03

17 8 2
                                    

Halo, wellcome! Kembali lagi dengan cerita Asma dan yang lainnya!
Hoho, ceritanya semakin hari semakin absurd saja :(

Berikan masukan yah, temen-temen🥺

Berikan masukan yah, temen-temen🥺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Dengan tergesa, Asma menaiki bus pertama, karena sang atasan yang menyuruhnya datang lebih awal pagi ini. Ia melirik arloji berwarna gold di tangannya, 15 menit lagi jam 7 pas. Beruntung saja, tidak macet karena masih pagi sekali, meski tidak macet tapi, mobil Andra sudah terparkir di depan kantor.

Sebelum masuk ke dalam kantor, Asma menghela nafas panjang, ia menatralisirkan nafasnya yang masih terengah akibat berlari dari pasar menuju depan pintu perusahaan.

Belum sempat ia membuka pintu, terlebih dahulu nampak Andra yang membukanya dari dalam. Asma menelan ludah berat.

"Lama banget sih, cepatan! Naik ke mobil saya!"

Asma hanya bisa menurut dan mengikuti Andra, masuk ke dalam mobilnya.

Andra menatap kaca mobil, "ngapain kamu duduk di belakang? Kamu kira saya sopir?" Geram Andra.

"Iyaa, m-maaf, pak." Dengan segera Asma pindah ke samping kemudi.

Tidak ada percakapan di dalam mobil, hanya ada suasana canggung, Asma canggung karena belum pernaik naik mobil berdua selain sama Rio dan Farhan. Pun dengan Andra ia hanya fokus pada setiran mobil dan jalan raya.

Perjalanan yang di tempuh sudah hampir 30 menit tapi mereka tidak kunjung tiba, Asma yang tidak berani bertanya sang atasan akan membawa kemana, dan Andra yang tidak memberi tahu pada bawahan mereka akan kemana.

"Materi yang saya kasih sudah kamu pelajari?" tanya Andra.

"Saya?" tanya Asma, seraya menunjuk kearahnya sendiri.

"Emang ada orang selain kamu?"

"Oh, i-iyaa pak, ini, saya udah pelajarin ko pak, rumah seperti apa yang akan saya paparkan pada klien saya," jawab Asma penuh percaya diri. Andra hanya mangut-mangut mendengar pejelasan Asma.

Setelah 45 menit perjalanan, akhirnya mereka tiba di cafe tempat mereka janjian dengan klien.

"Restaurant D'Fams?" gumam Asma, nama dan logo Cafe ini seperti tidak asing baginya.

Dari kejauhan, tampak seorang wanita cantik dengan rambut sebahu dan mata yang sipit, memasang senyum dan melambaikan tangan ke arah Asma dan Andra.

"Selamat, pagi bu Mifta," sapa Andra pada kliennya itu.

"Pagi, pak Andra, ah lagi-lagi saya merepotkan anda, sepagi ini harus bertemu, karena jam terbang saya ke Canada jam 10 pagi," jelas Mifta kepada Andra seraya bersalam.

Persimpangan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang