Dua Puluh Satu

433 33 0
                                    

"Apa kau gugup?" Louis bertanya kepada kekasinya lewat panggilan video.

"Sedikit," jawab Anna.

"Kau pasti bisa menaklukannya."

"Aku harap juga begitu."

"Aku yakin."

Anna tersenyum tipis. Besok adalah hari pertamanya Ujian Akhir. Ujian yang harus ia lewati sebelum ia lulus dari bangku SMA.

"Kau harus tetap tenang, jangan lupa juga berdoa. Ini bukan ujian pertamamu bukan? Anggap saja ini seperti ujian biasanya."

"Terima kasih, aku akan mengingat saranmu."

Louis senang gadisnya kini bisa lebih rileks. Beberapa hari ini Anna benar-benar bekerja sangat keras. Sehari hanya bisa tidur kurang dari lima jam. Kasihan sekali anak jaman sekarang sulit merasakan tidur cepat dan merasakan kenikmatan dari tidur itu sendiri.

"Bagaimana dengan pengumuman besok?" Pertanyaan itu seketika membuat mood Anna jelek.

"Jangan tanya itu. Aku sakit perut jika memikirkannya."

Louis terkikik pelan. "Kau harus yakin bisa lolos, Ann."

"Aku tidak mau terlalu berharap."

"Ini mengingatkanku saat akan pengumuman penerimaan mahasiswa baru di UCLA."

"Bagaimana perasaanmu saat itu?"

"Aku sudah lupa." Louis menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Yang pasti aku cukup tegang saat mendekati hari pengumuman."

Anna menjatuhkan kepalanya ke atas bantal. "Aku takut menghadapi kenyataan."

Louis terdiam cukup lama. "Kau sudah melakukan yang terbaik, Ann," ucapnya pelan.

Anna terbangun dan menatap mata biru itu lamat-lamat.

"Apapun yang terjadi besok, biru ataupun merah sekalipun, kau sudah melakukan yang terbaik. Aku sangat bangga kepadamu."

Anna tersenyum tipis. "Terima kasih, Lou. Sebenarnya, aku berharap papa akan mengucapkan kalimat itu pertama kali."

"Beliau pasti akan mengucapkan kalimat itu, Ann. Begitu waktunya tiba, ayahmu akan menyadari betapa ia bangga terhadap putrinya," ujar Louis menguatkan.

"Aku harap itu segera terjadi."

"Pasti." Senyuman Louis kembali merekah. "Sudah malam, kau harus segera istirahat untuk mempersiapkan ujian besok. Aku doakan yang terbaik, Anna. Yakinlah pada kemampuanmu itu. Aku akan mengajakmu makan bersama setelah ujianmu selesai."

"Benarkah? Aku jadi tidak sabar untuk segera menyelesaikan ujian ini."

"Karena itu kerjakan yang terbaik."

"Baiklah, sekali lagi, terima kasih, Louis untuk menemaniku malam ini. Aku akan berusaha sebaik yang aku bisa."

"Kapanpun, sayang."

"Selamat tidur, semoga besok harimu menyenangkan!" Anna melambai ke layar.

"Selamat tidur juga, my queen," balasnya sembari memutus panggilan video itu.

Anna segera menaruh tablet tipis itu di meja dan masuk ke dalam selimutnya. Berbicara dengan Louis berhasil mengurangi sedikit ketegangannya. Besok adalah hari yang besar baginya. Mungkin bagi sebagian orang akan terdengar sedikit berlebihan. Namun, bagi dirinya dan beberapa orang lainnya, masa depan mereka dipertaruhkan di sini.

Gadis berambut hitam legam itu berusaha untuk tidak terlalu memikirkan hari esok. Anna dengan segera terlelap masuk ke alam mimpi.

...

Imperfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang