Lima Belas

463 31 0
                                    

"Terima kasih sudah datang untuk menginap, Zae," ucap Anna ketika sahabatnya itu baru saja tiba di rumah.

"Tidak masalah. Lagi pula, besok sudah tahun baru dan aku ingin merayakannya bersama kalian. Terutama Axel. Dimana bocah itu?" tanya Zae sembari mengitari pandangannya di seluruh penjuru rumah Anna,

Anna membantu membawakan koper Zae ke kamarnya. "Mungkin dia ada di kamarnya. Entahlah, kau cari saja sendiri. Tapi sebelum itu, bawa dulu barang bawaanmu ke kamarku."

Zae merengut. "Aku kan tamu. Kau seharusnya membantuku." Kata-kata Zae sukses membuat Anna melotot marah. Zae terbahak.

Mereka berdua naik ke lantai atas membawa sebuah koper besar. Tiba-tiba sosok kecil menginterupsi keduanya.

"Kakak, Axel lapar," panggil seorang anak kecil yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Oh my God, Axel! Aku sangat merindukanmu." Zae menggendong Axel dan mengecupnya sayang.

"Zae, Axel lapar," rengeknya.

"Kau lapar? Mau aku belikan apa? Pizza? Ayam goreng? Pasta? Ucapkan saja, sayang. Aku akan memberikanmu apapun."

"Benarkah?" tanyanya dengan mata berbinar.

"Tidak boleh," ucapan Anna membuat Axel merengut. "Kau harus banyak makan sayur, Axel. Kalau mau pesan, harus ada sayurnya."

"Ah, terserahlah. Kita pesan saja yang banyak, ya? Supaya kau tumbuh dengan sehat. Tapi, aku mohon jangan terlalu cepat. Tetaplah jadi anak kecil kesayanganku oke?" Zae membawa Axel pergi untuk memesan makanan bersama.

Anna yang melihat tingkah sahabatnya itu hanya tersenyum geli. Ia paham betul bahwa Zae hanya memiliki seorang saudari kembar yang tidak begitu akrab dengannya. Gadis itu selalu ingin memiliki saudara lain. Entah kakak atau adik, terserah. Asal bukan kembarannya itu. Tak heran jika ia sangat-sangat menyukai Axel.

"Dia tumbuh dengan cepat." Zae menghampiri Anna yang sedang duduk di kasurnya setelah bermain dengan Axel beberapa lama.

"Ya, sepertinya baru kemarin 'kecelakaan' itu terjadi."

Zae mendengus. "Dasar. Ah ya, dimana Will dan ayahmu?"

"Will sedang ke rumah temannya. Dan ayahku, tak tahu kemana. Mungkin hari ini beliau baru pulang."

"Anna, maaf jika pertanyaanku lancang, tapi apa kau membenci orang tuamu?" Zae bertanya pelan.

Benci? Anna berusaha memikirkan jawaban itu. Apakah ia membenci kedua orang tuanya. Lama sekali sebelum ia bisa menjawabnya

Suara bel berbunyi. Menginterupsi pembicaraan keduanya.

"Ah, sepertinya pesanan kita sudah sampai. Biar aku panggil Axel dan ibumu." Zae melangkah keluar kamar. "Ann, kau tidak perlu terlalu memikirkan pertanyaanku," ucapnya lagi.

Anna menghela napasnya pelan. Ia menyusul Zae dan adiknya untuk makan malam bersama. Tepat saat itu, Will juga pulang.

"Wah, kau memesan banyak makanan, Zae? Untung saja aku tadi tidak banyak makan tadi." Will menyapu pandangannya pada berbagai makanan yang ada di meja.

"Terima kasih sudah memesan makanan ini, Zae." Leah ikut bergabung dengan mereka. "Maaf aku tidak sempat memasak hari ini. Mungkin besok untuk malam tahun baru, aku akan memasak makanan spesial untuk kita semua."

"Tidak apa, Aunty. Anggap saja ini bayaran karena aku akan menumpang untuk beberapa hari kedepan." Zae menyeringai.

Mereka menghabiskan makan malam itu sembari bersenda gurau. Anna menikmati waktu-waktu ini. Setelah sekian lama, mereka akhirnya bisa kembali makan bersama. Bersenda gurau sembari menguyah berbagai makanan. Meski saat ini ayahnya sedang tidak ada, tidak masalah baginya. Orang-orang ini cukup menyenangkan.

Imperfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang