"ALYAAAA!!!!!"

Samudra memanggil nama seseorang yang membuat hidupnya menjadi lebih bahagia. Dia memanggil bukan karena ada kabar baik, melainkan sedang menyaksikan pacarnya yang bertubuh mungil itu sedang berada di kondisi hidup dan mati. Alya tidak pernah menceritakan hal yang terjadi saat itu dan mengapa ia mau melakukannya kepada Samudra. Karena Alya tahu dan takut jika Samudra tidak akan mengizinkannya. Dengan terpaksa Alya diam-diam melakukan itu.

Samudra yang melihat Alya dikejar oleh sekelompok geng motor yang bertuliskan Leopard itu semakin takut jika pacarnya itu diperlakukan tidak baik. Dengan sekuat tenaga Samudra ingin menyusul Alya yang sedang berlari dengan sangat kencang. Ketika Alya berada di tepat tengah jalan, ia kebingungan karena tak mengira akan berlari sejauh dan sebahaya ini.

"aku harus telfon Alin buat nyela-"

JDEERRR

Tabrakan dengan bunyi yang sangat keras itu membuat semua orang melihat ke arah gadis kecil yang sudah tersungkur di jalanan dengan darah segar yang terus mengalir dari kepada dan hidungnya. Alya terlempar sejauh 5 m dari tempat asalnya. Badannya kecil tak cukup kuat untuk berlari kala motor itu menghantam dengan keras.

Samudra yang melihat kejadian itu sangat terkejut. Seluruh badannya tak sanggup untuk berdiri dan menghampiri Alya. Samudra sangat mencintai Alya lebih dari apapun. Pertemuan pertamanya membuat Samudra teringat, jika gadis itu selalu bilang bahwa ia tak memiliki keluarga kecuali ibu panti yang telah merawatnya sejak kecil.

Samudra juga melihat siapa yang menabrak Alya. Ia tahu pasti siapa yang memiliki motor itu. Motor yang selalu ia lihat di pekarangan rumah dan sekolah setiap hari. Samudra benar-benar kecewa dengan pemilik motor itu. Ia tak paham mengapa sang pemilik menabrak kekasihnya itu. Padahal Samudra selalu minta kepadanya untuk menjaga Alya jika tak ada Samudra. Namun kejadian hari ini membuat Samudra mengubah arti saudara yang sebenarnya. Samudra tidak akan pernah menganggap dia sebagai adiknya lagi, Aline Calenzya Calegar.

🥀

Sudah 2 jam semua orang menunggu kabar dari dokter. Dan sudah selama 2 jam Alin berada di ruang operasi. Alin mengalah lagi untuk hari ini, demi kebaikkan dan kesehatan Samudra di masa yang akan datang. Meski pengorbanan Alin kali ini tidak akan dianggap oleh Samudra, tapi ia yakin jika hal yang dilakukannya hari ini akan terus diingat oleh abang kesayangannya itu.

Selama di ruang operasi, Alin selalu memikirkan kenangan yang Samudra dan Kaila lakukan bersama dengannya. Hal ini dilakukan Alin untuk selalu ingat jika perjuangannya sejak 3 tahun ini tidak akan sia-sia di masa depan.

Alin yang berpikir untuk meninggalkan rumah tadi sore menjadi berubah ketika ia melihat abangnya kecelakaan. Banyak orang yang akan berpikir jika Alin sangat bodoh, karena masih tetap ingin untuk berjuang mendapatkan status adik Samudra lagi seperti dulu.

Dan selama transfusi darah dilakukan, Alin terbaring persis di sebelah abangnya itu. Ia terus mengamati Samudra dalam diam. Alin selalu berdoa agar abangnya segera bangun dan melakukan hal-hal seperti biasa kepada Alin, memaki, kasar, memukul, biarkan Samuda melakukan hal itu kembali. Setidaknya Alin berpikir jika itu akan membuat Samudra merasa senang, tidak apa apa jika dilakukan.

Tanpa sadar pun Alin menangis sejak ia melihat abangnya tertidur dengan pulas. Alin mengamati Samudra sambil menangis, ia tak menyangka jika Samudra akan seperti ini. Bahkan Alin rela menggantikan posisi Samudra saat ini.

"Samudra pasti akan baik-baik saja." ungkap dokter, yang melihat Alin menangis.

Alin mendengarnya dan tersenyum ke arah dokter.

"bang, maafin alin.."

🥀

Ttutt....ttuutt..tuttt

Suara monitor rumah sakit menjadi teman bagi Samudra dan keluarga di ruangan inapnya. Samudra sudah dipindahkan dari ruang operasi sejak tadi. Dokter bilang jika Samudra akan membaik dengan cepat karena transfusi darahnya sangat lancar ketika dilakukan.

Dan sejak saat itu juga Alin pergi dari rumah sakit. Ia pergi dengan Sena, dan pamit terlebih dahulu kepada keluarganya. Mama dan Papanya mengizinkan Alin pergi bersama Sena, karena mereka tahu jika Samudra bangun dan melihat keberadaan Alin disana akan membuat suasana menjadi tidak lebih baik.

Perlu kalian ketahui jika Alin meminta merahasiakan transfusi darah yang dilakukan kepada Samudra. Mama, Papa, Kaila dan Sena tidak menerima itu ketika Alin memintanya. Karena mereka ingin Samudra tahu jika Alin berkorban demi Samudra, lagi dan lagi. Alin memintanya bukan karena tanpa alasan, melainkan untuk kebaikan Samudra. Jika Samudra mengetahuinya, maka ia akan semakin dibenci. Dan semakin Samudra membenci Alin, itu akan membuat Alin kehilangan sosok Samudra di kehidupannya.

🥀

"Lin lo kenapa sih berkorban terus buat Samudra? Lo gak kasian sama gue yang terus ngeliat lo sedih? Gue gamau sahabat gue sedih terus meskipun penyebabnya itu abang lo sendiri lin..."

"Lo paling tau gue sesayang apa sama dia naa, gue bisa aja ngasih nyawa buat bang Samudra, tapi gue rasa waktunya bukan sekarang"

"KAN, LAGI DAN LAGI. GUE GAAKAN NGEBIARIN LO BERKORBAN SEBEGITU BESARNYA LAGI LIN. GA AKAN PERNAH."

Sena marah kepada Alin di perjalanan pulang. Alin tau jika Sena tak ingin jika dirinya terluka dan terpuruk serta merasakan rasa bersalah yang tak beralasan sejak dulu. Alin paham betul dengan maksud Sena berkata seperti itu kepadanya.

Selama perjalanan juga Alin terus melihat kearah jendela. Di luar sana hujan sangat deras, persis seperti saat Alin berada di makan Alya tadi sore. Mungkin Alam tau jika hujan memang selalu Alin minta jika sedih. Tetapi tuhan jahat selalu membuat orang yang ia sayangi mengalami penderitaan saat hujan.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Rasanya sangat hambar saat tahu jika dunia akan terus membuatku merasa tertampar dengan keadaan."-Aline Calenzya Calegar 

D E F E N S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang