Dua Puluh Empat

484 34 0
                                    

Pria itu baru saja memasuki rumah kebesarannya. Kakinya melangkah masuk ke ruang kerja miliknya. Ia melempar jas dan dasinya begitu saja ke sofa. Dibukanya tiga kancing teratas kemeja pria itu membuat dada bidangnya sedikit terekspos.

"Panggilkan dia," perintahnya pada asisten pribadinya.

Lelaki satunya pun segera keluar. Kemudian ia masuk bersama dengan seseorang.

"Laporkan semuanya padaku."

"Nona Anna baik-baik saja, sir. Sehari-hari ia datang pukul sepuluh dan pulang pukul enam petang, kadang bisa lebih. Dia biasanya menghabiskan sebagian besar waktunya di ruangan ini atau kadang pergi sejenak ke taman," jelas Sean.

Louis manggut-manggut mendengar penjelasan orang itu. "Apakah dia terlihat bahagia?"

"Pardon?"

"Anna. Apakah dia bahagia berada di sini?" ulang Louis.

"Saya yakin dia bahagia, sir. Sepertinya selama dia di sini, seberapapun stresnya dia, ia tetap bisa tertawa."

Louis menghela napasnya lega. Ia berhasil membuat gadisnya bebas dari keterpurukan itu. Ia berharap, kebahagiaan ini tidak hanya sampai di sini.

"Kapan Anna akan menghadapi ujian itu?"

"Lusa, sir. Tanggal 28 April."

"Apa besok ia akan kesini lagi?"

"Iya, sir. Besok Nona Anna akan datang kesini lagi."

Louis menimang-nimang situasi. "Kelvin tolong beritahu jadwalku untuk besok."

"Besok ada tanda tangan kontrak dengan Mr. Hendrick, lalu Anda juga harus menghadiri peletakan batu pertama untuk pembangunan hotel baru kita."

Sial. Jadwalnya tak memiliki celah untuk cuti. "Aku akan ambil cuti lusa."

Kelvin mengerjapkan matanya berkali-kali. "Anda ingin cuti?"

"Telingamu bermasalah? Iya, aku akan cuti lusa. Kosongkan semua jadwal hari itu."

"T-tapi, kita ada—" Omongan Kelvin terputus oleh dering ponsel Louis.

Senyuman langsung merekah di bibir pria itu. "Anna, My Bubble, kenapa kau baru menghubungiku, sayang?"

Kelvin memutar mataya kesal. "Lebih baik kita keluar sekarang," ajaknya pada Sean.

"Kenapa? Apakah laporanku sudah selesai?" Sean mengernyit bingung.

"Astaga, kau ingin mendengar ocehan buaya sungai Nil itu? Aku sudah pekak mendengarnya."

Kelvin segera keluar dari ruangan itu. Langkahnya kemudian diikuti juga oleh Sean. mereka meninggalkan bos besar mereka  yang saat ini sedang dimabuk cinta.

...

Seseorang, tolong cabut nyawanya sekarang juga. Entah sudah berapa kali Anna bolak-balik toilet karena sakit perut dan ia sedikit mual. Bohong jika ia tidak gugup saat ini. Ia sangat, sangat amat gugup!

"Kau baik-baik saja, Ann?" tanya Louis khawatir. Ini sudah ketiga kalinya Anna bolak-balik toilet. Saat ini, mereka sedang berada di sebuah cafe. Menunggu waktu bagi Anna untuk pergi ke gedung ujian yang tak jauh dari sana.

"Ya, aku baik-baik saja." Tidak, ia baru saja memuntahkan nasi uduk yang ia makan tadi pagi. Cih, padahal nasi uduk itu sudah naik harga jadi 15 ribu. Sayang sekali uangnya.

"Kau terlalu gugup." Louis memberikan tissue kepadanya untuk mengelap mulutnya.

"Terima kasih." Anna menerima tissue itu dan mengelap mulutnya dengan kasar. Ia menjatuhkan kepalanya di bahu bidang milik Louis. "Sepertinya, aku gugup."

Imperfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang