DEFENSE : 06

5 0 0
                                    


"abang... a-a-a-ddaaa di mobil itu kakk"

Kaila berbicara sambil menangisi abangnya itu, Alin terkejut dengan kalimat yang keluar dari mulut Kaila. Baru tadi siang ia bertemu dan berkelahi dengan Samudra, dan terlihat baik-baik saja. Alin berpikir apakah Samudra kecelakaan karena ingin mencarinya? atau hanya khayalan Alin saja?. Itu gak mungkin. Alin yakin Samudra keluar karena ingin bertemu teman-temannya, buka ingin mencari Alin.

Sirine mobil Ambulance memudarkan pikiran Alin. Kaila dengan sesegera mungkin memberi tahu bahwa abangnya berada di kursi pengemudi. Keadaan mobilnya saat ini sangat parah. Terbalik dan hancur di bagian depan. Alin tak kuat menahan tangis, melihat abangnya terhempit diantara badan mobil.

Para petugas Ambulance berusaha mengeluarkan Samudra dari sana dengan merusak semua pintu yang ada. Tak butuh waktu berjam-jam akhirnya Samudra berhasil di keluarkan dari mobil. Darah yang mengucur dari kepala Samudra tak kunjung berhenti.

Kali ini, Alin menangis.

Jantungnya berdegup kencang.

Matanya tak kuat jika harus melihat orang yang disayang hancur.

Alin runtuh..

🥀

Semua keluarga Calegar berkumpul di depan ruangan Operasi Samudra. Mamah yang menangis sembari memeluk Suaminya sejak tadi membuat Alin terhenyut keadaan. Bahkan Viola sudah lupa jika Sena meminta mencari Alin yang tak pulang ke rumah sejak tadi.

Alin pergi bersama Sena ke rumah sakit. Sena tak kalah terkejutnya dengan Alin, dan langsung mengantar sahabatnya itu ke rumah sakit. Sena tau bahwa Alin kecewa dengan Samudra tadi siang, meskipun Alin tidak memberitahunya, tapi yang jelas ini karena Samudra. Akan tetapi rasa kecewanya tertutupi dengan rasa sayang Alin kepada abang satu-satunya itu.

Sudah 1 jam Samudra berada di ruang operasi. Sang dokter tak kunjung keluar untuk mengabarkan kepada keluarganya. Kaila yang sudah tertidur di pangkuan Alin sejak tadi pun terbangun karena merasakan sakit di punggungnya.

Ceklek

"Dok gimana keadaan putra saya, dia gak papa kan? saya takut dia amnesia dok, saya gak mau kehilangan anak saya" ucap Viola dengan sendu.

"Samudra kehabisan banyak dar-"

"saya akan donor darah buat abang saya dok" selak Alin.

Semua perhatian tertuju kepada Alin. Ya, dia Aline Calenzya Calegar anak ke-2 dari keluarga Calegar. Alin berani berkata seperti itu karena golongan darah yang sama seperti Samudra hanyalah dirinya. Alin berpikir jika ini salah satu cara agar Samudra bisa sehat kembali, akan Alin lakukan.

Sena sahabatnya sangat terkejut mendengar keputusan Alin untuk endonorkan darahnya. Bukannya Sena mau Samudra mati, tetapi Alin sudah terlalu baik kepada Samudra. Sena tidak mau jika Alin sakit nantinya setelah Samudra bangun pasti dia akan terus membuat Alin menderita.

"golongan darah pasien sangat lang-"

"golongan darah kita sama."

Alin mengatakannya tanpa ragu. Sang dokter pun mengiyakan kemauan Alin. Mama, Papa, Kaila, dan Sena hanya bisa dibuat diam oleh perkataan Alin yang ingin mendonorkan darahnya. Keluarganya tak pernah memaksa sejak tadi, tetapi itu kemauan dari Alin sendiri untuk melakukannya.

Alin pun mengikuti dokter ke arah ruang operasi untuk bersiap melakukan transfusi darahnya. Alin tidak akan meminta Samudra untuk tau atau berterima kasih, karena ia akan melakukan suatu hal selepas operasi ini selesai.

Tanpa ada yang menyadari, sejak tadi ada seseorang yang mengamati ruang operasi sejak tadi. Dengan pakaian yang serba hitam dan berkacamata, orang itu nampaknya kesal karena Samudra mendapat donor darah dari seseorang. Orang itu tidak melihat siapa yang mendonorkan darahnya untuk Samudra, ia mengamati tanpa mendengar suara dan wajah sang pendonor.

"ini baru awal Samudra"

"adik lo yang selanjutnya"

D E F E N S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang